Jokowi Pegang Data Parpol: Saya Tahu Mereka Menuju ke Mana
Jokowi mengaku data yang diterimanya terkait parpol sangat lengkap.
Jokowi mengaku mendapatkan data partai-partai dari intelijen BIN, Polri dan BAIS TNI.
Jokowi Pegang Data Parpol: Saya Tahu Mereka Menuju ke Mana
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku mengetahui semua isi dalamnya partai politik. Jokowi memegang data parpol hingga tahu ke mana arah partai politik tersebut.
"Saya tahu dalamnya partai seperti apa saya tahu. Partai-partai seperti apa saya tahu, ingin mereka menuju ke mana saya juga ngerti," kata Jokowi saat membuka acara rapat kerja nasional relawan Seknas Jokowi di Hotel Salak, Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (16/9).
- Koalisi Masyarakat Sipil Desak DPR Panggil Jokowi dan BIN Terkait Dugaan Penyalahgunaan Data Intelijen Partai Politik
- Jokowi Soal Kantongi Data Parpol Dari Intelijen: Makanan Sehari-hari Saya
- PKS Puji Presiden Jokowi soal Data Intelijen Parpol
- Jokowi Punya Data Intelijen soal Parpol, Mahfud: Namanya Presiden Bisa Tahu Apa Saja
Kepala Negara mendapatkan informasi partai-partai dari laporan-laporan intelijen BIN, Polri dan BAIS TNI. Kata Jokowi, informasi yang ia terima sangat lengkap.
"Informasi yang saya terima komplet dari intelijen saya ada BIN, dari intelijen di Polri ada, dari intelijen TNI saya punya BAIS dan informasi-informasi di luar itu,"
ucap Jokowi.
merdeka.com
Jokowi menyebut, dirinya memegang data-data survei. Dia mengatakan, data tersebut hanya miliknya sebagai seorang Presiden.
"Angka data, survei semuanya ada. Saya pegang semua dan itu hanya miliknya presiden karena langsung, langsung ke saya," pungkasnya.
Dalam acara relawan itu, Jokowi menjelaskan kepemimpinan ke depan sangat penting dan menentukan apakah Indonesia akan mampu melompat menjadi negara maju atau hanya berkutat sebagai negara berkembang.
Karena itu, pelaksanaan pemilu untuk menentukan presiden-wakil presiden selanjutnya yakni Pemilu 2024, Pemilu 2029, dan Pemilu 2034 akan sangat menentukan posisi bangsa Indonesia.
“Saya berikan contoh di Amerika Latin, banyak negara sudah jadi negara berkembang, tahun 60-an, tahun 70-an sudah jadi negara berkembang, tapi saat ini mereka juga masih negara berkembang. Tak bisa keluar dari jebakan. Kita tidak mau itu, dan kesempatan itu hanya ada di tiga periode kepemimpinan nasional kita,”
kata Jokowi.
merdeka.com
Saat ini, Indonesia memiliki peluang untuk melompat menjadi negara maju dari negara berkembang karena memiliki bonus demografi dan kebijakan hilirisasi sumber daya alam. Jokowi mencontohkan salah satu kebijakan hilirisasi yakni penghentian ekspor bijih nikel dan menggantinya dengan produk bernilai tambah yang telah memberikan penerimaan negara secara signifikan.
“Saya berpikiran negara ini harus jadi negara maju, negara makmur. Tapi memang kepemimpinan itu sangat menentukan,”
kata Jokowi.
merdeka.com