Jangan Panik, Lakukan Ini Saat Dipatuk Ular Berbisa
Semua racun ular, sambung Panji, berasal dari protein dari makanan mereka yang sudah terekstrasi dalam tubuh ular. "Jadi racun itu bisa untuk membunuh mangsa dan mencerna makanan sebetulnya itu fungsi bisa ular," katanya.
Anaas Muhtazul'ulum, nama anggota Exotic Animal Lovers atau Exalos Indonesia ini mendadak ramai diperbincangkan. Ironi, ia meregang nyawa usai dipatuk ular putih berbisa atau Micropechis Ikaheka asal Papua.
Tiga puluh menit setelah dipatuk, Anaas sempat mengirimkan kondisi terakhirnya ke seorang dokter. Sayang, nyawanya tidak bisa tertolong lagi.
-
Kapan P.K. Ojong meninggal? Sebulan kemudian, Ojong meninggal dunia pada 31 Mei 1980.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Kapan Uje meninggal? Kiprah ustaz gaul ini hanya bertahan hingga usia 40 tahun. Pada 26 April 2013 dini hari, Uje mengalami kecelakaan tunggal di Pondok Indah.
-
Kenapa Pemilu penting? Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
-
Apa bentuk khas Kue Petulo Kembang? Kue petulo kembang ini terbilang unik karena bentuknya seperti mi gulung yang memiliki beragam warna.
-
Apakah Patung Palindo? Patung ini dikatakan sebagai "Sang Penghibur" karena pada ukirannya berbentuk wajah yang sedang gembira atau tersenyum.
Lantas bagaimanakah pertolongan pertama terhadap seseorang setelah digigit ular berbisa?
Dokter Ahli Ular Berbisa Tri Maharani menjelaskan pertolongan pertama yang tepat menjadi penentu seseorang bisa terselamatkan atau tidak setelah digigit ular berbisa.
Ia mengatakan menurut standar Who Health Organization (WHO) yakni menghambat lajur bisa ular dengan meminimalisir gerak pada bagian tubuh terkena gigitan ular. Atau dikenal dengan imobilisasi untuk neurotoxin.
Caranya:
Pressure Bandage Imobilisasi dengan menggabungkan metode pembebatan dan elastic bandage.
"Tujuannya menekan muscle agar tidak kontraksi yang memicu pumping dari kelenjar getah bening sehingga mempercepat penyebaran venom neurotoxin tadi," jelas Maharani saat berbincang dengan merdeka.com, Senin (14/3).
Metode itu digabungkan dengan imobilisasi bahan rigid seperti spalk dari kayu, bambu atau kardus. "Yang membuat pergerakan bagian yang digigit menjadi sangat sedikit," sambungnya.
Setelah meminimalisir gerak otot pada bagian tubuh digigit ular, selanjutnya segera mendatangi pelayanan kesehatan terdekat.
Maharani melanjutkan ada juga cara penanganan pertama saat digigit ular berbisa. Namun, cara ini tidak sesuai standar WHO.
"Yaitu, disedot, disayat, dikeluarkan darahnya, ditusuk dengan jarum atau kancet, diikat, diberi batu hitam, disetrum listrik, dikompres es, dipijat," bebernya.
Meski demikian, Maharani tidak merekomendasikan cara tersebut lantaran berpotensi menambah fatalitas luka.
Panji Petualang
Sementara itu pemerhati ular Muhammad Panji atau lebih dikenal Panji Petualang membagi pengalamannya saat memberikan pertolongan pertama seseorang yang digigit ular.
Tak lain, anaknya yang masih berusia 6 tahun digigit ular cobra. Panji menceritakan saat itu anaknya tengah menangkap Cobra liar yang masuk ke dalam rumah.
Ia mengungkap penanganan pertama saat itu dilakukan secara tega dan tidak tega. Yakni, memasukan bagian tubuh digigit Cobra yakni jari kelingkingnya ke dalam air panas selama 5 menit.
"Aku tega enggak tega. Jarinya sampai kemerahan, kebakar jarinya," tuturnya.
Air panas, kata Panji, menyebabkan sel-sel di dalam jari anaknya rusak. Praktis, lajur penjalaran bisa ular jadi terputus.
"Pembengkakan masih terjadi di anakku tapi tidak separah kalau enggak aku gituin (celupkan ke air panas) dan enggak ada bekas," ungkapnya.
Meski anaknya harus mengalami pelepuhan kulit pada jari kelingkingnya setidaknya nyawa bisa tertolong.
"Cuman karena ini teori dan pengalamanku aku enggak berani kadang-kadang merekomendasikan ke publik," bebernya.
Ia menegaskan tetap diperlukan penanganan secara medis terhadap seseorang jika digigit ular berbisa. "Karena digigit ular itu pasti terasa nyeri badan, kalau di rumah sakit kan bisa disuntik anti nyeri. Walaupun enggak ada anti bisa ya, bisa ada tindakan yang lebih baik," ungkapnya.
Digigit Ular Berbisa yang Tidak Ada Anti-Bisanya, Bagaimana?
Panji berpendapat meskipun digigit ular berbisa yang belum ada anti-bisanya masih bisa ditolong. Namun, ia menggunakan teorinya sendiri.
"Ini kalau teoriku ya, bukan teori dokter atau peneliti. Karena aku dari kecil punya pengalaman nanganin orang digigit ular," tegasnya.
Panji melanjutkan sejauh penelitiannya, racun atau bisa ular memiliki dua kandungan konsentrasi.
"Yakni, neurotoxic dan hemotoxic. Racun darah dan sel jaringan bisa merusak itu hemotoxic. Yang neurotoxic bisa syaraf yang bahaya kan itu," ungkapnya.
Semua racun ular, sambung Panji, berasal dari protein dari makanan mereka yang sudah terekstrasi dalam tubuh ular. "Jadi racun itu bisa untuk membunuh mangsa dan mencerna makanan sebetulnya itu fungsi bisa ular," katanya.
Ketika racun ular masuk ke dalam tubuh, ia tidak akan langsung menyatu dengan darah. Melainkan, akan tersangkut terlebih dahulu di kelenjar getah bening, yakni antara kulit dan daging.
"Jadi semakin kita gerak, otot kita banyak gerak semakin mendorong bisa itu masuk ke darah akhirnya merusak," jelasnya.
Baca juga:
Mengenal Ular Putih Asal Papua, Sekali Patuk Langsung Tewas
Pemerhati Ular Meninggal Digigit Ular Berbisa di Raja Ampat
Viral Video Kolam Lele Jadi 'Sarang' Ular Ini Bikin Ngeri, Akibat Lama Tak Dikuras
Potret Tapak Angin, Ular Berbahaya Tiba-tiba Muncul di Depan Rumah Warga Trenggalek
Temukan Seekor Ular di Kamarnya, Lydia Kandou Beberkan Kronologinya
CEK FAKTA: Ular Diklaim Bisa Mendeteksi Gempa Bumi? Simak Faktanya