Ilmuwan Terkejut Cincin Saturnus akan Hilang Lebih Cepat, Ini Prediksi Tahunnya
Berikut adalah tahun yang diprediksikan ilmuwan cincin Saturnus lenyap.
Berikut adalah tahun yang diprediksikan ilmuwan cincin Saturnus lenyap.
Ilmuwan Terkejut Cincin Saturnus akan Hilang Lebih Cepat, Ini Prediksi Tahunnya
Kurang dari dua tahun lagi, cincin ikonik milik Saturnus akan ‘hilang’ dari pandangan manusia di Bumi.
Berdasarkan laporan Fox News dan New York Post, Rabu (8/11), mulai bulan Maret 2025 cincin yang merupakan ciri khas dari Saturnus ini akan menghilang dari pandangan. Tapi untungnya, tidak secara permanen.
-
Bagaimana cincin Saturnus akan hilang? Cincin tersebut menjadi rumah bagi banyak fragmen es dan diselimuti oleh lapisan debu. Meskipun usia sebenarnya masih menjadi topik perdebatan, penelitian terbaru menunjukkan kemungkinan cincin-cincin tersebut merupakan fenomena baru dalam panorama kosmik, mungkin terbentuk hanya 400 juta tahun lalu dan menjadikannya lebih muda daripada sepersepuluh usia Saturnus.
-
Kapan cincin Saturnus akan hilang? “Cincin hujan“ dikenal dapat menghasilkan air dengan jumlah yang cukup besar atau dapat memenuhi kolam renang ukuran olimpiade hanya dalam waktu setengah jam. James O’Donoghue, dari Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA mengatakan hal itu menyebabkan cincin-cincin Saturnus dapat menghilang dalam waktu 300 juta tahun.
-
Kenapa cincin Saturnus akan hilang? Hal tersebut dikarenakan cincin ini ditarik ke dalam Saturnus oleh gravitasi. Pengaruhnya, terjadi hujan debu partikel es karena medan magnet Saturnus.
-
Bagaimana cincin Saturnus bisa menghilang? Fenomena ini terjadi akibat rotasi Saturnus pada porosnya, meskipun sebenarnya cincin tersebut tidak benar-benar hilang.
-
Kapan cincin Saturnus tampak menghilang? Cincin Saturnus terakhir kali tampak menghilang pada tahun 2009 dan akan kembali terjadi pada 23 Maret 2025.
-
Apa yang ditemukan oleh ilmuwan tentang cincin Saturnus? Namun, data dari wahana antariksa Cassini milik NASA, yang tiba di Saturnus pada 2004, memberikan bukti sebaliknya. Cincin Saturnus terlihat sangat bersih, dengan 98 persen isinya berupa es air murni. Hal ini dianggap tidak wajar karena benda-benda di Tata Surya biasanya akan tertutup debu seiring waktu.
Namun pada 2025 mendatang, Saturnus akan miring ke arah Bumi yang menyebabkan cincin Saturnus menjadi garis yang hampir tidak terlihat.
Hal ini bukan terjadi untuk pertama kalinya. Setiap 13,5 hingga 15,7 tahun sekali, memang Bumi melihat Saturnus pada bidang horizontal sempurna.
Ketinggian vertikal dari sistem cincin ini pendek, biasanya 10 meter sehingga ketika Saturnus terlihat sempurna dari samping, cincin tersebut hampir mustahil untuk dilihat.
Saat ini, kemiringan planet Saturnus adalah miring ke bawah sebesar 9 derajat, dan akan berkurang hingga 3,7 derajat pada tahun 2024.
Pada bulan Maret 2025, sudut ini akan mencapai 0 derajat. Sehingga melihat cincin Saturnus akan serupa dengan melihat selembar kertas yang menghadap ke atas ketika ditempatkan di ujung lapangan sepak bola.
Untungnya, peristiwa ini tidak akan bertahan terlalu lama. Saturnus akan terus berputar, memperlihatkan sisi lain dari lingkarannya.
Pada tahun 2032, planet ini akan mencapai kemiringan maksimumnya menjauhi Bumi. Pada saat itulah cincin Saturnus akan kembali terlihat dari Bumi.
Selama periode cincin Saturnus tidak terlihat pun, masih banyak hal yang bisa diamati dari planet ini.
Salah satunya adalah kesempatan untuk mengamati 156 bulan yang senantiasa mengorbit Saturnus.
Memang akan Hilang
Sayangnya, cincin Saturnus memang diduga akan benar-benar hilang, bukan hanya karena ilusi optik semata. Saturnus memiliki tujuh cincin, yang terdiri dari es, puing-puing batuan, dan debu.
Gravitasi terus menarik material yang ada di cincin Saturnus ke permukaan planet, sehingga NASA memperkirakan bahwa lingkaran tersebut mungkin akan hilang sepenuhnya dalam waktu 300 juta tahun mendatang.
"Ini mungkin terdengar lama sekali, tapi dalam sejarah alam semesta ini adalah kematian yang relatif cepat. Kita sangat beruntung bisa berada di sana pada saat cincin itu masih ada,"
Mantan ilmuwan NASA, Dr. James O’Donoghue.