IDI Catat Kematian Tenaga Medis Akibat Covid-19 di Indonesia Tertinggi se-Asia
Salah satu dampak dari akumulasi peningkatan aktivitas dan mobilitas yang terjadi belakangan ini seperti berlibur, Pilkada, dan aktivitas berkumpul bersama teman dan keluarga yang tidak serumah.
Pandemi Covid-19 di Indonesia berdampak signifikan terhadap tenaga kesehatan. Berdasarkan catatan tim mitigasi PD IDI, kematian tenaga kesehatan akibat Covid-19 sejak Maret-Desember 2020 sebanyak 504 orang.
Jumlah ini disebut merupakan jumlah kematian tenaga medis paling tinggi se-Asia, dan menempati urutan kelima secara global. Catatan rekor kematian terjadi pada Desember 2020. Sebanyak 52 dokter gugur akibat Covid. Angka ini meningkat 5 kali lipat selama pandemi berlangsung di Indonesia.
-
Kapan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) resmi terbentuk? Tepat pada 24 Oktober 1950, IDI secara resmi mendapatkan legalitas hukum di depan notaris.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Dimana konsentrasi dokter spesialis di Indonesia? Dia mengatakan 59 persen dokter spesialis terkonsentrasi di Pulau Jawa. "Rata-rata semuanya dokter spesialis pada di Jawa dan di kota. 59 persen dokter spesialis itu terkonsentrasi di Pulau Jawa, 59 persen," ujarnya.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Siapa yang dilibatkan dalam penanganan pandemi Covid-19 dalam disertasi Kombes Pol Dr. Yade Setiawan Ujung? Analisis ini menawarkan wawasan berharga tentang pentingnya kerjasama antar-sektor dan koordinasi yang efektif antara lembaga pemerintah dan non-pemerintah dalam menghadapi krisis kesehatan.
Kenaikan jumlah kematian tenaga medis dan tenaga kesehatan ini sebagaimana dikatakan oleh Dr Adib Khumaidi, SpOT selaku Ketua Tim Mitigasi PB IDI, merupakan salah satu dampak dari akumulasi peningkatan aktivitas dan mobilitas yang terjadi belakangan ini seperti berlibur, Pilkada, dan aktivitas berkumpul bersama teman dan keluarga yang tidak serumah.
Meski pemerintah sudah menyiapkan vaksin yang akan diberikan secara gratis kepada masyarakat Indonesia secara bertahap, namun bukan berarti vaksin tersebut dapat menjadi obat Covid.
"Situasi akan bisa menjadi semakin tidak terkendali jika masyarakat tidak membantu dengan meningkatkan kepatuhan terhadap protokol kesehatan 3M," ucap Adib yang dikutip pada Selasa (5/1).
Adib juga mengingatkan pemerintah dan pengelola fasilitas kesehatan agar memperhatikan ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) bagi para tenaga medis dan kesehatan, serta memberikan tes rutin untuk mengetahui status kondisi kesehatan terkini para pekerja medis dan kesehatan.
"Perlindungan bagi tenaga medis dan kesehatan ini adalah mutlak diperlukan karena dalam situasi masyarakat yang abai protokol kesehatan dan seharusnya berada di garda terdepan dalam penanganan pandemi ini, namun kami kini bukan hanya menjadi garda terdepan namun juga benteng terakhir," imbuhnya.
Berdasarkan data yang dihimpun bersama oleh Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Medik Indonesia (PATELKI), Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) jumlah total kematian tenaga kesehatan terdiri dari 237 dokter dan 15 dokter gigi, 171 perawat, 64 bidan, 7 apoteker, 10 tenaga lab medik.
Para dokter yang wafat tersebut terdiri dari 131 dokter umum, 4 di antaranya merupakan guru besar, dan 101 dokter spesialis termasuk 9 guru besar, serta 5 residen, yang keseluruhannya berasal dari 25 IDI wilayah Provinsi dan 102 IDI cabang Kota/Kabupaten
Berdasarkan data provinsi:
Jawa Timur 46 dokter, 2 dokter gigi, 52 perawat, 1 tenaga lab medik
DKI Jakarta 37 dokter, 5 dokter gigi, 24 perawat, 1 apoteker, 1 tenaga lab medik
Jawa Tengah 31 dokter, 24 perawat, 3 tenaga lab medik
Sumatera Utara 24 dokter dan 3 perawat,
Jawa Barat 24 dokter, 4 dokter gigi, 23 perawat, 4 apoteker, 1 tenaga lab medik
Sulawesi Selatan 11 dokter dan 6 perawat,
Banten 8 dokter dan 2 perawat,
Bali 6 dokter, 1 tenaga lab medik
DI Aceh 6 dokter, 2 perawat, 1 tenaga lab medik
Kalimantan Timur 6 dokter dan 4 perawat,
DI Yogyakarta 6 dokter dan 2 perawat,
Riau 5 dokter, 2 perawat
Kalimantan Selatan 4 dokter, 1 dokter gigi, dan 6 perawat,
Sumatra Selatan 4 dokter dan 5 perawat,
Sulawesi Utara 4 dokter, 1 perawat
Kepulauan Riau 3 dokter dan 2 perawat,
Nusa Tenggara Barat 2 dokter, 1 perawat, 1 tenaga lab medik
Bengkulu 2 dokter,
Sumatra Barat 1 dokter, 1 dokter gigi, dan 2 perawat,
Kalimantan Tengah 1 dokter, 2 perawat, 1 apoteker
Lampung 1 dokter dan 2 perawat,
Maluku Utara 1 dokter dan 1 perawat,
Sulawesi Tenggara 1 dokter, 2 dokter gigi, 1 perawat,
Sulawesi Tengah 1 dokter,
Papua Barat 1 dokter
Papua 2 perawat,
Nusa Tenggara Timur 1 perawat,
Kalimantan Barat 1 perawat, 1 tenaga lab medik
Jambi 1 apoteker,
DPLN (Daerah Penugasan Luar Negeri) Kuwait 2 perawat,
Serta 1 dokter masih dalam konfirmasi verifikasi.
Baca juga:
Sterilisasi Rutin Bus Sekolah Pengangkut Pasien Covid-19
Kasus Positif Covid-19 Naik 7,3 Persen, Jawa Barat Tertinggi
Swab Test Massal untuk Lacak Penyebaran Covid-19 di Depok
Update 5 Januari 2021: Bertambah 7.445, Total 779.548 Kasus Positif Covid-19
Tes Acak ke Ribuan Wisatawan di Jabar, 65 Orang Reaktif Covid-19
PB IBI: 67 Bidan Meninggal karena Covid-19