Virus Kuno yang Tersembunyi di DNA Manusia Ternyata Bisa Jadi Pemicu Masalah Kesehatan Mental
Penelitian menemukan bahwa di tubuh manusia terdapat virus kuno yang tersembunyi di DNA dan bisa menjadi penyebab masalah kesehatan mental.
Penelitian menemukan bahwa di tubuh manusia terdapat virus kuno yang tersembunyi di DNA dan bisa menjadi penyebab masalah kesehatan mental.
-
Apa temuan yang diungkap oleh DNA kuno? Temuan DNA Kuno Ungkap Proses Kawin Silang Antar Manusia Purba
-
Apa dampak kesehatan mental yang buruk terhadap tubuh? Gangguan kesehatan mental yang tidak diobati atau dikelola dengan baik dapat meningkatkan risiko penyakit fisik yang membahayakan diri seseorang seperti penyakit jantung, diabetes, obesitas, dan gangguan tidur atau insomnia.
-
Apa yang ditemukan dalam penelitian DNA? Museum melaporkan, para peneliti berhasil mengumpulkan informasi yang memadai tentang delapan tengkorak ini, sehingga membenarkan upaya khusus untuk menemukan keturunan mereka yang khusus. Dalam pemeriksaan tengkorak tersebut, salah satu tengkorak yang menarik perhatian adalah yang bertuliskan 'Akida.' Hal ini mengindikasikan bahwa tengkorak ini pernah dimiliki oleh penasihat terkemuka Mangi Meli, seorang pemimpin yang kuat dari kelompok etnis Chagga pada akhir abad ke-19. Museum mengonfirmasi sampel DNA yang diperoleh dari tengkorak ini secara langsung sesuai dengan keturunan Akida.
-
Apa dampak DNA Neanderthal pada kesehatan? Penelitian-penelitian terbaru mengungkap bahwa DNA yang diwariskan dari manusia Neanderthal ini mempengaruhi berbagai aspek kesehatan kita, mulai dari sensitivitas terhadap rasa sakit hingga risiko penyakit autoimun.
-
Gen apa yang virus purba berikan kepada nenek moyang manusia? Penemuan ini menunjukkan virus mungkin memainkan peran lebih besar dalam evolusi kita daripada yang kita sadari, menyumbangkan gen yang mungkin memberi sel-sel seperti nenek moyang simbiosis eukariota Amoebidium keunggulan dalam kelangsungan hidup.
-
Mengapa virus menyerang manusia? Virus yang dapat menyerang manusia memang perlu dipahami.
Virus Kuno yang Tersembunyi di DNA Manusia Ternyata Bisa Jadi Pemicu Masalah Kesehatan Mental
Virus kuno yang tertanam dalam genom manusia mungkin meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan kesehatan mental seperti depresi, bipolar, dan skizofrenia. Dilansir dari Live Science, sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications pada Mei lalu menyoroti peran human endogenous retroviruses (HERVs), potongan DNA virus yang membentuk sekitar 8 persen dari genom manusia modern.
Gangguan kesehatan mental cenderung menurun dalam keluarga, dan studi pada mereka yang terlahir kembar menunjukkan bahwa genetika memainkan peran dalam pengembangan gangguan tersebut. Diperkirakan bahwa skizofrenia dan bipolar memiliki heritabilitas hingga 80 persen, yang berarti sebagian besar variabilitas yang terlihat dalam gangguan ini disebabkan oleh perbedaan genetik antar individu.
Peran HERV dalam Gangguan Kejiwaan
Beberapa varian gen tertentu telah dikaitkan dengan gangguan ini, namun pengaruh HERVs belum banyak diketahui.
"Kami terpesona oleh konsep bahwa [HERVs] ada dalam genom manusia dan begitu banyak yang tidak diketahui tentang mereka," kata Timothy Powell, seorang ahli saraf dan genetik molekuler di King's College London.
HERVs adalah potongan virus yang telah dijalin ke dalam genom manusia selama waktu evolusi, dengan sampel tertua terdapat di nenek moyang kita lebih dari 1,2 juta tahun yang lalu. Beberapa HERV diketahui aktif dalam sel kanker dan mungkin berkontribusi pada penyakit tersebut.
HERV lainnya aktif dalam jaringan sehat atau memainkan peran penting dalam perkembangan awal, sehingga tidak semuanya buruk. Beberapa HERV bahkan aktif di otak, namun belum jelas apa yang mereka lakukan.
Sebelumnya, para ilmuwan telah mempelajari peran HERVs dalam gangguan kejiwaan dengan membandingkan materi genetik individu tanpa gangguan tersebut dengan mereka yang terpengaruh oleh gangguan tertentu. Kelemahan dari metode ini adalah tidak memperhitungkan pengaruh faktor lingkungan atau kondisi lain yang mungkin dimiliki seseorang, sehingga sulit untuk mengatakan dengan pasti bahwa potongan DNA tertentu, dalam isolasi, sangat terkait dengan gangguan tersebut.
Studi baru ini menggunakan pendekatan berbeda untuk menimbang efek ribuan HERVs. Para peneliti mengakses data genetik dari studi sebelumnya yang melibatkan puluhan ribu orang, serta sampel jaringan otak postmortem yang dikumpulkan dari hampir 800 pasien dengan dan tanpa gangguan kejiwaan.
Mereka menemukan bahwa varian gen tertentu dikaitkan dengan risiko lebih tinggi dari tiga gangguan kejiwaan — skizofrenia, depresi, dan bipolar. Varian ini juga mempengaruhi apakah HERV di otak "dinyalakan" dan sejauh mana.
"Hubungan ini memberi kita kepastian lebih bahwa perbedaan genetik yang kita lihat antara kasus dan kontrol lebih mungkin merupakan refleksi nyata dari biologi gangguan tersebut," kata Rodrigo Duarte, seorang peneliti di King's College London.
Studi ini menunjukkan bahwa HERVs ini meningkatkan peluang pengembangan gangguan tersebut, tetapi dari temuan ini, tidak banyak yang bisa dikatakan tentang seberapa besar potongan genetik ini meningkatkan risiko seseorang. Memiliki salah satu HERVs tidak serta-merta menjamin seseorang akan terkena gangguan yang terkait.
Ke depan, kelompok peneliti ini berencana untuk memanipulasi aktivitas HERV dalam sel otak di piringan laboratorium untuk melihat apakah mereka mempengaruhi cara neuron tumbuh dan membentuk koneksi.
"Dari sudut pandang genetik, ini adalah kemajuan di bidang ini," kata Nath.
"Tetapi dari sudut pandang patogenesis, masih banyak yang perlu dijawab" tentang bagaimana HERV sebenarnya berkontribusi pada penyakit.
Penemuan ini membuka jalan baru dalam memahami bagaimana elemen kuno dalam genom kita bisa berperan dalam kesehatan mental, serta mengarahkan pada kemungkinan intervensi baru untuk mengatasi gangguan kejiwaan yang kompleks ini.