Ilmuwan Ungkap Bumi Pernah Miliki Cincin Seperti Planet Saturnus 466 Juta Tahun Lalu
Hipotesis ini tidak hanya bisa menjelaskan periode dampak yang luar biasa yang tercatat dalam sejarah geologi bumi, tetapi juga telah memengaruhi iklim Bumi.
Sebuah penelitian terbaru menantang apa yang selama ini kita ketahui tentang planet bumi ini, yang menunjukan sebelumnya sekitar 466 juta tahun yang lalu bumi memiliki sebuah cincin layaknya planet Saturnus.
Hipotesis ini tidak hanya bisa menjelaskan periode dampak yang luar biasa yang tercatat dalam sejarah geologi bumi, tetapi juga telah memengaruhi iklim planet bumi ini.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan tentang sejarah Bumi? Penemuan baru tentang sejarah kuno Bumi menunjukkan bahwa planet ini mungkin pernah memiliki sistem cincin sekitar 466 juta tahun yang lalu, pada awal periode pemboman meteorit yang sangat intens, yang dikenal sebagai lonjakan dampak Ordovisium.
-
Bagaimana cincin Bumi mempengaruhi iklim Bumi? 'Yang membuat penemuan ini lebih menarik adalah implikasi potensial dari sistem cincin tersebut terhadap iklim Bumi,' tambah dia. Para peneliti berspekulasi bahwa cincin tersebut mungkin telah menimbulkan bayangan di Bumi, menghalangi sinar matahari, dan menyebabkan peristiwa pendinginan global yang signifikan, yang dikenal sebagai 'Rumah Es Hirnantian'.
-
Apa yang terjadi pada cincin Saturnus? Menurut NASA, Saturnus bukanlah satu-satunya planet yang memiliki cincin, namun cincin pada planet Saturnus dapat dikatakan paling spektakuler dan kompleks.
-
Berapa usia Bumi? Dilaporkan ScienceFocus, Jumat (7/7), faktanya Bumi telah berusia 4,54 miliar tahun. Dengan demikian, planet kita telah berusia di bawah separuh usia Galaksi Bima Sakti yakni 11-13 miliar tahun dan sekitar sepertiga usia Alam Semesta berkisar 10-15 miliar tahun.
-
Apa yang diungkap oleh para astronom tentang Bumi? Ahli astronomi mengungkap kondisi planet Bumi dalam 8 miliar tahun ke depan dengan meneliti planet KMT-2020-BLG-0414, yang terletak sekitar 4.000 tahun cahaya dari Bumi.
-
Apa yang ditemukan di Saturnus? Sampel ini dipercaya memiliki banyak senyawa organik sebagai pembangun kehidupan di planet itu.
Bumi memiliki sejarah yang rumit dengan material dari tata surya kita, yang paling terkenal adalah tumbukan Chicxulub yang menyebabkan punahnya dinosaurus sekitar 66 juta tahun lalu pada awal periode Ordovisium meniggalkan kawah tumbukan di beberapa wilayah seperti di teluk Meksiko.
Ketika asteroid menghantam bumi, asteroid yang jatuh cenderung menyebar di lokasi yang acak mirip seperti tumbukan yang terjadi pada bulan dan planet Mars, tetapi hal itu tidak terjadi pada kawah tumbukan Ordovisium
Profesor Andy Tomkins dan rekannya dari Universitas Monash Australia tengah menyelidiki dampak tumbukan Ordovisium ini dengan melakukan penghitungan luas permukaan bumi yang menyimpan sisa material tumbukan kawah ini. Mereka menggunakan pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk mengidentifikasi wilayah-wilayah yang secara geologis sesuai di seluruh planet bumi.
Wilayah tersebut meliputi Australia barat, Afrika, Kraton Amerika Utara (Laurentia), dan beberapa bagian Eropa. Dari wilayah itu mereka menemukan 30 persen di wilayah daratan yang cocok ternyata berada dekat dengan garis khatulistiwa.
Tim tersebut meyakini pola tumbukan ini mungkin terjadi setelah sebuah asteroid mendekati bumi. Asteroid yang terlalu dekat dengan bumi akhirnya pecah menjadi bagian-bagian kecil yang membentuk cincin puing yang mengelilingi bumi.
“Selama jutaan tahun, material dari cincin ini secara bertahap jatuh ke Bumi, menciptakan lonjakan dampak meteorit yang diamati dalam catatan geologi,” Profesor Tomkins menjelaskan dalam sebuah pernyataan, dikutip dari IFL Science, Rabu (18/9).
“Kami juga melihat bahwa lapisan-lapisan batuan sedimen dari periode ini mengandung sejumlah besar puing meteorit.”
Halangi Sinar Matahari
Hasil penelitian itu menunjukan asteroid yang jatuh ke bumi membentuk kawah tumbukan aneh dari di bumi, hasil penelitian itu juga memberikan pengaruh pada bentuk iklim yang aneh di bumi
“Yang membuat temuan ini semakin menarik adalah potensi implikasi iklim dari sistem cincin tersebut,” imbuh Tomkins.
Para peneliti itu berspekulasi bahwa cincin yang terbentuk di sekitar bumi telah membentuk bayangan di atas bumi yang menghalangi sinar matahari. Hal ini dapat berkontribusi pada peristiwa glasialisasi pada Hirnatian Icehouse sekitar 500 juta tahun terakhir di sejarah bumi
“Gagasan bahwa sistem cincin dapat memengaruhi suhu global menambah lapisan kompleksitas baru pada pemahaman kita tentang bagaimana peristiwa luar angkasa dapat membentuk iklim Bumi,” kata Tomkins.
Studi ini menarik perhatian yang lebih luas tentang dampak yang mungkin ditimbulkan oleh peristiwa-peristiwa langit terhadap sejarah evolusi Bumi sekaligus menimbulkan pertanyaan tentang kemungkinan sistem cincin lain yang sebelumnya tidak diketahui. Mungkinkah Bumi memiliki cincin lain di masa lalu? Jika demikian, apa dampaknya terhadap iklim planet kita dan evolusi kehidupan secara umum?
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti