Isu Nasionalisme dan Kekerasan Terhadap Perempuan Bakal Disuarakan di Lima Negara Eropa
Pertunjukan dua monolog (Regina Art Monologue Project) menyasar penonton Diaspora Indonesia yang ada di Eropa.
Lima negara Eropa antara lain Jerman, Swedia, Norwegia, Belanda, dan Perancis.
Isu Nasionalisme dan Kekerasan Terhadap Perempuan Bakal Disuarakan di Lima Negara Eropa
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga berharap pementasan dua monolog Regina Art di mancanegara dapat lebih menyadarkan bahwa setiap orang memiliki hak yang sama dalam memperoleh kebebasan, keadilan, perlindungan, dan perdamaian.
"Semoga pementasan dua monolog di mancanegara ini lebih menyadarkan kita bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama untuk memperoleh kebebasan, keadilan, perlindungan, dan perdamaian," kata Bintang Puspayoga yang hadir secara daring dalam konferensi pers dan diskusi Monologue Project Cotton Candy dan Besok atau Tidak Sama Sekali, di Jakarta, Selasa (26/9).
Dua monolog tersebut berjudul Cotton Candy yang ditampilkan Joane Win dan "Besok atau Tidak Sama Sekali" yang ditampilkan Wawan Sofwan.
- Eropa Jadi Benua yang Memiliki Angka Kelahiran Paling Rendah, Apa Penyebabnya?
- 8 Potret Istana Nurul Iman Lokasi Pernikahan Pangeran Mateen dan Anisha Rosha - Bernilai Fastastis Rp21 Kuadriliun!
- Potret Rumah 8 Selebriti Indonesia yang Kini Tinggal di Luar Negeri, Anggun Punya Hutan Pribadi
- Aturan Baru: Warga Negara Asing Bisa Beli Rumah di Indonesia dengan Modal Paspor
Cotton Candy berkisah tentang perjuangan korban kekerasan seksual dalam mengatasi traumanya. Sementara 'Besok atau Tidak Sama Sekali' menceritakan perjuangan batin Sang Proklamator, Soekarno, sesaat sebelum proklamasi. Menteri PPPA Bintang Puspayoga juga mengucapkan selamat atas pencapaian Regina Art Monologue Project ini.
"Kementerian PPPA mengucapkan selamat dan sukses untuk Regina Art Monologue Project, terutama monolog Cotton Candy yang turut serta berupaya meningkatkan kepedulian terhadap kasus kekerasan seksual melalui karya seni. Teruslah berkarya untuk Indonesia tercinta,"
katanya.
Isu nasionalisme dan kekerasan terhadap perempuan adalah latar belakang dari pementasan Regina Art Monologue Project.
Selain mengangkat nilai-nilai kehidupan dan edukasi penting untuk isu nasionalisme dan perempuan, pentas ini diharapkan menjadi pementasan yang kaya akan nilai kehidupan, budaya, dan keindahan seni.
Regina Art secara resmi menginformasikan pertunjukan dua monolog (Regina Art Monologue Project) akan dipentaskan di lima negara Eropa (Jerman, Swedia, Norwegia, Belanda, dan Perancis) pada konferensi pers dan diskusi di Flix, Ashta District 8, Jakarta, Indonesia.
"Dengan pementasan ini diharapkan penonton dapat mengambil nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, sehingga kita dapat bersama-sama lebih menghargai para pendahulu bangsa, meningkatkan empati dan kesadaran, ikut berpartisipasi dalam melawan tindak kekerasan seksual, dan turut serta membela hak asasi manusia," jelas Joane Win selaku produser dan pemain dalam Regina Art Monologue Project.
Pertunjukan dua monolog (Regina Art Monologue Project) menyasar penonton Diaspora Indonesia yang ada di kota-kota tempat pertunjukan berlangsung, juga untuk masyarakat lokal yang tertarik pada tema yang diangkat dalam monolog, maupun pada seni pertunjukan teater itu sendiri.
"Regina Art Monologue Project dipentaskan di berbagai kota di luar negeri itu sebagai misi budaya dan sejarah dari Regina Art. Bagi saya ini langkah yang luar biasa ya, dan semoga dua monolog ini bisa dipentaskan ke Negara lainnya, yang ingin mengenal sejarah Indonesia secara lebih lengkap," ujar Wawan Sofwan selaku sutradara dan pemain dalam Regina Art Monologue Project.