Hikayat Gandalia, Alunan Musik Petani di Banyumas Untuk Menjaga Lahan
Sejarah gandalia di Kasepuhan Adat Kalitanjung sangat erat dengan aktivitas petani hutan. Dahulu para petani memainkannya sembari menunggu bibit tanaman yang masih kecil. Alat ini ditenteng masuk ke dalam hutan untuk menghibur diri serta mengusir babi hutan yang hendak menyerang.
Empat lelaki baya di Kasepuhan Adat Kalitanjung, Desa Tambaknegara, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas, berjalan pelan menenteng angklung. Mereka menaiki panggung, lalu duduk bersila memangku alat musik dari bambu itu. Kendang ditabuh. Seorang sinden mulai menyanyikan tembang Kidung Rumeksa Ing Wengi.
Angklung yang dimainkan oleh para sesepuh tersebut disebut warga setempat sebagai Gandalia. Alat ini terdiri dari empat buah bilah berlaras slendro dengan nada 2 (ro), 3 (lu), 5 (ma) dan 6 (nem). Bahannya dari bambu berdiameter sekitar 5-7 sentimeter.
-
Kapan Hari Musik Nasional dirayakan di Indonesia? Hari Musik Nasional dirayakan setiap tanggal 9 Maret di Indonesia.
-
Bagaimana keragaman budaya di Indonesia menciptakan mozaik budaya yang unik? Dengan lebih dari 300 suku dan berbagai bahasa daerah, keberagaman ini menciptakan mozaik budaya yang unik.
-
Siapa yang menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia? Sebuah momen menarik terekam oleh kamera televisi ketika penjaga gawang Maarten Paes dengan penuh rasa hormat menyanyikan lagu kebangsaan 'Indonesia Raya' dalam pertandingan Timnas Indonesia melawan Australia pada Selasa malam (10/9/2024).
-
Bagaimana musik oklik menjadi kesenian tradisional di Bojonegoro? Proses perubahan oklik dari alat komunikasi dan sarana ritual pengobatan warga kemudian menjadi kesenian dengan sendirinya. Dulunya alat musik ini dipukul secara tidak beraturan dengan pola ritmis abstrak. Suatu ketika ada perkumpulan beberapa penunggu cakruk yang memainkan oklik secara bersama-sama. Mereka dapat menciptakan pola ritme serempak dan rancak ketika dibunyikan bersama-sama. Oklik kemudian dikenal sebagai kesenian asli Bojonegoro.
-
Apa makna dari budaya mencium tangan di Indonesia? Biasanya, budaya cium tangan atau salim tangan ini dilakukan oleh orang yang lebih muda kepada yang lebih tua sebagai tanda hormat dan sopan santun.
-
Kenapa seni musik disebut sebagai ekspresi budaya? Dr. Sumarsam, seorang etnomusikolog dan profesor musik Indonesia, menekankan aspek budaya dalam seni musik. Ia menyatakan bahwa musik tidak dapat dipisahkan dari konteks budaya tempatnya berasal dan merupakan bentuk ekspresi budaya masyarakat.
Sejarah gandalia di Kasepuhan Adat Kalitanjung sangat erat dengan aktivitas petani hutan. Dahulu para petani memainkannya sembari menunggu bibit tanaman yang masih kecil. Alat ini ditenteng masuk ke dalam hutan untuk menghibur diri serta mengusir babi hutan yang hendak menyerang.
Gandalia merujuk pada kata berbahasa Jawa 'gondhol' yang memiliki makna dibawa pergi. "Gandalia adalah warisan leluhur dari di Grumbul Kalitanjung," kata Ketua Paguyuban Kasepuhan Adat Kalitanjung, Muharto.
Warisan Turun Temurun
Muharto bercerita, saat ini di Kalitanjung hanya tertinggal empat warga yang bisa memainkan angklung gandalia. Mereka yakni, Turmidi (75), Sanwiyata (80), Kusmareja (65), Kusmeja (80). Keempatnya masih memiliki pertalian saudara dan mewarisi keahlian memainkan gandalia dari orang tua masing-masing.
Turmidi misalnya, mulai belajar memainkan gandalia sejak berusia 10 tahun. Ia belajar dari ayahnya baik saat berada di lahan garapan maupun di rumah.
Dari cerita tutur lisan, para pemain gandalia merupakan keturunan Ki Bangsa Setra yang mendiami desa tersebut sekitar tahun 1900-an. Konon, Ki Bangsa Setra adalah seorang penayagan atau penabuh gamelan wayang yang mahir membuat tembang macapat.
Tradisi unik terkait musik gandalia, sinden mesti seorang laki-laki. Jika sinden Gandalia seorang perempuan dipercaya akan terjadi bencana. Pasalnya, leluhur kasepuhan adat Kalitanjung seorang perempuan. Sinden perempuan dianggap dapat menyaingi sosok leluhur mereka.
Di desa ini, Rusdi adalah satu-satu sinden laki-laki. Lagu yang kerap dinyanyikan oleh Rusdi diantaranya Gandalia, Cucu Benik, Kulu-kulu, Ler-ileng Kangkung, Gatotkaca Edan dan Jo lio. Khusus lagu berjudul Gandalia diciptakan Rusdi untuk menggambarkan sejarah alat musik tersebut.
"Dahulu Gandalia dimainkan dengan nada rengeng-rengeng. Tembang kemudian dimasukkan agar musik asli Kalitanjung ini lebih bisa menghibur lagi jika dipentaskan dalam sebuah pertunjukkan," kata Rusdi.
Penggemar gandalia, Agis Raditya bercerita bahwa di masa kanaknya kerap mendengar sejumlah petani memainkan angklung gandalia saat lahan diserang hama tikus dan celeng. Kenangan itu membuat ia takjub. Sedang saat ini, ia sangat menggemari gandalia saat memainkan tembang cucuk benik.
"Tembang ini mengingatkan masa kecil saya. Karena tembangnya menceritakan permainan anak-anak," kata Agis.
Gandalia tak bisa dipungkiri merupakan bagian dari ekspresi kesenian rakyat di Kabupaten Banyumas. Gandalia sekaligus menunjukkan karakteristik masyarakat pendukungnya, petani kreatif yang menjaga alam sebagai sumber kehidupannya dengan mengedepankan pendekatan-pendekatan kesenian.
(mdk/gil)