Hapus UN, Begini Penjelasan Mendikbud Nadiem soal Asesmen Kompetensi Siswa
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menjelaskan model ujian pengganti Ujian Nasional (UN) yakni asesmen kompetensi yang akan dimulai pada 2021. Nadiem menyebut nantinya asesmen kompetensi akan berdasarkan numerasi (matematika), literasi (bahasa), dan survei karakter.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menjelaskan model ujian pengganti Ujian Nasional (UN) yakni asesmen kompetensi yang akan dimulai pada 2021. Nadiem menyebut nantinya asesmen kompetensi akan berdasarkan numerasi (matematika), literasi (bahasa), dan survei karakter.
"Satu literasi, kemampuan memahami konsep bacaan. Kedua numerasi, bukan kemampuan menghitung, tapi kemampuan mengaplikasikan konsep menghitung dalam suatu konteks abstrak dan nyata," kata Nadiem dalam Rapat RDP dengan Komisi X di Kompleks Parlemen Senayan, Kamis (12/12/2019).
-
Apa saja ujian yang dialami Nabi Ayub? Nabi Ayub diberikan banyak ujian hidup dari Allah. Mulai dari hilangnya harta dan kekayaan, diberikan penyakit hingga belasan tahun, dan ditinggalkan oleh keluarga tercinta.
-
Kapan Naja dinyatakan lulus kuliah? Naja yang baru saja dinyatakan lulus dari kuliahnya di Inggris kini tumbuh menjadi remaja yang super cantik.
-
Apa gunanya ujian sekolah? Dengan ujian sekolah, maka setiap pelajar dapat mengetahui hingga mengukur masing-masing kemampuannya dalam setiap mata pelajaran.
-
Kenapa Nabi Ayub diberi ujian? Allah pun memberikan berbagai macam ujian kepada Nabi Ayub.
-
Kapan najis mukhaffafah dianggap suci? Jika najis mengenai baju Anda, maka setelah dipercikkan air, baju diperas kemudian dikeringkan.
-
Apa yang terjadi di Pesanggrahan Menumbing selama pengasingan para tokoh nasional? Meski dipisahkan, para tokoh juga memikirkan nasib negara Indonesia pada saat itu.
"Ngerti ya perbedaannya bapak ibu bedanya, ini merupakan kompetensi fundamental," tambah Nadiem.
Nadiem menjelaskan alasan memilih asesmen literasi dan numerasi. "Kenapa kita pilih literasi? Bisa memahami semua pelajaran kalau memahami logikanya literasi dan numerasi. Ini kompetensi inti untuk bisa belajar apapun, untuk fisika, IPS, matematika, bahasa, sastra, sejarah, semua hal informatika, ini basisnya," jelasnya.
Terakhir mengenai survei karakter, Nadiem menyebut pada asesmen ini akan disurvei pada anak, seberapa jauh paham atau azas pancasila dipahami dan diterapkan siswa.
"Terakhir survei karakter, di sinilah kita menanyakan pertanyaan untuk menemukan seberapa jauh asas pancasila. Caranya bukan tanyakan sila yang mana? Atau apa sila kedua? Tapi pointnya apa itu gotong royong, apa itu toleransi. Akan dibuat survei apakah ini anak di-bully di kelas, apa anak ini mendapat tekanan, apa dia diberi ajaran tidak toleran, apa diberi kesempatan beropini," terangnya.
Mantan CEO Go-Jek ini memastikan asesmen kompetensi ini sudah ada dasar dan survei dari berbagai macam asesmen di seluruh dunia. "Kita bekerja sama berbagai macam organisasi, seperti yang membuat PISA, yang semuanya meng-ases secara murni kompetensi bernalar," katanya.
Selain itu, Nadiem membeberkan alasan mengapa asesmen dilaksanakan di tengah jenjang pendidikan bukan di ujung. Alasannya agar tidak menjadi alat seleksi masuk.
"Asesmen ini dilakukan di tengah jenjang, kenapa? Karena tidak bisa lagi jadi alat seleksi masuk tahap berikutnya. Tidak bisa lagi digunakan tanda prestasi siswa. Ini sangat penting untuk mengakhiri penghukuman siswa," ucapnya.
Penerapan asesmen pada 2021 pun ada alasan khusus dari Nadiem. Tahun 2020 Nadiem masih memberikan jalan agar UN terlaksana sebab sudah banyak siswa dan orangtua yang sudah terlanjur menyiapkan berbagai bimbel untuk UN tahun depan itu.
"Kami simpati dengan banyaknya bapak ibu sudah mengeleskan anaknya, sudah belajar keras, mereka sudah melakukan investasi pada anak dan karena itu jangan disia-siakan," ujarnya.
Reporter: Delvira Hutabarat
Sumber: Liputan6.com
(mdk/bal)