Habitat ludes, orang utan di Kaltim kerap dekati pemukiman
Warga tidak merasa terganggu, dan tidak mengusik orang utan itu.
Orang utan Kalimantan sub spesies Kalimantan Timur (Pongo Pygmaeus Morio), belakangan kerap terlihat di sekitar permukiman warga, di Desa Sangatta Utara, Sangatta, Kalimantan Timur. Warga menilai, hal itu terjadi lantaran habitat mereka di Taman Nasional Kutai (TNK) terbakar di 2015 lalu.
Alhasil, hal itu diduga menjadikan primata itu semakin sering berkeliaran di sekitar permukiman warga.
"Sepertinya karena habitat hutan terbakar di TNK, jadi mereka sekarang beberapa hari terakhir ini. Sering terlihat keluar hutan, bergelantungan," kata Rinda, warga Desa Sangatta Utara, saat dikonfirmasi merdeka.com, Jumat (25/3).
Warga desa yang sama, Agil, menerangkan orang utan dewasa maupun remaja kerap terlihat di sore hari, di seberang sungai Sangatta, pinggiran hutan TNK. Bahkan, kata Agil, mereka membuat sarang di pinggir sungai, yang mungkin dinilai kawasan subur.
"Kebetulan rumah saya di pinggir sungai. Di seberang sungai memang terlihat bergantungan di pohon. Mungkin mereka menemukan pakan baru. Kalau di dalam TNK, sepertinya mereka sekarang sudah sulit menemukan hutan rimbun, pepohonan yang besar," kata Agil.
"Apalagi, sekarang banyak pohon tumbang, juga dalam hutan ada kebun, hutan terbakar 2015 lalu, dan cuaca panas karena kemarau. Semakin sulit mereka menemukan makanan di dalam TNK ya," ujar Agil.
Orang utan terlihat bermain di pepohonan pinggir sungai kerap menjadi tontonan warga. Penduduk setempat, menurut Agil, tidak mengusik keberadaan mereka.
"Apakah mungkin mereka (orang utan) nyaman berada di pepohonan pinggir sungai. Warga sendiri tidak berani mengganggu, karena mereka terlihat nyaman," lanjut Agil.
Kepala Balai TNK, Erly Sukrismanto mengatakan, Desa Sangatta Utara memang berbatasan dengan wilayah TNK yang dipisahkan Sungai Sangatta.
"Tidak menutup kemungkinan orang utan berada di permukiman itu karena masuk dalam wilayah jelajah mereka. Orang utan itu kan sering berpindah-pindah, dengan home range sekitar 100 hektare," kata Erly.
"Saya harap, warga membiarkan saja, jangan diganggu. Nanti orang utan itu akan pindah lagi dengan sendirinya. Kalau soal kemungkinan kebakaran TNK 2015 lalu kecil kemungkinannya, karena itu pola perilaku orang utan. Karena di Sangatta Utara jauh dari lokasi TNK yang terbakar," tutup Erly.