IDI: Vaksin Alat Terbesar Turunkan Serendah-rendahnya Penularan Covid-19
Daeng mengatakan bahwa upaya intervensi untuk menekan kasus penularan Covid-19 di Indonesia dengan cara penerapan protokol kesehatan dinilai belum efektif lantaran kasus konfirmasi positif harian yang terus meningkat dari hari ke hari.
Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Daeng M Faqih berharap vaksinasi yang sedang disiapkan pemerintah mampu menekan bahkan menghentikan penularan Covid-19 di Indonesia.
"Program vaksinasi ini harapan besar bagi kita semua, tidak hanya untuk petugas kesehatan saja, tapi untuk seluruh rakyat. Vaksin ini alat terbesar kita untuk menurunkan serendah-rendahnya bahkan menghentikan penularan Covid-19," kata Daeng dalam konferensi pers di kantor PB IDI seperti diberitakan Antara, Senin (14/12).
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Apa itu vaksin HPV? Vaksin HPV merupakan vaksin untuk mencegah infeksi human papillomavirus (HPV). HPV adalah virus yang dapat menyebabkan kutil kelamin dan berbagai jenis kanker di organ kelamin dan reproduksi, seperti kanker serviks, kanker penis, kanker anus, dan kanker tenggorokan.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama di Indonesia terdeteksi? Mereka dinyatakan positif Covid-19 pada 1 Maret 2020, setelah menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta.
Daeng mengatakan bahwa upaya intervensi untuk menekan kasus penularan Covid-19 di Indonesia dengan cara penerapan protokol kesehatan dinilai belum efektif lantaran kasus konfirmasi positif harian yang terus meningkat dari hari ke hari.
Menurut dia, terus bertambahnya kasus positif Covid-19 di Indonesia dikarenakan masyarakat Indonesia belum benar-benar menerapkan protokol kesehatan dengan disiplin dan ketat.
Oleh karena itu, Daeng menyampaikan bahwa program vaksinasi adalah salah satu upaya lain yang diharapkan bisa lebih efektif untuk menekan penularan kasus Covid-19 di Indonesia yang masih saja terus meningkat.
Keefektifan vaksin dalam menekan penularan kasus Covid-19 di Indonesia tentu sangat tergantung dengan seberapa berhasil program vaksinasi tersebut dilaksanakan di Indonesia.
Menurut Daeng, program vaksinasi bisa berhasil apabila seluruh masyarakat Indonesia mau berpartisipasi secara aktif untuk melakukan vaksinasi Covid-19 guna membentuk kekebalan kelompok atau herd immunity.
Herd immunity terhadap virus SARS CoV 2 penyebab Covid-19 bisa didapatkan asalkan 60 hingga 70 persen penduduk Indonesia telah memiliki kekebalan tubuh untuk melawan virus. Artinya, butuh partisipasi 60 sampai 70 persen dari total penduduk Indonesia yang divaksin agar Covid-19 tidak bisa menular dan kasus penularan terhenti.
Daeng menyatakan para dokter yang tergabung dalam PB IDI siap untuk divaksinasi pertama kali sebagai petugas kesehatan di garda terdepan. Pemerintah memprioritaskan vaksinasi Covid-19 pertama kali diberikan pada tenaga kesehatan karena tergolong rentan terinfeksi Covid-19.
Dia menegaskan bahwa para dokter IDI siap divaksin dan mengajak masyarakat agar tidak ragu dengan program vaksinasi yang dilakukan oleh pemerintah.
Baca juga:
Mayoritas Warga Jabar Ingin Vaksin Covid-19 Buatan dalam Negeri
Alasan Pemerintah Pilih Vaksin Sinovac: Paling Terdepan
Wagub Cok Ace Nilai Wajar Jika Bali Jadi Prioritas Awal Vaksinasi Covid-19
PKS Pesan BPOM Hati-Hati Soal Vaksin Sinovac, Jangan Kejar Tayang
Cerita Dubes RI Terima Vaksinasi Covid-19 di Uni Emirat Arab
Belajar dari Hong Kong: Memilih Vaksin Sinovac karena Pertimbangan Politik