Ini penjelasan BKMG soal fenomena equinox yang sedang heboh
Ini penjelasan BKMG soal fenomena equinox yang sedang heboh. BMKG mengimbau seluruh masyarakat agar tidak berlebihan menyikapi fenomena equinox yang akan melintasi garis khatulistiwa dan berdampak pada peningkatan suhu udara. Fenomena ini tak sama dengan gelombang panas di Timur Tengah atau Afrika.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau seluruh masyarakat agar tidak berlebihan menyikapi fenomena equinox yang akan melintasi garis khatulistiwa dan berdampak pada peningkatan suhu udara.
"Karena fenomena equinox merupakan salah satu fenomena astronomi saat matahari melintasi garis khatulistiwa secara periodik berlangsung dua kali dalam setahun, yaitu pada tanggal 21 Maret dan 23 September tahun berjalan," kata prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi El Tari Kupang Sti Nenot'ek, Rabu (15/3). Demikian dikutip dari ANTARA.
Dia mengatakan hal itu terkait beredarnya berita cenderung hoax yang menyebutkan bahwa suhu udara di Indonesia dapat mencapai 40 derajat celcius pada saat equinox yang diperkirakan akan terjadi sekitar 20-21 Maret 2017.
Dia menjelaskan, equinox merupakan fenomena astronomi yang terjadi ketika matahari berada tepat di atas garis khatulistiwa. Saat fenomena ini berlangsung, durasi siang dan malam di seluruh bagian bumi relatif hampir sama, termasuk pada wilayah subtropis di bagian utara maupun selatan.
"Saat fenomena equinox ini berlangsung, di luar bagian bumi hampir relatif sama, termasuk wilayah yang berada di subtropis bagian utara maupun selatan," katanya.
Keberadaan fenomena equinox tidak selalu mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis dengan rata-rata maksimal di wilayah Indonesia bisa mencapai 32-36 derajat celcius.
Equinox bukan merupakan fenomena seperti 'heatWeave' yang terjadi di Afrika dan Timur Tengah yang dapat mengakibatkan peningkatan suhu udara secara besar dan bertahan lama.
Menyikapi hal ini, BMKG mengimbau masyarakat untuk tidak perlu mengkhawatirkan dampak dari equinox sebagai mana disebutkan dalam isu yang berkembang.
Secara umum kondisi cuaca di wilayah Indonesia umumnya dan NTT khususnya cenderung masih lembab/basah.
"Beberapa wilayah Indonesia saat ini sedang memasuki periode transisi pancaroba (peralihan dari musim hujan ke musim kemarau), maka ada baiknya masyarakat tetap mengantisipasi kondisi cuaca yang cukup panas dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan tetap menjaga kesehatan keluarga serta lingkungan," katanya.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebelumnya juga memastikan fenomena equinox, yaitu matahari tepat berada di atas garis khatulistiwa akan melintasi tiga daerah di Sumatera Barat, yaitu Kabupaten Limapuluh Kota, Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Pasaman Barat.
Di Sumatera Barat, matahari mulai kontak dengan garis khatulistiwa pada 20 Maret 2017 pukul 10.51 WIB dan mulai meninggalkan garis khatulistiwa pada 21 Maret 2017 pukul 16.39 WIB.
Fenomena ini terjadi pada 20 hingga 21 Maret dan 23 September 2017, melintasi beberapa provinsi di wilayah Indonesia mulai dari Ternate, Maluku Utara, Sulawesi Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kepulauan Riau, Riau, Sumatera Barat dan berakhir di Pulau Telo Sumatera Utara.