Habitat Terganggu Buat Harimau di Riau Berkeliaran di Pemukiman dan Makan Warga
Sedangkan di Kabupaten Indragiri Hulu, para petani dibikin khawatir dengan kedatangan dua ekor gajah. Bahkan kedua gajah yang diketahui berjenis kelamin jantan itu merusak tanaman sawit milik warga.
Sebulan terakhir, warga di Provinsi Riau dibuat khawatir dengan kemunculan binatang buas di perkebunan sawitnya. Satu orang petani di Bengkalis tewas usai diserang harimau pada awal April 2022 lalu.
Tak sampai di situ, harimau juga kembali muncul Kabupaten Bengkalis beberapa hari kemudian. Si belang bertaring tajam itu mendatangi sebuah rumah semi permanen yang berada di perkebunan sawit. Video kemunculannya bahkan direkam oleh penghuni rumah tersebut dan viral.
-
Kapan Prabowo tiba di Sumatera Barat? Calon Presiden (Capres) nomor urut 2 Prabowo Subianto tiba di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Padang Pariaman pada Sabtu (9/12) pagi.
-
Apa yang mengancam kelestarian Harimau Sumatera di habitat aslinya? Kerusakan ini karena pembalakan liar serta pembukaan hutan untuk lahan perkebunan, " kata Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Aceh Kamarudzaman di Banda Aceh, Senin (27/3).
-
Kapan orang Sulawesi Utara biasanya menyantap Binyolos? Biasanya, masyarakat Sulawesi Utara umumnya menyajikan Binyolos pada pagi hari atau sebagai menu sarapan.
-
Kenapa manusia melewati batas Bumi? Fenomena ini menandakan bahwa jejak ekologis manusia semakin besar, dan biokapasitas planet bumi tidak dapat mengimbanginya.
-
Kapan Suku Rejang tiba di pesisir barat Sumatera? Mereka diduga berlayar melintasi lautan dan menepi di pesisir barat Sumatera pada abad ke-2.
-
Bagaimana Sumur Barhut terbentuk? Dilansir Muscat Daily, disebutkan jika sumur neraka ini dibentuk oleh pelarutan batuan gamping. Seperti yang ditemukan wilayah Dhofar, Oman, dan di wilayah Mahra dan Hadramaut, Yaman. Lapisan batuan di gua ini terkikis oleh air tanah yang mengandung garam dan asam. Hal ini kemudian membentuk cekungan dan gua yang dalam setelah beberapa juta tahun.
Sedangkan di Kabupaten Indragiri Hulu, para petani dibikin khawatir dengan kedatangan dua ekor gajah. Bahkan kedua gajah yang diketahui berjenis kelamin jantan itu merusak tanaman sawit milik warga.
Kemunculan satwa-satwa dilindungi itu ke perkebunan sawit itu ditanggapi oleh Wakil Ketua Umum Asosiasi Sawitku Masa Depanku (Samade), Abdul Aziz. Menurutnya, kemunculan harimau dan gajah ke perkebunan warga di Riau merupakan hal yang biasa.
"Kalau di Riau, sebenarnya sudah tidak heran lagi kalau satwa-satwa itu masuk ke perkebunan. Dan yang paling ganas itu memang di Inhil, Bengkalis, Rohil, sebagian Rohul dan Kampar," kata Aziz kepada merdeka.com Kamis (21/4).
Menurutnya, ada beberapa hal yang menyebabkan satwa dilindungi itu masuk ke perkebunan warga. Salah satunya adalah karena habitat asli satwa tersebut sudah hilang. Hal itu disebabkan oleh izin berlebihan yang diberikan pemerintah kepada korporasi, baik perizinan perkebunan maupun kehutanan.
"Ditambah lagi eksodus besar-besaran masyarakat untuk berkebun, ini kan membuat persoalan yang rumit," kata dia.
Dengan kondisi ini, sambungnya, perlu pemantauan kembali apakah kantong-kantong yang disebut menjadi habitat asli satwa-satwa dilindungi itu masih berupa hutan atau bahkan sudah beralih fungsi menjadi perkebunan.
"Kalau memang lahan itu masih hutan, otomatis mereka akan bisa hidup di sana. Tapi kan keadaannya sekarang, satwa-satwa itu sampai masuk ke kebun rakyat," ujarnya.
Dia juga menyoroti, penyebab lain yang membuat satwa-satwa dilindungi itu masuk ke kebun rakyat bukan kebun korporasi.
"Kenapa sasarannya selalu kebun rakyat? Bisa jadi karena kalau kebun korporasi sekuritinya ada, ada parit gajah, ada juga yang di kanal. Sedangkan kebun rakyat kan tidak ada yang menjaga, tidak ada pembatas yang menghalangi satwa masuk ke sana. Makannya selalu kebun rakyat yang menjadi sasaran," ungkap dia.
Saat ini, kata Aziz, petani harus waspada. Karena berada di level paling bawah dengan keterbatasan sistem pengamanan, petani harus bisa menjaga diri sendiri.
"Sebenarnya ini solusi pasrah saja. Karena kalau petani bawa bedil, kemudian bertemu satwa itu dan dibedil, nanti petani yang kena pidana. Sementara kalau tidak dibedil kita yang dimangsa," ujarnya.
"Jadi solusinya ya itu, pertama kita lihat cuaca. Kalau cuaca misalnya agak sejuk, sebisanya jangan berkeliaran di kebun. Karena biasanya kalau cuaca dingin, makhluk hidup itu gampang lapar dan mencari mangsa. Kedua kalau ke kebun jangan sendiri, sehingga bisa saling memantau," imbaunya.
(mdk/eko)