Ini Penyebab Mengapa Berat Badan Seseorang Naik saat Berhenti Merokok
Bertambahnya berat badan seseorang ketika dia berhenti merokok bukanlah mitos belaka. Penelitian mengungkap mengapa hal ini terjadi.
Bertambahnya berat badan seseorang ketika dia berhenti merokok bukanlah mitos belaka. Penelitian mengungkap mengapa hal ini terjadi.
-
Kapan pengguna narkoba mengalami perubahan berat badan? Beberapa ciri-ciri pengguna narkoba paling mencolok adalah yang memengaruhi proses fisiologis tertentu.
-
Apa efek buruk merokok bagi kesehatan? Merokok dapat menyebabkan berbagai penyakit serius, mulai dari kanker paru-paru, penyakit jantung, hingga stroke.
-
Apa penyakit yang menyebabkan berat badan naik? Sekitar satu dari lima orang dewasa mengalami gangguan tiroid yang tidak aktif, juga dikenal sebagai hipotiroidisme. Meskipun kondisi ini lebih umum pada wanita, pria juga dapat mengalami hipotiroidisme, yang dapat menyebabkan peningkatan berat badan secara mendadak.
-
Apa dampak buruk merokok? Zat-zat kimia yang terdapat dalam rokok merusak kolagen pada kulit, yang mengakibatkan kulit menjadi kusam dan munculnya keriput.
-
Apa dampak dari perokok? Kebiasaan merokok ini dapat menyebabkan masalah paru-paru dan berkontribusi pada risiko stunting jangka panjang pada anak.
-
Bagaimana cara penelitian menentukan pengaruh merokok pada kesehatan? Penelitian ini mengevaluasi 3.430 anak di Swedia utara yang diikuti sejak usia delapan tahun hingga mereka berusia 19 tahun. Kemudian, mereka kembali dievaluasi pada usia 28 tahun melalui kuesioner tahunan.
Ini Penyebab Mengapa Berat Badan Seseorang Naik saat Berhenti Merokok
Ketika seseorang memutuskan untuk berhenti merokok, salah satu kekhawatiran yang sering muncul adalah peningkatan berat badan yang biasanya menyertainya. Sebuah studi terbaru telah mengungkap sejumlah penjelasan atas fenomena ini.
Menurut hasil penelitian yang dipresentasikan pada European Congress on Obesity tahun ini, yang menganalisis data dari lebih dari 80.000 orang dewasa di Inggris, para perokok cenderung memiliki pola makan yang lebih kurang dan cenderung menjaga kebiasaan makan yang tidak sehat dibandingkan dengan bukan perokok.
"Meskipun berhenti merokok adalah langkah positif untuk kesehatan secara keseluruhan, namun hal ini dapat menimbulkan tantangan terkait pola makan. Nikotin menekan nafsu makan dan meningkatkan metabolisme, yang membantu perokok dalam menjaga berat badan. Namun, ketika berhenti merokok, seringkali terjadi peningkatan nafsu makan dan keinginan akan makanan, yang berpotensi menyebabkan kenaikan berat badan," demikian tulis para peneliti dalam jurnal yang dipublikasikan di BMC Public Health.
Partisipan studi dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan status merokok mereka. Data mengenai usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, kebiasaan merokok, pola makan, dan perilaku diet diestimasi melalui kuesioner. Indeks massa tubuh (IMT) partisipan diukur selama penilaian kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan beberapa fakta menarik mengenai pola makan perokok dibandingkan dengan bukan perokok.
Para peneliti menemukan bahwa perokok memiliki kecenderungan untuk mengalami gangguan pola makan yang signifikan dibandingkan dengan bukan perokok.
Penelitian menunjukkan bahwa perokok memiliki dua kali lebih banyak kemungkinan untuk melewatkan makanan secara teratur, menciptakan ketidakseimbangan dalam asupan nutrisi harian mereka.
Selain itu, mereka 35 persen lebih sedikit kemungkinannya untuk ngemil di antara waktu makan dan jarang menggunakan makanan sebagai hadiah atau hiburan, menunjukkan bahwa pola makan perokok cenderung tidak teratur dan tidak terkendali.
Hasil penelitian juga menyoroti bahwa perokok memiliki kecenderungan untuk menjaga jarak yang lebih lama antara waktu makan mereka. Mereka 50 persen lebih cenderung untuk tidak makan selama lebih dari tiga jam, yang dapat memengaruhi tingkat energi dan konsentrasi mereka sepanjang hari. Hal ini dapat memengaruhi kesehatan secara keseluruhan dan mengganggu fungsi tubuh secara umum.
Hal lain yang ditemui menunjukkan bahwa perokok cenderung memiliki frekuensi makan yang lebih sedikit dalam sehari dan kesulitan dalam meninggalkan makanan di piring mereka. Kebiasaan ini dapat berkontribusi pada asupan kalori yang tidak terkontrol dan potensi peningkatan berat badan yang signifikan setelah berhenti merokok.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa perokok lebih mungkin mengonsumsi makanan yang digoreng dan menambahkan garam serta gula ke dalam makanan mereka. Kebiasaan ini dapat berdampak negatif pada kesehatan jantung, tekanan darah, dan risiko terjadinya penyakit kronis lainnya, memperburuk kondisi kesehatan mereka secara keseluruhan.
Dengan demikian, penelitian ini menegaskan bahwa merokok tidak hanya memengaruhi kesehatan paru-paru dan sistem pernapasan, tetapi juga dapat mengganggu pola makan dan asupan nutrisi harian seseorang. Hal ini menekankan pentingnya mendukung perokok yang berusaha berhenti merokok dengan menyediakan bantuan dan dukungan dalam memperbaiki pola makan dan gaya hidup mereka.
Para peneliti mencatat bahwa hubungan ini lebih kuat pada individu yang lebih tua daripada pada dewasa muda. Kemungkinan untuk menambahkan garam dan gula ke dalam makanan lebih besar pada pria daripada pada wanita, membuat perokok pria lebih rentan terhadap kebiasaan makan yang tidak sehat.
"Kekhawatiran akan peningkatan berat badan sering menjadi alasan umum bagi perokok untuk tidak mencoba berhenti atau tidak berhasil dalam upaya mereka untuk berhenti merokok. Temuan kami menunjukkan bahwa merokok terkait dengan pola perilaku makan yang mengarah pada asupan makan yang berkurang dan kualitas diet yang buruk, yang ditandai dengan konsumsi makanan yang seringkali berupa makanan yang digoreng dan penambahan garam serta gula ke dalam makanan. Hal ini dapat membantu menjelaskan peningkatan berat badan yang sering terjadi ketika seseorang berhenti merokok," kata peneliti utama Dr. Scott Willis dalam rilis berita.
Para peneliti menekankan bahwa hasil studi ini menyoroti pentingnya bantuan manajemen nutrisi dan berat badan yang lebih baik bagi mereka yang berusaha berhenti merokok.