Heli Apache 'tank killer' jadi alutsista baru kebanggaan TNI AD
Heli Apache 'tank killer' jadi alutsista baru kebanggaan TNI AD. Kedua, ada roket dengan daya tembak lima sampai tujuh kilometer, tergantung kebutuhannya. Daya ledaknya sendiri mencapai 50 meter. Selanjutnya yang ketiga adalah misil air to ground yang digunakan untuk menghancurkan lapis baja alias tank killer.
TNI Angkatan Darat (AD) memiliki deretan Helikopter Apache baru. Alutsista ini sidah terkenal ketangguhannya di medan tempur. Direncanakan Apache akan menggantikan posisi helikopter serbu Mi-35P yang sebelumnya digunakan.
Pantauan Liputan6.com, Jumat (20/7), delapan buah unit Helikopter Apache terparkir di Lapangan Terbang Skardon 11/Serbu, Semarang, Jawa Tengah. Empat di antaranya sudah mondar-mandir digunakan untuk pelatihan.
-
Di mana prajurit TNI AD ini berasal? Diungkapkan oleh pria asli Kaimana, Papua Barat ini bahwa sebelum memutuskan menikah, Ia sudah menjalin asmara atau berpacaran selama 3 tahun.
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Kapan Jenderal Wismoyo menjabat sebagai Kepala Staf TNI AD? Jenderal TNI Wismoyo Arismunandar menjabat Kepala Staf TNI AD dari tahun 1993 sampai 1995.
-
Apa yang menjadi cikal bakal Kopassus TNI AD? Soegito lulus Akademi Militer dan bergabung dengan Korps Baret Merah yang saat itu bernama Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Pasukan elite ini menjadi cikal bakal Kopassus TNI AD. Berbagai penugasan tempur pernah dijalani oleh Soegito. Termasuk terjun ke Dili saat Indonesia menyerbu Timor Timur.
-
Apa yang terjadi pada anggota TNI di Bekasi? Seorang anggota TNI Angkatan Darat (AD) berinisial Praka S (27) tewas dengan luka-luka dan berlumuran darah di tubuhnya. Korban tewas setelah menjalani perawatan di Unit Gawat Darurat RSUD Kota Bekasi.
-
Di mana ledakan gudang amunisi TNI terjadi? Lokasi ledakan Gudang Amunisi Daerah (Gudmurad) Desa Ciangsana, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (30/3) lalu menyisakan pertanyaan.
Komandan Skardon 11/Serbu Kolonel Korps Penerbangan TNI AD Cahyo Permono menyampaikan, Helikopter Apache merupakan alutsista yang dipesan dari Amerika Serikat. Berbeda dengan Helikopter angkut yang digunakan untuk membawa prajurit, Apache memang difungsikan untuk melakukan serangan.
Setelah melalui proses kontrak sejak 2013, kedelapan heli tersebut masuk bertahap ke Indonesia dengan tiga unit pada 2017 dan sisanya pada Maret 2018 lalu.
"Jadi helikopter ini dilengkapi dengan senjata. Kalau helikopter serbu itu gunanya untuk mengangkut pasukan, tetapi kalau helikopter serang itu membawa senjata dan bisa bertempur di medan pertempuran," tutur Cahyo di Lapangan Terbang Skardon 11/Serbu, Semarang, Jawa Tengah.
Apache si Tank Killer
Helikopter Apache memang cukup berbeda dengan Helikopter Mi-35P. Capung besi itu dilengkapi peralatan serba digital yang juga dioperasikan menggunakan komputer lewat sensor. Sementara Mi-35P merupakan produk Rusia yang masih menggunakan mode analog.
"Merupakan helikopter digital pertama yang kita miliki. Digital bukan hanya displaynya saja, tetapi semua proses sistemnya, proses untuk menghitung senjata dan perkenaan targeting semua dicatat oleh komputer. Dan juga gabungan antara optik dan elektronik sehingga kita sebut electro optic sensor," jelas dia.
Helikopter Apache TNI AD menjadi yang pertama dimiliki Indonesia. Kecanggihannya pun memampukan prajurit untuk bertempur di setiap kondisi, baik siang maupun malam hari. Bahkan, kondisi malam malah menjadi salah satu keunggulan helikopter tersebut.
"Untuk menjamin kemampuan tersebut maka pilot juga dilatih secara intensif untuk mampu terbang di malam hari," kata Cahyo.
TNI AD sudah memiliki 20 pilot yang siap untuk mengawaki Helikopter Apache. Mereka dikirim ke Amerika dan dilatih di US Army Flight School dan menjalani masa pendidikan sekitar delapan sampai dengab 10 bulan. Setengah dari mereka sudah kembali ke Indonesia.
"Sepuluh pilot tadi kita adakan penambahan jam terbang untuk bisa lebih familiar dengan pesawat ini. Jadi ini memang pesawat baru buat kita dan kita perlu familiar. Tergantung kebutuhan (jam terbang), dalam artian bisa satu pesawat sejam, dua jam, tiga jam. Tapi untuk saat ini satu sampai 1,5 jam terbang sehari," kata lulusan Akmil 1998 itu.
Lebih lanjut, di Asia Tenggara sendiri satu-satunya negara pemilik Helikopter Apache tipe Eco ini hanya Indonesia. Sementara untuk cakupan lebih luas yakni Asia, baru tiga negara saja yakni Taiwan dan Korea Selatan.
Fasilitas persenjataan Helikopter Apache milik TNI AD sama persis dengan yang diproduksi untuk Amerika Serikat. Perangkat tempur yang dipasang ada tiga jenis.
"Pertama ada automatic gun canon 30mm itu memiliki daya menghancurkan musuh 1,5 km sampai dengan 3,5 km. Nah canon anti personel bisa juga anti tank kecil karena dia mampu menembus baja sekitar 2 inci atau 5 cm," beber Cahyo.
Kedua, ada roket dengan daya tembak lima sampai tujuh kilometer, tergantung kebutuhannya. Daya ledaknya sendiri mencapai 50 meter. Selanjutnya yang ketiga adalah misil air to ground yang digunakan untuk menghancurkan lapis baja alias tank killer.
"Dikendalikan oleh laser. Di hidung Apche itu ada namanya TADS, Target Acquisition and Designation System. Sistem untuk mendapatkan target, bisa mencari musuh dan setelah itu akan ada misil yang akan ditembakkan ke musuh," bebernya.
Sumber: Nanda Perdana Putra
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Ryamizard bertemu Menhan Amerika di Hawaii, bahas Alutsista sampai terorisme
Rahasia kehebatan menembak TNI sampai kalahkan AS dan Australia
Mengupas 5 senjata serbu asli buatan Indonesia
Mengupas KRI Ardadedali, kapal selam sakti milik TNI AL
4 Kecanggihan helikopter baru milik TNI AL, anti kapal selam
Mengupas Apache AH 64, helikopter milik TNI AD paling canggih di dunia