Ini alasan mereka menolak PKI
Tragedi 1965 membuat pemerintah dan sebagian kalangan mengharamkan hidupnya lagi PKI di Bumi Pertiwi.
Komunis masih menjadi ideologi yang terlarang di Indonesia. Padahal sebelum tahun 1965, Partai Komunis Indonesia (PKI) pernah berjaya.
Tragedi 1965 membuat pemerintah dan sebagian kalangan mengharamkan hidupnya lagi PKI di Bumi Pertiwi. PKI dinilai telah melakukan perbuatan makar dalam beberapa peristiwa yang terjadi pada tahun-tahun itu.
Berbagai organisasi dan kelompok masyarakat tegas menolak keberadaan PKI. Mereka punya berbagai alasan dan pertimbangan sendiri untuk melarang adanya PKI. Berikut beberapa alasan mereka menolak adanya PKI di Indonesia:
-
Bagaimana TNI AU mengebom Purwodadi yang dikuasai PKI? TNI AU Mengebom Purwodadi yang dikuasai PKI. Serangan udara itu berhasil membuat pasukan PKI kocar-kacir dan batal melakukan eksekusi pada sejumlah tawanan. Kadet Udara I Aryono menerbangkan pesawat, sementara Kapten Mardanus duduk di belakangnya menjadi observer udara. Mereka terbang rendah kemudian menjatuhkan bom di komplek kantor kabupaten. Misi itu sukses.
-
Siapa yang memimpin sidang PPKI? Sidang bersejarah itu dipimpin oleh Soekarno.
-
Bagaimana Suparna Sastra Diredja tergabung dalam PKI? Pergerakannya yang masif bersama rakyat membuatnya banyak terlibat di Partai Komunis Indonesia terutama setelah pemilihan 1955. Di sana ia menjadi anggota dewan yang mengurusi konstitusi baru pengganti undang-undang dasar semetara.
-
Apa itu PPPK? PPPK adalah singkatan dari Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja. Dengan kata lain, seorang warga negara Indonesia yang memenuhi syarat bisa diangkat menjadi pegawai pemerintah berdasarkan perjanjian kerja dalam jangka waktu tertentu.
-
Apa yang membuat tokoh PKI kebal peluru? Ada sejumlah tokoh PKI ternyata tak mempan ditembak. Mereka punya ilmu kebal peluru.
Muhammadiyah: Komunisme itu bertentangan dengan agama
Ketua Umum Muhammadiyah, Yunahar Ilyas mengatakan, Muhammadiyah tidak memiliki toleransi sedikit pun dengan Marxisme, Komunisme dan PKI. Sebab menurut Yunahar, komunisme itu merupakan ideologi anti terhadap agama, akibat dari sudut pandang ateis yang dijadikan landasan oleh para penganut komunisme.
"Pandangannya, kami sudah tidak kompromi lagi dengan komunisme. Kami sudah pasti menentangnya. Komunisme itu bertentangan dengan agama. Mereka anti benar sama agama," ujar Yunahar saat menjadi pembicara dalam simposium 'Mengamankan Pancasila dari Ancaman Kebangkitan PKI dan Ideologi lain' di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Kamis (2/6).
Yunahar mengatakan, siapapun yang menganut paham komunisme, sudah pasti anti terhadap agama dan tuhan. Hal ini menurutnya akan secara otomatis membuat para penganut komunisme juga akan anti terhadap aspek-aspek kemanusiaan.
Selain itu, Yunahar juga membandingkan antara komunisme dan Islam, mengenai cita-cita kedua ideologi tersebut dalam membentuk kesejahteraan pada tatanan masyarakat. Walaupun tujuannya sama, namun Yunahar tak setuju dengan cara-cara tak berperikemanusiaan yang kerap dilakukan para penganut ideologi komunisme, demi mencapai tujuannya.
"Kalau kita baca sejarah, komunisme itu menganggap agama sebagai candu. Siapapun yang anti tuhan pasti juga anti pada kemanusiaan. Sejarah membuktikan bahwa bagi komunisme, tidak ada masalah untuk menumpahkan darah demi mencapai tujuan. Mereka menghalalkan segala cara," ujar Yunahar.
"Tapi kalau Islam melihat dua hal dari kita. Yang pertama niat dan kemudian proses. Niat baik itu harus dilakukan dengan proses yang baik pula. Sedangkan hasilnya baru diserahkan kepada Allah swt," pungkasnya.
Ketum PBNU sebut PKI tak hanya ancam bangsa tapi juga kyai
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU) Said Agil Siraj melihat beredarnya rumor Partai Komunis Indonesia (PKI) bangkit harus tetap diwaspadai. Apalagi pada sejarahnya, PKI merupakan ancaman bagi bangsa sekaligus para kyai.
"Melihat tragedi tahun 1965 harus dengan kacamata tahun 1965, jangan masa lalu dilihat dengan kacamata sekarang. Ketika itu, PKI memang ancaman bangsa, ancaman negara dan umat islam, tokoh-tokoh para Kyai," kata Said Agil Siraj di Universitas Islam Malang (Unisma), Kamis (2/6).
Kala itu banyak tokoh islam dibantai PKI secara keji dan sadis. Peristiwa itu kemudian memunculkan gejolak sosial dan kini disebut peristiwa 1965.
"Ratusan kyai sudah dibunuh oleh mereka (PKI), antara lain kakeknya Dahlan Iskan (mantan menteri BUMN) dan saudara-saudara kakeknya sebanyak tujuh orang. Lokasinya di Takeran, Magetan, mereka dikubur jadi satu," kisahnya.
Said menuturkan, potensi ancaman PKI masih ada sampai kini, namun harus dilihat dan disikapi dengan cara berbeda. Sikap NU sendiri tegas menolak ideologi komunis.
"Itu ancaman bagi bangsa. Sikap NU sudah jelas. Apapun yang mengancam eksistensi negara dan umat islam harus dihadapi," ujarnya.
Soal rumor jumlah pengikut Partai Komunis Indonesia (PKI) yang jutaan dan potensi melakukan gerakan serupa tahun 1965, Agil hanya menanggapi ringan. "Jangan sampai itu (peristiwa PKI) terjadi, bahwa potensi ada, patut diwaspadai," tegasnya.
DPR sebut PKI pengkhianat
Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon menyebut komunisme sudah tidak boleh diberikan tempat lagi di negara ini. Hal ini karena sudah berulang kali PKI memberontak dan berkhianat kepada Bangsa Indonesia.
"Pada waktu proklamasi kemerdekaan Indonesia, tidak ada peran dari PKI. Karena mereka tidak punya peran di proklamasi, maka mereka selalu mengkritik bahwa proklamasi merupakan revolusi 45 yang gagal," ujarnya di simposium anti-PKI, Balai Kartini, Jakarta Selatan, Kamis (2/6).
Fadli menceritakan sekelumit sejarah saat Musso baru menyelesaikan studinya di Uni Soviet kala itu, dan membuat suatu pernyataan mengenai 'Jalan Baru' bagi Republik Indonesia.
Menurutnya, konsep inilah yang melatarbelakangi gerakan PKI di Madiun pada 1948, yang dianggapnya sebagai sebuah pengkhianatan bagi bangsa Indonesia yang kala itu sedang mempertahankan kemerdekaannya dari agresi militer Belanda kedua.
"Tapi saat kita sedang menghadapi ancaman agresi militer Belanda kedua, pada saat itulah mereka melancarkan gerakan Madiun 1948," ujar Fadli.
"Jadi jelas pada 1948 PKI itu pengkhianat, karena ketika kita menghadapi Belanda, mereka malah menusuk kita dari belakang. Mereka adalah pengkhianat ketika kita sedang mempertahankan kemerdekaan Indonesia," pungkasnya.
Â
(mdk/hhw)