Hendropriyono ajak rakyat tumpas terorisme seperti zaman pemberontakan DI/TII
Politisi Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) itu ingin masyarakat bergandeng tangan menangani kasus terorisme, seperti kala melawan pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) pimpinan Kartosoewirjo.
Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono mengajak penduduk Indonesia melawan aksi terorisme. Sebab, terorisme masih memiliki kekuatan cukup besar di dalam negeri.
"Karena terorisme ini sasarannya tidak terbatas. Harus dijawab juga oleh suatu kekuatan yang tidak terbatas, yaitu kekuatan seluruh masyarakat bangsa Indonesia," ujar Hendropriyono di Gedung Sekar Wijaya Kusuma, Jakarta Timur, Minggu (13/5).
-
Apa yang Hendropriyono rasakan terhadap perilaku kaum Arab di Indonesia saat ini? Sudah mulai nampak reaksi dari segolongan masyarakat pribumi, terhadap kelakuan para oknum Habib tersebut, yang dirasakan telah sangat merendahkan harkat bangsa.
-
Dimana serangan teroris terjadi? Serangan tersebut terjadi di gedung teater Crocus City Hall yang berlokasi di Krasnogorsk, sebuah kota yang terletak di barat ibu kota Rusia, Moskow.
-
Bagaimana Raden Ario Soerjo meninggal? Lalu mereka disuruh turun kemudian dibawa ke hutan dan dihabisi nyawanya oleh PKI.
-
Bagaimana cara mencegah tindakan terorisme? Cara mencegah terorisme yang pertama adalah memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Pengetahuan tentang ilmu yang baik dan benar ini harus ditekankan kepada siapa saja, terutama generasi muda.
-
Kapan Wibowo Wirjodiprodjo meninggal? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
-
Kapan Alimin bin Prawirodirjo lahir? Lahir di Surakarta, Jawa Tengah pada tahun 1889, pria yang kerap disapa Alimin ini terlahir dari kalangan keluarga miskin.
Menurut dia, terget aksi terorisme sangat luas. Siapapun bisa menjadi korban. Sementara kekuatan Polri-TNI sangat terbatas tanpa dukungan dan peran nyata masyarakat.
Hendropriyono tak mau menyalahkan pihak manapun dalam aksi terorisme yang terjadi sepakan terakhir ini. Dia menyatakan, kericuhan yang terjadi di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok dan bom bunuh diri di beberapa gereja di Surabaya merupakan tanggung jawab bersama.
"Yang salah kita semua kenapa diam saja. Karena ini kan masalah sasarannya bukan cuma BIN, pemerintah, polisi, TNI. Tapi kita semua. Masa kita mau hidup atau mati tergantung sama orang lain," tuturnya.
Politisi Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) itu ingin masyarakat bergandeng tangan menangani kasus terorisme, seperti kala melawan pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) pimpinan Kartosoewirjo.
"Kita 1949-1962 terus dibayang-bayangi oleh terorismenya DI/TII Kartosoewirjo di Jawa Barat. Akhirnya 1962 rakyat bergandengan tangan mengepung sampai di Majalengka," ucap Hendropriyono.
Kasus DI/TII, kata Hendropriyono, sempat diselesaikan secara politis. Bahkan Perdana Menteri Indonesia M Natsir terjun langsung ke lapangan, namun tak kunjung dapat menuntaskan kasus DI/TII.
"Akhirnya rakyat yang menyelesaikan," katanya.
Hingga saat ini, dia melanjutkan, keberhasilan tersebut menjadi kebanggaan masyarakat Jawa Barat, terutama Majalengka. Mereka dengan bangga menceritakan keberhasilannya menyelesaikan kasus terorisme masa lampau kepada anak cucunya.
"Karena sasarannya rakyat, rakyat harus bela diri, harus berani. Jangan diam saja," ucapnya.
Hari ini yang menjadi korban terorisme adalah warga Surabaya yang tengah beribadah di beberapa gereja.
Beberapa hari lalu, lima anggota Polri saat kerusuhan di Rutan Cabang Salemba, Mako Brimob, Depok. Sehari berselang, satu lagi anggota Brimob ditusuk terduga teroris di lokasi yang sama.
"Sebentar lagi ada lagi, sebentar lagi kita. Jadi kita harus duluan mencegahnya dengan cara semua rakyat berpartisipasi bahkan harus di depan. Karena ini persoalan sosial, penyelesaiannya juga harus sosial. ini kemaslahatan masyarakat, ya yang menyelesaikan masyarakat," ujar Hendropriyono.
"Bukan berarti saya ajak anarkis, tidak. Tetap sesuai dengan aturan yang berlaku," dia menegaskan.
Reporter: Nafiysul Qodar
Sumber : Liputan6.com