Ilmuwan Temukan Penemuan Baru, Inti Bumi Ternyata Berbentuk Seperti Donat
Para ilmuwan menemukan zona berbentuk donat di inti Bumi yang memperlambat gelombang seismik.
Sekitar 2.890 kilometer di bawah permukaan Bumi, terdapat inti cair berukuran raksasa yang membentuk pusat planet ini. Dengan memanfaatkan gelombang seismik yang dihasilkan oleh gempa bumi, para ilmuwan mampu "melihat" struktur inti Bumi, mirip dengan menggunakan ultrasound untuk melihat ke dalam tubuh manusia.
Mengutip ScienceAlert, Rabu (4/9), dalam penelitian terbaru, para ilmuwan menemukan bahwa terdapat zona berbentuk donat di sekitar ekuator inti Bumi. Tebalnya diperkirakan ratusan kilometer. Gelombang seismik bergerak sekitar 2 persen lebih lambat dibandingkan bagian inti lainnya. Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Science Advances.
-
Lapisan baru apa yang ditemukan di inti Bumi? Sebuah tim dari Universitas Nasional Australia telah menemukan bukti adanya lapisan baru pada planet ini yang berada di inti yang paling dalam. Dimaksudkan "Inti terdalam" ini adalah seperti bola paduan besi serta nikel.
-
Apa yang ditemukan di inti bumi? Namun, para ilmuwan kini telah menemukan wilayah besar misterius berbentuk donat yang terletak di dalam inti terluar bumi.
-
Bagaimana inti Bumi bocor? Eksperimen ini bertujuan untuk memahami bagaimana cairan paduan besi bereaksi pada suhu yang sangat tinggi, sekitar 2.000°C, dan tekanan yang luar biasa kuat, yang mirip dengan kondisi di dalam Bumi.
-
Apa yang merembes dari inti Bumi? Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Geoscience pada tahun 2020 menunjukkan bahwa isotop besi dari inti Bumi mungkin merembes ke lapisan geologi di atasnya.
-
Bagaimana ilmuwan menemukan wilayah baru di inti bumi? Pada 3 September lalu, ilmuwan di Universitas Nasional Australia mengatakan mereka menemukan wilayah baru berbentuk donat di inti bumi dengan menganalisis gelombang seismik yang melewati inti planet.
-
Mengapa inti Bumi bocor? Percobaan tersebut menunjukkan bagaimana isotop besi berpindah berdasarkan gradien suhu, di mana isotop yang lebih berat cenderung bergerak ke daerah yang lebih dingin.
Menggunakan metode analisis baru yang disebut "coda-correlation wavefield," para peneliti memeriksa bagian akhir dari gelombang seismik yang sering kali diabaikan. Bagian ini, yang dikenal sebagai "coda," mengandung sinyal-sinyal lemah yang tercipta dari gelombang yang berulang-ulang, memberikan wawasan baru tentang waktu perjalanan gelombang di dalam planet.
Studi ini mengungkap bahwa gelombang seismik yang terdeteksi lebih dekat dengan kutub bergerak lebih cepat dibandingkan yang berada di dekat ekuator. Setelah mencoba berbagai model komputer, para peneliti menyimpulkan adanya struktur berbentuk donat atau torus di inti luar sekitar ekuator, di mana gelombang bergerak lebih lambat.
Zona ini kemungkinan mengandung elemen ringan seperti silikon dan oksigen, yang mungkin berperan dalam arus logam cair yang menghasilkan medan magnet Bumi. Sebelumnya, studi lain menganggap gelombang bergerak lebih lambat di seluruh "langit-langit" inti luar, namun temuan ini menunjukkan bahwa wilayah dengan kecepatan rendah hanya ada di dekat ekuator.
Penemuan ini membuka jalan baru dalam memahami dinamika inti Bumi, serta pengaruhnya terhadap medan magnet dan stabilitas planet Bumi.