Ini pergolakan yang terjadi di Istara Negara sebelum Soeharto lengser
Ini pergolakan yang terjadi di Istara Negara sebelum Soeharto lengser. Gedung DPR/MPR pada hari Rabu, 20 Mei 1998, dipenuhi ribuan mahasiswa yang datang berbondong-bondong dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka rela datang jauh-jauh untuk menuntut satu hal: reformasi
Gedung DPR/MPR pada hari Rabu, 20 Mei 1998, dipenuhi ribuan mahasiswa yang datang berbondong-bondong dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka rela datang jauh-jauh untuk menuntut satu hal: reformasi . Tentu, reformasi bisa dijalankan jika sang penguasa saat itu, Soeharto, turun dari kursi presiden RI.
Sementara, di Istana Merdeka, sembilan tokoh diundang datang. Mereka adalah Abdurrahman Wahid, Emha Ainun Nadjib, Nucholish Madjid, Ali Yafie, Malik Fadjar, Cholil Baidowi, Sumarsono, Achmad Bagdja, dan Ma'aruf Amin. Yusril Ihza Mahendra juga hadir, meski tak diundang, karena diajak Nurcholish. Sebagai ahli tata negara, pikir Nurcholish, gagasan Yusril niscaya dibutuhkan.
-
Apa peran utama internet dalam pergolakan politik Indonesia saat Presiden Soeharto lengser? Ruang virtual ini menjadi satu-satunya tempat ‘aman’ membahas pergolakan politik Indonesia. Sebab, saat itu arus informasi dikontrol penuh oleh rezim mulai dari media cetak hingga televisi.
-
Kapan Soeharto mendapat gelar Jenderal Besar? Presiden Soeharto mendapat anugerah jenderal bintang lima menjelang HUT Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) ke-52, tanggal 5 Oktober 1997.
-
Mengapa internet dianggap berperan penting dalam lengsernya Presiden Soeharto? Internet Punya Peran Mundurnya Presiden Soeharto pada Mei 1998 tak bisa dilepaskan dari salah satu peran internet. Tidak seperti sekarang, pada masa itu, keberadaan internet masih terbatas. Namun memiliki kekuatan yang luar biasa. Bahkan Reformasi 1998 disebut-sebut seperti gerakan Net Zapatista di Chiapas, Meksiko. Di mana gerakan itu merevolusi politik dengan didorong oleh internet.
-
Apa yang terjadi setelah Soeharto mengundurkan diri? Pengunduran diri Soeharto tersebut disambut suka cita oleh para mahasiswa. Aksi pendudukan Gedung DPR/MPR berubah menjadi pesta rakyat.
-
Siapa yang berencana meracuni Soeharto? Rupanya tamu wanita yang tidak kami undang itu berencana meracuni kami sekaluarga," kata Soeharto.
-
Apa yang digunakan untuk meracuni Soeharto? Kopor Tersebut Ternyata Berisi Racun Tikus
Menjawab desakan mahasiswa, Soeharto bermaksud membentuk Komite Reformasi, yang hadir berdampingan dengan Kabinet Reformasi. Sembilan tokoh itu diundang untuk diminta menjadi anggota Komite Reformasi. Namun, tak ada yang bersedia.
Kepada Nurcholish atau Cak Nur, Soeharto meminta cendekiawan muslim itu menjadi ketua. Ditampik, lalu ditawar jadi anggota. Cak Nur tetap tak mau.
"Jika orang yang moderat seperti Cak Nur tak lagi mempercayai saya, maka sudah saatnya bagi saya untuk mundur," kata Soeharto kepada para undangan seperti dikutip Ahmad Gaus AF dalam Api Islam Nurcholish Madjid: Jalan Hidup Seorang Visioner.
Di tempat lain, Rabu, 20 Mei pukul 17.00, Menko Ekuin Ginandjar Kartasasmita menyampaikan ke Wakil Presiden BJ Habibie melalui via telepon bahwa dirinya dan 13 menteri lain tak bersedia duduk di Kabinet Reformasi. Ginandjar Cs saat itu menjabat di Kabinet Pembangunan VII yang segera habis masa tugasnya.
"Apakah Anda sudah membicarakan dengan Bapak Presiden?" ujar Habibie seperti dikisahkannya dalam buku Detik-detik yang Menentukan: Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi.
Ginandjar menjawab, "Belum, tapi keputusan tersebut sudah ditandatangani bersama sebagai hasil rapat kami di Bappenas dan sudah dilaporkan secara tertulis kepada Bapak Presiden, melalui Tutut, putri tertua Pak Harto."
Tak lama kemudian, Habibie menemui Soeharto untuk mengotak-atik personel Kabinet Reformasi yang diumumkan esok hari, 21 Mei. Di sana, Habibie diberitahu, Soeharto akan memanggil pimpinan DPR/MPR pada 23 Mei. Di pertemuan itu, Soeharto direncanakan mengajukan pengunduran diri. Habibie menggantikan dan memimpin Kabinet Reformasi.
Saat ini di 2018, sudah tepat 20 tahun Reformasi dijalankan.
Soeharto tak mau bicara dengan Habibie
Pukul 21.45, Habibie memanggil empat Menteri Koordinator dan 14 Menteri Kabinet Pembangunan VII ke rumah dinasnya di Kuningan, Jakarta Selatan.
Pada rapat tersebut, Habibie meminta Ginandjar Cs membatalkan niat mereka mundur dari kabinet. Sempat terjadi perdebatan. Akhirnya, tulis Habibie, rapat memutuskan, "Susunan Kabinet Reformasi diterima sebagai kenyataan."
Usai rapat yang berlangsung sekitar satu jam, Habibie mengontak Menteri Sekretaris Negara Saadillah Mursjid, meminta bicara dengan Soeharto. Tapi, Soeharto ternyata menolak.
Saadillah hanya bilang, Jenderal Besar itu akan mengumumkan pengunduran diri pada 21 Mei pagi, bukan 23 Mei seperti direncanakan.
"Saya sangat terkejut dan meminta agar segera dapat berbicara dengan Pak Harto. Permintaan tersebut tidak dapat dikabulkan dan ajudan Presiden menyatakan akan diusahakan pertemuan empat mata dengan Pak Harto di Cendana besok pagi sebelum ke Istana Merdeka," tulis Habibie. Lalu, pertemuan itu tak pernah terjadi.
Pada 21 Mei pukul 09.00, di Ruang Credential Istana Merdeka, Soeharto menyatakan mundur.
"Dalam keinginan untuk melaksanakan reformasi dengan cara sebaik-baiknya tadi, saya menilai bahwa dengan tidak dapat diwujudkannya Komite Reformasi , maka perubahan susunan Kabinet Pembangunan VII menjadi tidak diperlukan lagi. Dengan memperhatikan keadaan di atas, saya berpendapat sangat sulit bagi saya untuk dapat menjalankan tugas pemerintahan negara dan pembangunan dengan baik," sebut Soeharto dalam pidato kelengseran dirinya.
Baca juga:
Amien Rais cerita saat dia tumbangkan Soeharto 20 tahun lalu
Cerita Soeharto setelah lengser, sulit ditemui dan irit bicara
Cerita Jimly soal Habibie tak tahu menteri ramai mundur saat Soeharto lengser
Mengenang aksi mahasiswa duduki Gedung DPR untuk lengserkan Soeharto
Cerita di balik turunnya Soeharto dari tampuk kekuasaan
Soeharto lengser, pangan dinilai jadi awal malapetaka
Cendana menghidupkan Soeharto lewat padi