Hasil Penelitian: Virus Penyebab Cacar Monyet Bermutasi dan Mudah Menyebar
"Sekarang ini sudah bermutasi dan juga lebih mudah menular," sambungnya.
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI, Tjandra Yoga Aditama menyampaikan virus penyebab cacar monyet telah bermutasi dan mudah menular. Pernyataan ini merujuk pada laporan Center for Infectious Diseases and Research Policy (CIDRAP).
Laporan itu dikeluarkan pada 24 Juni 2022 dengan judul 'Virus Causing Monkeypox Outbreak Has Mutated to Spread Easier'.
-
Apa yang harus dilakukan untuk mencegah penyebaran virus cacar monyet? "Pola hidup sehat dengan menjaga asupan gizi dan kebersihan tangan serta tidak berkontak dengan pasien yang mengalami infeksi ini, dan tidak menggunakan barang bersama merupakan hal yang penting diperhatikan," ujar Hanny dilansir dari Antara.
-
Bagaimana cara mencegah penyebaran virus cacar? Kebersihan tangan dan kuku sangat penting untuk mencegah penyebaran virus cacar ke area tubuh yang lain atau bahkan ke orang lain.
-
Bagaimana cara mengurangi risiko penularan virus cacar monyet di tempat umum? Perhatikan barang-barang di sekitar. Usahakan tidak menggunakan alat mandi bersama, handuk, atau sisir bersama di tempat umum karena masih potensial untuk menularkan infeksi," lanjut Hanny.
-
Apa itu penyakit cacar monyet? Penyakit cacar monyet merupakan infeksi virus yang ditandai dengan munculnya bintil bernanah di kulit. Penyakit ini disebabkan oleh virus, tepatnya adalah virus monkeypox.
-
Mengapa penting untuk menghindari kontak dengan hewan yang terinfeksi cacar monyet? Cara Mencegah Mpox (Monkeypox)Hindari Kontak dengan Hewan yang Terinfeksi: Hindari kontak langsung dengan hewan liar, seperti monyet dan hewan pengerat yang dapat membawa virus monkeypox. Jangan menyentuh atau menangani hewan yang sakit atau mati di daerah yang endemik terhadap penyakit ini.
-
Apa itu virus? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
"Disebutkan bahwa berdasar artikel ilmiah di jurnal Nature Medicine 24 Juni, di mana virus penyebab monkeypox sekarang di negara nonendemik ternyata berbeda dari yang asalnya di beberapa negara Afrika," kata Tjandra kepada merdeka.com, Senin (27/6).
"Sekarang ini sudah bermutasi dan juga lebih mudah menular," sambungnya.
Temuan mutasi virus penyebab cacar monyet ini berdasarkan data sekuensing 3.000 kasus di Eropa dan Amerika. Peneliti menemukan perbedaan di 50 tempat single nucleotide polymorphisms (SNPs) dan beberapa mutasi.
Peneliti juga menyebut peran superspreader sebagai salah satu penyebab penularan cacar monyet di masyarakat.
Tjandra menyebut, telah dilakukan pemodelan penyebaran kasus cacar monyet bila negara tidak melakukan penanganan kesehatan masyarakat dengan tepat. Hasil modeling memperlihatkan diperkirakan jika ada 3 kasus saja, maka akan terjadi penularan ke 18 kasus.
Kemudian bila ada 30 kasus, maka akan bertransmisi menjadi 118 kasus. Modeling ini disampaikan dalam artikel di Lancet Microbe pada 24 Juni lalu.
"Kalau dilakukan dengan baik proses identifikasi, penelusuran kontak, isolasi surveilans dan vaksinasi sekitar (ring vaccination) maka jumlah kasus sekunder akan turun sampai 81 persen," jelas mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara ini.
Sementara itu, dokter senior yang juga Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zubairi Djoerban mengatakan World Health Network (WHN) mendeklarasikan cacar monyet sebagai pandemi. Namun, World Health Organization (WHO) menyatatakan cacar ini belum menjadi darurat kesehatan global.
"Yang jelas, ada tiga ribu lebih kasus cacar monyet terkonfirmasi di 58 negara hingga kini. Tetap waspada," ujarnya.