Mengenal Salib Putih, Misi Penyelamatan Pasangan Suami Istri Asal Eropa Terhadap Korban Wabah Kelaparan di Semarang pada Awal Abad ke-20
Saat wabah kelaparan itu, pasangan penginjil itu memberikan bantuan berupa barak penampungan, makanan, dan pengobatan secara sukarela.
Saat wabah kelaparan itu, pasangan penginjil itu memberikan bantuan berupa barak penampungan, makanan, dan pengobatan secara sukarela.
Mengenal Salib Putih, Misi Penyelamatan Pasangan Suami Istri Asal Eropa Terhadap Korban Wabah Kelaparan di Semarang pada Awal Abad ke-20
Di sebelah barat Kota Salatiga, terdapat gereja tua bernama “Salib Putih”. Nuansa klasik tergambar pada bangunan tua itu. Tak jauh dari gereja itu, terdapat bangunan tua lainnya.
Semua bangunan itu menjadi saksi bisu Salib Putih, sebuah misi penyelamatan pasangan suami istri penginjil asal Eropa, Adolf Theodorus Jacobus van Emmerik dan Alice Cornelia Cleverly terhadap wabah kelaparan di Semarang pada tahun 1902. Seperti apa kisahnya?
-
Apa ciri khas Gereja Salib Batavia? Mengulik Suasana Ibadah Gereja Zaman VOC yang Bersejarah Abad ke-17, Gereja Salib Batavia mencerminkan kemewahan dan kontras dengan panggilan rohaniah.
-
Siapa yang memimpin pasukan Askar Perang Sabil di Semarang? Markas APS yang waktu itu berada di daerah Tegalayang Pandak juga mengirimkan satu pasukan yang dipimpin oleh K.H Juraimi dengan didampingi K.H Hadjid sebagai imam.
-
Bagaimana Sarisa Merapi membantu petani salak? Salak jadi Naik Kelas Setelah diolah menjadi manisan salak, terjadi perubahan harga yang signifikan. Sebelum dibuat produk makanan, harga salak memang meningkat menjadi Rp3 ribu per kilogram di tingkat petani. Namun saat ini bisa 5 kali lipat setelah dijadikan manisan salak yakni Rp15 ribu per kilogram.
-
Apa itu Seruni Putih? 'Sebenarnya Seruni Putih ini bukanlah merek jamu di sini, melainkan nama kelompok ibu-ibu berbentuk organisasi. Seruni Putih ini sudah berbadan hukum,' kata Murjiyati
-
Siapa yang membangun Gereja Merah Kediri? Prasasti batu pualam di dinding sebelah kiri pintu masuk menyebutkan, peletakan batu pertama gereja dilakukan oleh DS. J.A Broers.
-
Kenapa Sedulur Sikep gelar selamatan? Acara selamatan itu digelar agar pelaksanaan Pemilu 2024 berjalan dengan aman, damai, dan lancar.
Pada tahun 1901, muncul wabah kelaparan di Semarang dan Demak. Mengutip Telusur.id, saat itu banyak warga yang jatuh sakit. Menanggapi kondisi ini, Pemerintah Kolonial Belanda mengutus Emmerik untuk menggalang dana bagi para korban kelaparan.
Dengan insiatif sendiri, Emmerik memberikan bantuan lainnya berupa barak penampungan, makanan, dan pengobatan. Semua bantuan itu ia berikan secara sukarela.
Mengutip Telusur.id, barak penampungan yang berdiri pada 14 Mei 1902 itu kemudian dikenal dengan nama kawasan Salib Putih. Di sana, Emmerik beserta istrinya, Alice, menjadi pendiri sekaligus pelayan bagi para korban kelaparan.
(Foto: Jejak Tempo Doeloe)
Setelah sembuh, mereka kemudian diajari beternak, bertani, dan membuka lahan perkebunan kopi dan teh di lahan tersebut.
Setelah mapan dan pulih, mereka diberikan dua pilihan, melakukan transmigrasi ke Sumatra dan Sulawesi, atau tinggal menetap di Salib Putih. Kebanyakan dari mereka memilih menetap di Salib Putih.
Seiring waktu, didirikan sebuah gereja di Salib Putih. Bapak Jonathan, penjaga Gereja Salib Putih, mengatakan bahwa gereja itu berdiri pada tahun 1952. Setiap Minggu, gereja itu dipadati sekitar 400 jemaah yang beribadah.
Di sekitar gereja itu, terdapat beberapa bangunan yang menjadi sisa-sisa kejayaan Salib Putih pada era kolonial Belanda. Sayangnya sebagian besar bangunan itu sudah tak digunakan lagi dan kondisinya tidak terawat.
Makam pasangan suami istri Emmerik dan Alice berada di tengah area perkebunan kopi dan karet. Setelah berjalan cukup jauh, tim kanal YouTube Jejak Tempo Doeloe tiba di makam kedua penginjil itu. Di salah satu batu nisan, tertulis kata-kata Mutiara:
“Di mana Engkau bermalam, di situ jugalah aku Bermalam. Bangsamulah Bangsaku, Allah-kulah Allahmu. Di mana engkau mati. Akupun mati di sana dan di sanalah aku dikuburkan dengan engkau.”.
Meskipun seorang kolonial, namun Jacobus van Emmerik dan Alice Cleverly merupakan dua tokoh yang berjasa bagi bangsa. Jasa mereka cukup besar dalam mendirikan tempat ibadah, rumah sakit, dan lembaga pendidikan bagi kemajuan penduduk pribumi saat itu.