Jelang Hari Kartini, Rahayu Saraswati Kagumi Perjuangan 'Kartini Kendeng'
Saraswati menilai, aksi 9 perempuan Kendeng menyemen kaki di depan Istana Negara adalah bentuk sikap heroik dalam usaha menuntut keadilan sebagaimana dulu Kartini lakukan. Ia mengakui perjuangan Kartini Kendeng menjadi salah satu pengingat baginya dalam berjuang di jalur politik.
Politikus Partai Gerindra, Rahayu Saraswati mengatakan, perayaan Hari Kartini mengingatkan dirinya terhadap para Kartini Kendeng.
Para perempuan petani dari Pegunungan Kendeng, Jawa Tengah ini memiliki daya juang yang hebat dalam mempertahankan sumber air dan keasrian alam tempat mereka tinggal yang tersimbolisasi dalam konsep 'Ibu Bumi.
-
Kapan Sawah Segar Sentul buka? Sawah Segar Sentul buka setiap Selasa–Minggu pukul 09.00-18.00 WIB saat weekdays. Saat weekend, buka pukul 08.00-18.00 WIB.
-
Bagaimana proses pemakaman Dewi Sartika? Di tengah situasi yang penuh ketidakpastian, banyak pejuang kemerdekaan dan tokoh-tokoh penting berada dalam kondisi sulit, begitu pula dengan proses pemakaman jenazah Dewi Sartika. Ini karena situasi perang yang kembali tersulut, karena tentara Belanda yang berusaha untuk kembali menjajah Indonesia setelah kekalahan Jepang.
-
Kapan Dewi Sartika meninggal? Dewi Sartika meninggal pada 11 September 1947 di Cineam, Tasikmalaya, Jawa Barat.
-
Kenapa Acha Septriasa potong rambut pendek? Jadi aku memang dalam film ini bulan April tahun ini potong rambut pendek, kayaknya pixy cut gitu atau short bob dan itu permintaan sutradara aku.
-
Siapa Dewi Rengganis? Legenda Dewi Rengganis penjaga Gunung Argopuro Diceritakan bahwa Dewi Rengganis, putri dari Kerajaan Majapahit, diasingkan ke puncak gunung bersama enam dayangnya.
-
Kenapa Sebelik Sumpah dianggap keramat? Konon, kepercayaan masyarakat Suku Anak Dalam atau Orang Rimbo, siapa yang menggunakan kalung atau gelang Sebelik Sumpah akan terhindar dari sumpah serapah dari orang yang ingin berniat jahat. Sebelik Sumpah layaknya penangkal sumpah. Sumpah-sumpah jelek dari orang yang ingin berniat jahat justru akan kembali kepadanya.
"Saya belajar filosofi arti perjuangan dari para Kartini Kendeng. Mereka kuat mempertahankan dan memperjuangkan prinsip-prinsip yang mereka pegang, salah satunya alam asri jangan dikorbankan untuk industri ekstraktif," ujar anggota Komisi VIII DPR RI tersebut kepada wartawan, Selasa (9/4).
Saraswati mengatakan, kegigihan dan kesabaran mereka dalam mempertahankan hak-hak hidup dan lingkungan hidup merupakan contoh nyata kecintaan terhadap tanah air. Itulah sejatinya perjuangan Kartini dulu.
Perjuangan Kartini Kendeng, menurutnya, juga merupakan alarm setiap pihak bahwa Indonesia adalah negara agraris. Jangan kita mendurhakai kesejatian Indonesia ini. Apalagi menghadapi ancaman rawan pangan.
"Budaya leluhur kita itu bertani, dan itu tertanam kuat di sanubari Kartini Kendeng. Perjuangan mereka itu untuk mempertahankan budaya yang menjadi sumber nafkah mereka, mengapa di negara yang katanya agraris menjadi petani dilarang?" ujar ketua DPP Gerindra tersebut.
Saraswati menilai, aksi 9 perempuan Kendeng menyemen kaki di depan Istana Negara adalah bentuk sikap heroik dalam usaha menuntut keadilan sebagaimana dulu Kartini lakukan. Ia mengakui perjuangan Kartini Kendeng menjadi salah satu pengingat baginya dalam berjuang di jalur politik.
"Keteguhan hati Kartini Kendeng menentang pemiskinan dan menolak perusakan ibu bumi tanah air memotivasi saya untuk terus berusaha membela hak-hak setiap orang melalui jalur parlemen," ujarnya.
Seperti diketahui, para petani Kendeng melakukan perlawanan terhadap pembangunan pabrik semen oleh PT Semen Indonesia. Perlawanan dan perjuangan menuntut keadilan mereka sudah berjalan sejak 2016. Sejumlah petani perempuan yang dikenal sebagai Kartini Kendeng turut melakukan aksi penolakan.
Mulai dari demonstrasi, aksi berdiam diri di tenda, jalan kaki Rembang-Semarang hingga aksi ekstrem yakni dua kali menyemen kaki di depan Istana Negara.
Petani Kendeng ngecor kaki ©2017 Merdeka.com
Aksi terakhir tersebut bahkan mengambil korban jiwa, Yut Patmi karena mengalami serangan jantung.
"Saya dengar perjuangan Yu Patmi diabadikan dalam bentuk monumen dan langgar untuk ibadah serta berkumpul menyusun pembelaan terhadap Ibu Bumi. Saya ingin menyempatkan diri ke sana, mendengar, semoga belum terlambat. Insya Allah," tutur Saraswati.
Hingga kini, perjuangan warga pegunungan Kendeng, Jawa Tengah, masih berlangsung. Mereka meminta pemerintah untuk menghentikan penambangan di kawasan desa mereka. Warga juga masih menolak kegiatan pabrik semen PT Semen Indonesia di sana.
(mdk/rnd)