Isak Tangis Keluarga Iringi Pemakaman Korban Kerusuhan Wamena Dokter Soeko
Jenazah dokter Soeko sendiri tiba di Yogyakarta pada Jumat (27/9) dan langsung dimakamkan.
Dokter Soeko Marsetiyo menjadi korban kerusuhan di Wamena, Papua pada Senin (23/9) yang lalu. Kematian dokter lulusan Universitas Diponegoro (Undip) ini menyisakan duka bagi dunia kesehatan Indonesia.
Jenazah dokter Soeko dimakamkan di makam keluarga yang berada di Kejambon Lor, RT 3 RW 13, Sindumartani, Ngemplak, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jenazah dokter Soeko sendiri tiba di Yogyakarta pada Jumat (27/9) dan langsung dimakamkan.
-
Kapan Luweng Wareng terbentuk? Gua ini terbentuk ribuan tahun lalu akibat proses geologi amblasnya tanah dan vegetasi yang ada di atasnya ke dasar bumi.
-
Kapan Wibowo Wirjodiprodjo meninggal? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
-
Apa kesulitan yang dialami ibu Persit di Wamena? Kesulitan Menyalakan Kompor Ibu Persit yang tidak diketahui namanya itu sempat kesulitan menyalakan kompor minyak tanah yang sedikit rumit dibandingkan dengan kompor gas. Beberapa kali api yang sudah dinyalakan harus mati, sehingga ia harus menyalakan api berkali-kali.
-
Kapan Masjid Raya Sumatra Barat diresmikan? Awal pembangunan masjid ini ditandai dengan peletakan batu pertama pada 21 Desember 2007 silam.
-
Siapa yang kesulitan menyalakan kompor minyak tanah di Wamena? Ibu Persit yang tidak diketahui namanya itu sempat kesulitan menyalakan kompor minyak tanah yang sedikit rumit dibandingkan dengan kompor gas. Beberapa kali api yang sudah dinyalakan harus mati, sehingga ia harus menyalakan api berkali-kali.
-
Di mana ibu Persit ini tinggal di Wamena? “Nah yang uniknya juga di Wamena adalah kompor minyak tanah. Jadi di rumah dinas pak Gading masih pakai kompor minyak tanah guys. Tapi katanya ada juga yang sudah pakai kompor listrik dan kompor gas. Tapi harga gas di Wamena itu lumayan tinggi,” kata ibu Persit tersebut.
Saat prosesi pemakaman, isak tangis dan haru dari keluarga dan kerabat mengiringi prosesi pemakaman dokter Soeko yang memilih mengabdikan diri di pelosok tanah Papua. Dokter Soeko sendiri telah 15 tahun mengabdikan hidupnya untuk kesehatan masyarakat Papua.
Kepala Balai Penanggulangan dan Pengendalian AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria (ATM) Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Beeri Wopari mengaku sangat kehilangan dokter Soeko. Menurut Beeri, dokter Soeko memiliki peran yang besar di dunia kesehatan di Tolikara, Papua.
Beeri menyebut semasa hidupnya dokter Soeko mendedikasikan hidupnya di daerah terpencil yang ada di Papua. Termasuk saat bertugas di Tolikara pun dokter Soeko berada di daerah terpencil saat mengemban tugasnya.
"Lebih banyak bertugas di puskesmas, artinya daerah terpencil. (Jaraknya) dua jam dari ibukota kabupaten ke tempat kerja beliau. Medannya juga berat dan lebih banyak bertugas di sana," ujar Beeri di upacara pemakaman dokter Soeko.
Beeri menerangkan jika dokter Soeko sangat jarang meninggalkan puskesmas tempatnya mengabdi di Tolikara. Dokter Soeko, sambung Beeri hanya sesekali ke Wamena untuk keperluan donor darah.
Beeri mengungkapkan bahwa dokter Soeko sangatlah mendedikasikan hidupnya untuk dunia kesehatan. Bapak tiga orang putri ini pun mendapatkan penerimaan yang baik dari warga Papua.
"Di tempat tugas beliau, beliau sangat disayangi oleh masyarakat," ucap Beeri.
Sepeninggal dokter Soeko, pemerintah Papua akan kesulitan mencari dokter pengganti. Sebab, tak semua dokter seperti dokter Soeko yang mau ditempatkan di daerah pedalaman.
"Kita tenaga kesehatan memang masih sangat kurang. Terutama di daerah-daerah pedalaman. Jadi, dengan kepergian almarhum, tentu untuk mengisi tenaga dokter kembali, itu tidak mudah. Apalagi, dengan yang punya pengabdian luar biasa begini, tidak semua dokter mampu," tutur Beery.
Beery menceritakan jika dokter Soeko meninggal dunia saat sedang dalam perjalanan pulang dari Wamena menuju ke Tolikara. Di tengah perjalanan, lanjut Beery, dokter Soeko dicegah oleh serombongan orang tak dikenal.
"Dalam perjalanan (Wamena-Tolikara) beliau dihadang dan mengalami penganiayaan berat di situ. Sempat dibawa ke RSUD Wamena tapi karena luka yang diderita beliau, beliau akhirnya meninggal dunia," tutup Beery.
Baca juga:
Polisi Tetapkan 3 Tersangka Terkait Kerusuhan di Wamena
Gelombang Pengungsi Asal Wamena Terus Bertambah, 100 Orang Ditampung di Lanud Timika
RSUD Tangani 71 Pasien Kerusuhan Wamena
300 Orang Diungsikan dari Wamena ke Sentani
Ini Kicauan Dandhy Laksono di Twitter yang Membuat jadi Tersangka