Ini alasan anak muda Bandung gabung geng motor & lakukan kekerasan
Ulah geng motor ini kembali meresahkan warga. Apa yang mereka cari?
Ulah kelompok geng motor di Bandung, Jawa Barat sudah memakan banyak korban. Belum lama ini, seorang prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) bernama Pratu Galang tewas dikeroyok dan ditusuk oleh sekelompok pemuda yang diduga anggota geng motor.
Kejadian ini membuka kembali lembaran hitam aksi kekerasan yang dilakukan geng motor. Tak hanya aparat TNI, warga sipil yang melintas dengan menggunakan motor seringkali menjadi korban keganasan mereka, bahkan sampai tewas.
Dalam beberapa penangkapan, diketahui anggota geng motor tersebut terdiri dari anak-anak muda, bahkan masih mengenyam bangku SMP dan SMA. Mengapa mereka tertarik untuk bergabung?
Sosiolog dari Universitas Padjajaran, Budi Rajab mengungkapkan geng motor di Bandung sudah terbentuk sejak 20 tahun lalu, dan jumlahnya saat itu sangat banyak. Motor merupakan kendaraan yang paling mudah didapatkan oleh anak-anak muda.
Berdasarkan pantauannya, anggota geng motor adalah anak-anak muda yang masih mengenyam bangku SMA. Minimnya lahan untuk berkreasi serta banyaknya waktu luang membuat mereka dengan mudah bergabung dengan geng motor tertentu.
"Mereka ini anak-anak muda SMA. Tidak adanya pekerjaan yang kreatif, tidak terfasilitasi oleh pemerintah dan oleh masyarakat sehingga akhirnya membentuk geng. Mereka bergabung dengan geng karena kewajiban sekolah enteng dan singkat, sehari-hari lebih banyak waktu luangnya," ujar Budi saat berbincang dengan merdeka.com, Senin (13/6).
Tidak sedikit yang memilih bergabung dengan geng motor hanya untuk meraih gengsi. Namun, kebanyakan anak muda yang bergabung akibat pengaruh dari rekan-rekannya.
"Bisa (demi gengsi), tapi bergabungnya geng motor paling besar dari kelompok sebaya. Pengaruh dari teman sepermainan itu yang lebih besar pengaruhnya," ungkapnya.
Dari puluhan geng motor yang pernah terbentuk di Bandung, hanya tersisa tiga, yakni Brigez, Moonraker dan XTC. Jumlahnya yang besar juga kerap menimbulkan persaingan demi menunjukkan eksistensinya.
"Karena ada juga dorongan yang lain tapi memang persaingan antara mereka cukup kentara, mungkin masalah persaingan ini yang kurang terdekteksi karena polisi menyamaratakan, meskipun memang perilakunya hampir sama. Sebenarnya juga acap di antara mereka lakukan kekerasan, tidak ada daerah kekuasan khusus bagi mereka. Jadi bisa merambah," paparnya.
Budi meyakini, kekerasan itu terbentuk sejak awal bergabung.
"Kaderisasinya adalah keberanian untuk bertindak melawan hukum. Itu yang sebenarnya dialami hampir oleh semua geng motor ini," pungkas Budi.
Baca juga:
Beredar pesan berantai culik dan kubur geng motor, ini kata TNI
Zaman Pak Harto, Geng Motor di Bandung bakal dihabisi Petrus
Mengenang Cebongan, solidaritas anggota Kopassus bunuh preman
Geng motor harus segera ditangkap supaya tak ada Cebongan Jilid II
Beredar foto geng motor pembunuh Kopassus, ini kata polisi
-
Bagaimana awal mula terbentuknya geng motor di Indonesia? Awalnya, geng motor terbentuk karena beberapa orang atau kelompok memiliki minat hobi yang sama.
-
Kenapa rel kereta api dibangun di Bandung? Agar mudah diangkut dengan biaya murah dan jarak yang dekat, pemerintah melalui perusahaan jawatan kereta api membangun jalur rel. Ini untuk mengurangi ongkos kirim dari yang sebelumnya menggunakan sistem transportasi pedati tradisional.
-
Apa yang menjadi sisa kejayaan lalu lintas kereta api di Bandung? Konon, rel ini menggambarkan sisa kejayaan lalu lintas kereta api rute Bandung Kota hingga Ciwidey, Kabupaten Bandung.
-
Di mana kecelakaan kereta api di Bandung itu terjadi? Pada 29 Maret 1924, sebuah kecelakaan kereta api terjadi di Rancaekek, Bandung.
-
Apa yang terjadi di Kampung Gintung, Desa Cibenda, Bandung Barat? Sebagaimana diberitakan, puluhan rumah di Kampung Gintung, Desa Cibenda, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB) diterjang longsor pada Minggu (24/3/2024) sekitar pukul 23.00 WIB.
-
Apa yang menjadi penyebab utama munculnya geng motor? Alasan utamanya termasuk kurangnya lapangan kerja, dampak negatif terhadap lingkungan, dan kurangnya pembinaan.