Jelang GMT, ratusan teropong berjejer di Pantai Balikpapan
Ribuan jurnalis dan turis mancanegara berdatangan ke kota ini.
Gerhana Matahari Total (GMT) akan berlangsung Rabu (9/3) besok. Kota Balikpapan, menjadi salah satu kota yang bisa menikmatinya. Turis dan jurnalis asing, serta astronom kini sudah berada di Balikpapan. Rencananya, mereka akan menjejer teropong di kawasan pantai Kilang Mandiri, di Jalan Jenderal Sudirman besok pagi.
Kawasan pantai Kilang Mandiri, menjadi salah satu spot terbaik turis dan jurnalis asing, menyaksikan momen GMT yang berlangsung 350 tahun sekali itu. Di antaranya, 20 orang jurnalis dan wisatawan dari Hongkong dan Jepang, yang berada di Balikpapan sejak Senin (7/3) kemarin, telah melakukan survei lokasi itu, pagi tadi.
"Mereka sudah survei pagi tadi. Termasuk dengan 12 astronom dari negara-negara Eropa dan Asia lainnya," kata Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata (Disporbudpar) kota Balikpapan, Oemy Facessly, kepada merdeka.com di Balikpapan, Selasa (8/3) malam.
Titik helipad di kawasan pantai Kilang Mandiri, menjadi pusat lokasi untuk menyaksikan momen GMT. Keberadaan para tamu negara lain itu, juga telah didampingi oleh jajaran pemkot Balikpapan.
"Mereka menggunakan teropong. Juga ada tamu komunitas dari Jawa Timur, datang ke Balikpapan, juga menggunakan teropong sat melihat gerhana nanti," ujar Oemy.
Di sisi lain, momen GMT, juga benar-benar menjadi momen penting pengelola hotel, menaikkan tingkat hunian mereka, di tengah perlambatan ekonomi saat ini. Betapa tidak, dari laporan yang diterima Oemy, 5.361 tempat tidur yang tersebar di 75 hotel melati hingga bintang lima, saat ini sudah terisi penuh.
"Rata-rata menginap mulai tanggal 7 Februari sampai sehari setelah momen GMT, tanggal 10 Februari.
Pantauan merdeka.com di Balikpapan, hingga petang tadi, aktivitas warga Balikpapan masih berlangsung sedia kala, seperti terlihat di kawasan Lapangan Merdeka, di Jalan Jenderal Sudirman. Warga masih memanfaatkan kawasan itu, untuk berolahraga di sore hari, sehari menjelang GMT, 9 Maret 2016 besok.
Baca juga:
Ini meme-meme kocak gerhana matahari total yang bikin ngakak
Penjual kaca riben buat lihat gerhana di Palembang raup untung besar
Mau nonton gerhana, tak perlu datang langsung, cukup buka internet
Jokowi kemungkinan batal datang, warga Belitung kecewa
Ketimbang lihat gerhana, tokoh Hindu imbau umatnya fokus Nyepi
-
Bagaimana proses terjadinya Gerhana Matahari Total? Gerhana matahari total terjadi saat matahari, bulan, dan bumi terletak dalam satu garis lurus. Posisi ini didapatkan tidak lain karena bumi dan bulan sama-sama berputar melakukan revolusi mengelilingi matahari. Kemudian pada waktu tertentu, baik bumi maupun bulan akan menempati posisi orbit yang sejajar hingga membentuk garis lurus. Setelah menempati posisi garis lurus, bagian belakang bulan yang tidak terkena sinar matahari akan membentuk bayangan sendiri, yaitu bayangan inti (umbra) dan bayangan samar-samar (penumbra).
-
Apa penyebab Gerhana Matahari Total? Gerhana matahari total merupakan fenomena yang terjadi ketika matahari, bulan, dan bumi berada dalam satu garis lurus. Di sini seluruh bagian matahari akan tertutup dengan bayangan bulan. Sehingga cahaya matahari akan menghilang secara total selama beberapa waktu. Dalam kondisi ini, bumi akan mengalami suasana yang gelap seperti malam hari.
-
Apa yang terjadi saat gerhana matahari total? Gerhana matahari total merupakan fenomena alam yang memukau, di mana bulan sepenuhnya menutupi matahari, menciptakan momen singkat ketika siang menjadi malam.
-
Kapan Gerhana Matahari Total akan terjadi? Bumi akan mengalami kembali fenomena gerhana matahari total pada tanggal 8 April 2024 mendatang.
-
Dimana gerhana matahari total 2024 akan melewati? Jalur gerhana ini akan melintasi Amerika Utara, melewati Meksiko, Amerika Serikat, dan Kanada.
-
Apa yang bisa dilihat saat Gerhana Matahari Total tahun 2024? “Gerhana 2024 menawarkan kesempatan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mengukur bentuk dari Matahari dan dengan demikian dapat menyimpulkan struktur bagian dalamnya,” ungkap Profesor Gordon Emslie, peneliti utama dalam proyek SunSketcher.