Ilmuwan Ungkap Usia Cincin Saturnus Lebih Tua daripada Planetnya
Namun para ilmuwan menyarankan dilakukannya penelitian lebih lanjut untuk menentukan usia cincin secara lebih akurat.
Saturnus, salah satu planet tertua di Tata Surya, diperkirakan terbentuk sekitar 10 juta tahun setelah Matahari lahir. Planet ini terkenal dengan cincin-cincinnya yang luar biasa, terdiri dari es dan batu. Selama bertahun-tahun, ilmuwan percaya bahwa cincin ini berusia sama dengan Saturnus, yaitu sekitar 4,5 miliar tahun.
Namun, data dari wahana antariksa Cassini milik NASA, yang tiba di Saturnus pada 2004, memberikan bukti sebaliknya. Cincin Saturnus terlihat sangat bersih, dengan 98 persen isinya berupa es air murni. Hal ini dianggap tidak wajar karena benda-benda di Tata Surya biasanya akan tertutup debu seiring waktu.
-
Apa yang terjadi pada cincin Saturnus? Menurut NASA, Saturnus bukanlah satu-satunya planet yang memiliki cincin, namun cincin pada planet Saturnus dapat dikatakan paling spektakuler dan kompleks.
-
Apa yang ditemukan pada catatan geologi bumi tentang cincin Saturnus? 'Selama jutaan tahun, material dari cincin ini secara bertahap jatuh ke Bumi, menciptakan lonjakan dampak meteorit yang diamati dalam catatan geologi,' Profesor Tomkins menjelaskan dalam sebuah pernyataan, dikutip dari IFL Science, Rabu (18/9). 'Kami juga melihat bahwa lapisan-lapisan batuan sedimen dari periode ini mengandung sejumlah besar puing meteorit.'
-
Kenapa tampilan orang Saturnus seperti orang tua? Lain hal dengan tampilan Saturnus. Tampilan planet ini diidentikan seperti orang tua. Ia menggunakan topi khas cincin Saturnus. Di sekeliling topinya itu ada semacam selang dan alat pengukur tekanan.
-
Apa yang ditemukan di Saturnus? Sampel ini dipercaya memiliki banyak senyawa organik sebagai pembangun kehidupan di planet itu.
-
Bagaimana cincin Saturnus mempengaruhi iklim bumi? 'Yang membuat temuan ini semakin menarik adalah potensi implikasi iklim dari sistem cincin tersebut,' imbuh Tomkins. Para peneliti itu berspekulasi bahwa cincin yang terbentuk di sekitar bumi telah membentuk bayangan di atas bumi yang menghalangi sinar matahari. Hal ini dapat berkontribusi pada peristiwa glasialisasi pada Hirnatian Icehouse sekitar 500 juta tahun terakhir di sejarah bumi
-
Apa yang terjadi pada Cincin Saturnus di tahun 2025? Pada bulan Maret 2025, sudut ini akan mencapai 0 derajat. Sehingga melihat cincin Saturnus akan serupa dengan melihat selembar kertas yang menghadap ke atas ketika ditempatkan di ujung lapangan sepak bola.
"Hampir mustahil untuk menghasilkan sesuatu yang begitu bersih," kata Sascha Kempf dari Universitas Colorado Boulder, penulis utama salah satu studi yang mencoba menentukan usia cincin Saturnus.
"Bayangkan cincin itu seperti karpet di rumah Anda. Jika Anda memiliki karpet bersih, Anda tinggal menunggu. Debu akan menempel di karpet Anda. Hal yang sama berlaku untuk cincin," tambahnya.
Para ilmuwan turut menghitung bahwa jumlah debu yang menumpuk di cincin setiap tahun adalah sekitar 166 miliar ton. Berdasarkan jumlah ini, mereka memperkirakan usia cincin tersebut sekitar 400 juta tahun, jauh lebih muda dibandingkan usia dari Saturnus sendiri.
Melansir dari IFLScience, Jumat (20/12), sebuah penelitian baru mengungkap bahwa kebersihan cincin Saturnus mungkin tidak ada kaitan langsung dengan usianya. Saat mikrometeoroid bertabrakan dengan partikel cincin pada kecepatan tinggi (30 km/detik), material non-es dari penumbuk tidak langsung menempel pada cincin. Sebaliknya, material ini bisa menguap atau membentuk nanopartikel yang terlempar keluar oleh gravitasi Saturnus atau medan elektromagnetiknya.
"Kami menemukan bahwa penguapan dan pemuaian lengkap material penumbuk non-es pada tabrakan energik dengan partikel cincin menyebabkan pembentukan nanopartikel dan ion bermuatan yang kemudian dikeluarkan dari cincin melalui tabrakan dengan Saturnus, lepasnya gravitasi, atau tarikan elektromagnetik ke atmosfer Saturnus," tulis tim peneliti dalam makalah mereka.
Mereka juga menambahkan, "konsep usia paparan, yang menunjukkan bahwa cincin Saturnus masih muda berdasarkan akumulasi kumulatif material mikrometeoroid gelap, tidak boleh dijadikan satu-satunya acuan untuk memperkirakan usia cincin secara meyakinkan."
Dengan kata lain, meskipun cincin terlihat bersih, itu tidak selalu berarti cincin tersebut muda. Cincin Saturnus bisa jadi setua planetnya sendiri.
Para ilmuwan menyarankan dilakukannya penelitian lebih lanjut untuk menentukan usia cincin secara lebih akurat. Misalnya, mengamati faktor seperti porositas dan struktur partikel cincin bisa memberikan pengetahuan baru tentang pembentukan dan evolusi cincin.
Penelitian ini juga bisa memberikan pemahaman yang lebih baik tentang cincin di planet lain seperti Uranus dan Neptunus.
"Dampak kecepatan tinggi yang mengarah pada pembentukan nanopartikel dan ion bermuatan berpotensi terjadi di tempat-tempat seperti cincin Uranus dan Neptunus serta bulan-bulan es di sekitar planet raksasa," kata tim peneliti.
"Meskipun mekanisme ini mungkin tidak mengubah komposisi massal target yang terdampak, mekanisme ini menunjukkan bahwa komposisi permukaan dapat berubah," tutupnya.
Reporter magang: Nadya Nur Aulia