Hutan mangrove, alternatif tempat ngabuburit di Bali
Para pengunjung bisa mencoba menelusuri rimbunnya hutan mangrove tersebut yang luasnya mencapai 1.373 Hakter dengan panjang 1,5 kilometer.
Saat bulan Ramadan, untuk mencari tempat ngabuburit di Pulau Dewata Bali tak hanya melulu pantai, pantai dan pantai. Namun, salah satu tempat yang nyaman untuk ngabuburit ialah Taman Hutan Raya Ngurah Rai, atau lebih dikenal dengan Mangrove Information Center (MIC).
Para pengunjung bisa mencoba menelusuri rimbunnya hutan mangrove tersebut yang luasnya mencapai 1.373 Hakter dengan panjang 1,5 kilometer.
-
Di mana Desa Wisata Cisaat berada? Desa Cisaat di Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, baru-baru ini mendapat gelar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI.
-
Bagaimana desa wisata ini dikelola? “Konsep pengembangan desa wisata di Kaduela dikelola secara mandiri dan melibatkan pemberdayaan masyarakat setempat sebagai kunci keberhasilan,” terang Iim
-
Kapan Desa Wisata Nusa meraih juara? Desa Wisata Nusa telah menyabet juara di Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 kategori homestay.
-
Apa saja destinasi wisata menarik yang dimiliki oleh Kabupaten Sidoarjo? Walau dikenal karena industrinya, nyatanya Kabupaten Sidoarjo juga menawarkan beragam tempat wisata menarik yang patut dikunjungi. Beberapa di antaranya adalah:Wisata Sungai PorongSungai Porong menawarkan pengalaman unik dengan pulau Sarinah yang terbentuk di tengah kawah lumpur Lapindo. Aktivitas yang dapat dilakukan meliputi memancing, menyusuri sungai, serta menikmati matahari terbit dan terbenam.
-
Kapan Wisata Perahu Kalimas diresmikan? Bertepatan dengan Hari Jadi Kota Surabaya ke-729, pada Selasa (31/5/2022) malam, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi meresmikan wisata “Perahu Kalimas Reborn”.
-
Bagaimana Desa Wisata Nusa mengembangkan pariwisata? Desa Wisata Nusa berada di Kabupaten Aceh Besar, Aceh bergerak dan mengembangkan desa wisata berbasis masyarakat. Pengunjung bisa berinteraksi langsung dengan penduduk sekitar, bahkan bisa menginap di rumah milik warga.
Untuk tepatnya hutan mangrove ini berada di kawasan Suwung Kauh, Denpasar, Bali, tepatnya di Jalan By Pass Ngurah Rai. Jika masih kebingungan, posisinya jika dari arah Sanur Denpasar menuju ke arah Bandara Udara Ngurah Rai, lokasi mangrove berada di sebelah kiri jalan By Pass, sebelum Simpang Dewa Ruci.
Saat memasuki hutan tersebut, para pengunjung bisa menjelajahi luasnya hutan mangrove ini dengan mangrove track, yang terbuat dari kayu. Dari panjangnya track ini, akan melihat berbagai biota asli hutan mangrove yang masih alami. Mulai dari, burung ikan, keong, kepiting, hingga binatang rawa lainnya.
Selain itu, di hutan mangrove ini udara sangat sejuk, dengan ditemani angin sepoi-sepoi menambah nikmat suasana dan sangat cocok bagi pengunjung.
Dalam hutan juga disediakan tempat khusus istirahat, seperti tower di tengah hutan untuk bisa melihat seluruh kawasan, untuk menikmati keindahan alamnya, merasakan angin yang bertiup sepoi-sepoi, berfoto-foto, atau juga memancing.
R Guntara selaku, Polisi Kehutanan Unit Pelaksana Teknis Hutan Raya Ngurah Rai, dari Dinas Kehutanan Provisi Bali, menjelaskan bahwa wisata hutan Mangrove ini buka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga pukul 18.00 WITA. Wisatawan hanya perlu membeli tiket Rp 10.000 untuk masuk dan menikmati keindahannya.
"Nuansa alamnya hutan mangrove ini memang alami, jadi khususnya untuk para pengunjung untuk mencari hiburan dan bersantai sangat bagus dan dari segi psikologis dan kesehatan juga baik," ucapnya, Sabtu (26/5).
Menurut Guntara, selain bisa buat hiburan di tempat ini juga bisa untuk memancing, asalkan tidak merusak lingkungan habitat atau buang sampah sembarangan.
"Untuk di bulan Ramadan, ngabuburit di sini itu kembali ke manusianya suka atau tidak sukanya. Tapi, kalau untuk ngabuburit pendapat saya sangat bagus karena suasana sejuk," katanya.
Selain itu, untuk kunjungan wisatawan ke hutan Mangrove ini, menurut Guntara bervariasi mulai dari lokal dam mancanegara tapi secara presentasi memang lebih banyak lokal.
Sementara, Albert salah satu pengunjung yang liburan bersama istrinya ke hutan mangrove ini, mengatakan bahwa untuk pemandangannya cukup bagus dan alami. Tetapi, jika tak ada sampah akan lebih bagus sekali.
"Pemandangan cukup bagus dan alami, tapi kalau tidak ada sampah semakin bagus, kalau alam bagus sekali. Saya dan istri lagi liburan saja. Karena tempat ini cukup adem dan pas untuk menghindari kebisingan karena suasana sangat sepi," ujar warga Denpasar ini.
(mdk/rzk)