Ada Perubahan Magnet Bumi di Kutub Utara, Apa Penyebabnya?
Ini merupakan sebuah prediksi tentang pergeseran medan magnet Bumi selama lima tahun ke depan.

Pada 17 Desember, Pusat Informasi Lingkungan Nasional (NCEI) dan Survei Geologi Inggris (BGS) merilis pembaruan Model Magnetik Dunia, sebuah prediksi tentang pergeseran medan magnet Bumi selama lima tahun ke depan. Model ini memiliki pengaruh dalam navigasi satelit, penerbangan, smartphone, dan aplikasi peta seperti Google Maps.
Pembaruan ini yang bertujuan memastikan akurasi prediksi medan magnet tetap terjaga. Meski sebagian besar pengguna tidak akan merasakan perubahan langsung, langkah ini penting untuk menjaga kelancaran sistem navigasi dan mempersiapkan prediksi masa depan.
Medan magnet Bumi sendiri dihasilkan oleh inti luar planet yang terdiri dari besi cair konduktif. Gerakan besi cair ini menciptakan arus listrik, yang pada gilirannya menghasilkan medan magnet melalui proses yang dikenal sebagai geodinamika.
“Jika Anda memiliki bola meriam panas dan menaruhnya di atas meja, bola itu akan mendingin secara bertahap. Panas kan menyebar dan pada dasarnya kembali ke lingkungan,” kata Bruce Buffett, seorang ahli geofisika di University of California, Berkeley, dikutip dari Live Science, Kamis (19/12).
“Hal yang sama berlaku untuk medan magnet. Jika Anda tidak mempertahankannya dengan gerakan fluida ini, bola itu akan perlahan-lahan menghilang," tambahnya.
Tidak seperti Kutub Utara geografis yang tetap diam, Kutub Utara magnet terus bergerak karena aktivitas kompleks di inti luar Bumi. Dalam beberapa tahun terakhir, perubahan medan magnet yang tidak simetris sudah menyebabkan Kutub Utara magnet bergerak dari Kanada menuju Siberia.
Model Magnetik Dunia dirancang untuk menggambarkan medan magnet Bumi secara matematis dan memprediksi bagaimana perubahan itu akan terjadi di masa depan. Model ini menggabungkan data dari satelit, seperti misi Swarm milik Badan Antariksa Eropa, dan pengukuran presisi dari observatorium berbasis darat.
“Ponsel pintar atau sistem GPS Anda memiliki magnetometer, yang pada dasarnya merupakan kompas digital yang terpasang di dalamnya,” jelas William Brown, ahli geofisika BGS.
“Alat ini mengukur arah medan magnet di lokasi Anda, kemudian menggunakan Model Magnetik Dunia untuk memberi tahu apa yang seharusnya terjadi di lokasi itu. Dengan membandingkan data tersebut, perangkat dapat menentukan arah Anda," tambah Brown.
Versi terbaru Model Magnetik Dunia ini dirilis sebagai bagian dari jadwal lima tahunan, yang diperlukan untuk memperbarui prediksi berdasarkan pergerakan inti luar Bumi.
Menurut Brown, pembaruan ini penting karena akurasi model cenderung menurun setelah lima tahun. “Tantangan sebenarnya adalah model tersebut tidak sepenuhnya dapat diprediksi. Model ini sangat rumit dan kacau,” katanya.
“Biasanya, sekitar lima tahun adalah batas di mana model mulai kehilangan akurasi. Dengan data tambahan dari lima tahun terakhir, kami memperbarui model untuk memastikan prediksi tetap andal.”
Kadang-kadang, perubahan mendadak pada medan magnet juga memerlukan pembaruan di luar siklus, seperti yang terjadi pada 2019 ketika inti luar Bumi bergerak lebih cepat dari biasanya di Belahan Bumi Utara, menyebabkan Kutub Utara magnet bergeser jauh lebih cepat.
Namun, bagi kebanyakan orang, pembaruan ini tidak akan membawa perubahan nyata pada navigasi sehari-hari. “Anda seharusnya dapat menavigasi sebaik yang Anda lakukan kemarin,” kata Brown. “Kami memastikan pembaruan dilakukan cukup cepat sehingga pengguna hampir tidak menyadari perubahannya.”
Reporter magang: Nadya Nur Aulia