Jaga Cita Rasa, Belasan Pemuda Banyuwangi Belajar Memasak Makanan Adat
Selain penggunaan bahan masakan yang harus sesuai dan dipilih secara hati hati, beberapa aturan masakan adat harus ditaati seperti tidak boleh mencium bahan masakan hingga puasa berbicara selama memasak.
Masyarakat adat suku Osing yang ada di Kabupaten Banyuwangi masih menjaga kekayaan kuliner tradisional kepada generasi muda. Belasan pemuda yang tergabung dalam Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN), kemudian belajar bagaimana cara memasak kuliner adat turun temurun.
Seperti masyarakat di Lingkungan Cungking, Kelurahan Mojopanggung, Banyuwangi, memiliki sejumlah kuliner adat yang hanya boleh dimasak oleh perempuan yang sudah berusia lanjut, atau tidak lagi menstruasi (monopouse).
-
Apa yang dibangun di Banyuwangi? Pabrik kereta api terbesar se-Asia Tenggara, PT Steadler INKA Indonesia (SII) di Banyuwangi mulai beroperasi.
-
Bagaimana cara Banyuwangi memanfaatkan insentif tersebut? “Sesuai arahan Bapak Wakil Presiden, kami pergunakan insentif ini secara optimal untuk memperkuat program dan strategi penghapusan kemiskinan di daerah. Kami juga akan intensifkan sinergi dan kolaborasi antara pemkab dan dunia usaha. Dana ini juga akan kami optimalkan untuk kegiatan yang manfaatnya langsung diterima oleh masyarakat,” kata Ipuk.
-
Kenapa Banyuwangi mendapatkan insentif lagi? Ini merupakan kali kedua mereka mendapatkan insentif karena dinilai sukses menekan laju inflasi serta mendongkrak kesejahteraan masyarakat.
-
Apa yang diserahkan oleh Presiden Jokowi di Banyuwangi? Total sertifikat tanah yang diserahkan mencapai 10.323 sertipikat dengan jumlah penerima sebanyak 8.633 kepala keluarga (KK).
-
Di mana Bandara Banyuwangi berlokasi? Bandara Banyuwangi menjadi bandara pertama di Indonesia yang berkonsep ramah lingkungan.
-
Apa penghargaan yang diraih Banyuwangi? Diserahkan Presiden RI Joko Widodo kepada Bupati Ipuk Fiestiandani di Istana Negara, Kamis (31/8/2023), Banyuwangi berhasil mempertahankan predikat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Terbaik 2022 se-Jawa dan Bali.
Penggagas kegiatan Wiwin Indiarti mengatakan, hanya terdapat enam orang monopouse yang biasa memasak kuliner adat di Cungking. Dari enam orang tersebut, satu sudah meninggal.
©2019 Merdeka.com
Pelatihan mengolah masakan adat kepada generasi muda, kata Wiwin, penting dilakukan karena jenis kuliner tersebut memiliki cara pemilihan bahan masakan yang ketat hingga aturan proses memasaknya.
"Di Cungking ini ada enam nenek yang selalu memasak sesajen, berapapun banyaknya tamu selamatan hanya mereka yang memasak. Tahun lalu meninggal satu. Pelatihan ini agar pelaku adat muda mendapatkan wawasan lebih banyak akan tradisi orang tuanya. Selain itu masakan juga terdiri atas tanaman-tanaman yang dahulu dibudidayakan leluhur," ujar Wiwin, Sabtu (23/11).
Terdapat sejumlah tradisi adat yang rutin digelar, dan membutuhkan masakan adat, mulai dari selamatan Bersih Desa, Resik Kagungan, dan Resik Lawon.
"Pelatihan ini tidak hanya di Cungking, tapi juga ada di Desa Wisata Kemiren, dan Dusun Andong, Desa Tamansuruh yang juga memiliki menu masakan ritualnya masing-masing," katanya.
©2019 Merdeka.com
Selain penggunaan bahan masakan yang harus sesuai dan dipilih secara hati hati, beberapa aturan masakan adat harus ditaati seperti tidak boleh mencium bahan masakan hingga puasa berbicara selama memasak.
Wiwin melanjutkan, beberapa bahan masakan yang dibudidayakan turun temurun juga sudah mulai sulit ditemukan seperti labu siam yang akhirnya diganti manisah, serta koro putih, terong putih yang akhirnya diganti yang berwarna hijau.
"Tanaman-tanaman itu hilang dari Cungking karena alih fungsi lahan atau terganti jenis bahan makanan lain. Jadi kami sedang membicarakan ketahanan pangan lokal masyarakat Suku Osing," terang Dosen Bahasa Inggris Universitas PGRI Banyuwangi yang sedang menjalani program pengabdian masyarakat dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) tersebut.
Salah satu peserta pelatihan memasak asal Desa Kenjo , Ani (19) tertarik mengetahui bagaimana proses memasak makanan adat Tumpeng Serakat. Ani tampak memastikan daun sayur yang dimasaknya dalam kondisi bagus.
©2019 Merdeka.com
"Daun harus dipetik satu-satu dipilih yang sempurna tanpa lubang, yang tidak cacat. Jadi betul-betul pilihan," kata Ani.
Selain itu, peserta lain Dinda (18) asal Desa Tamansuruh juga tampak memilah daun cabai, tomat ranti gunung, selada air, dadap dan katuk. Semua dilakukan dengan teliti, tanpa ada perilaku yang melanggar, bahwa semua bahan masakan tidak boleh dicium.
"Biasanya kan yang muda hanya bantu-bantu. Saya ingin tahu detailnya, karena kesakralan juga dijaga," ujarnya.
(mdk/hhw)