Junaidi korban Mina asal Batu teridentifikasi, 2 lain masih hilang
Lewat keterangan istrinya juga diketahui bahwa jenazah almarhum telah teridentifikasi.
Tiga warga Kota Batu, Jawa Timur menjadi korban insiden Mina. Satu korban meninggal teridentifikasi atas nama Junaidi Sjahrudin Marjun. Sementara dua warga lain, yakni pasangan suami istri Mulyono dan Siti Aisyah masih belum diketahui keberadaannya. Ketiga korban dalam satu kloter 36, berangkat melalui embarkasi Sukolilo, Surabaya.
Zulfan Abdul Halim, anak almarhum Junaidi mengaku mendapatkan kepastian dari salah seorang petugas di KBIH Al-Ikhlas Batu, tempat di mana ayahnya mengikuti manasik haji pada dini hari tadi. Pihaknya juga selalu mengikuti update oleh Kementerian Agama (Kemenag).
"Dari petugas KBIH diteruskan ke sini, tadi pagi juga melihat rilis di televisi, nama ayah saya muncul," kata Zulfan Abdul Halim di rumahnya di Jalan Teratai Nomor 11, Kelurahan Songgokerto, Kota Batu, Senin (28/9).
Almarhum berangkat bersama istrinya, Umi Sholihah. Lewat keterangan istrinya juga diketahui bahwa jenazah almarhum telah teridentifikasi.
"Ibu saya masih berusaha untuk bisa melihat secara langsung jenazahnya, tapi masih belum bisa. Tetapi kepastian kalau jenazahnya teridentifikasi sudah diperoleh sejak tadi pagi," katanya.
Almarhum Junaidi sendiri adalah guru agama di SMP Negeri 3 Beji, Kota Batu. Sementara dalam rombongan bertindak sebagai ketua regu.
Sejak kejadian, almarhum dinyatakan hilang setelah insiden Mina yang menewaskan ratusan korban jiwa itu. Padahal menurut keterangan istrinya, Junaidi sendiri telah selesai melempar Jumroh. Saat itu sedang mengantar seorang teman sesama jemaah haji.
Sementara istrinya dinyatakan sehat, karena saat peristiwa terjadi terpisah dari suaminya. "Habis melempar jumroh mengantar temannya, tapi kok tidak kembali ke maktab. Ibu saya menunggu-nunggu tapi tidak datang-datang. Karena belum ada kabar, ibu kembali ke hotel bersama rombongan," katanya.
Karena tidak ada kontak, keluarga telah menghubungi petugas Kemenag, tetapi memang belum ada yang bisa memastikan. Keluarga juga hanya bisa menunggu.
"Adik saya, anak kedua kebetulan menjadi petugas di Daker Kemenag. Dia yang selama ini mengurus di sana, kita sedikit terbantu," katanya.
Kepala Kemenag Kota Batu, Jamal mengungkapkan Junaidi sudah dipastikan teridentifikasi sebagaimana rilis Kemenag. Sementara jemaah atas nama Mulyono dan Siti Aisyah, warga Dadaprejo masih berstatus hilang atau belum ditemukan.
"Ada kemungkinan Pak Mulyono dan istrinya, Ibu Siti Aisyah masih sehat. Semoga segera kembali dalam kondisi sehat," harapnya.
Pihak rumah sakit setempat, kata Jamal, hingga kini terus melakukan identifikasi korban meninggal dunia dan juga yang sedang dalam perawatan. Dua korban dalam tahap pencarian oleh petugas yang berkoordinasi dengan berbagai pihak di lokasi.
-
Kenapa Mina Bendungan dibentuk? Erwin mengestimasi biaya yang dibutuhkan untuk pembiatan satu buah kolam sekitar Rp1 juta.“Yang buat tetangga-tetangga kami sendiri. Kalau ditambah biaya rokok, makan, dan konsumsi lainnya total biaya yang dihabiskan lebih dari Rp1 juta,” ungkap Erwin.
-
Apa itu Mina Bendungan? Erwin kemudian membentuk suatu wadah perkumpulan para pemilik kolam yang kemudian dinamakan “Mina Bendungan”. Agar perkumpulan itu makin berkembang, ia gencar mengajukan proposal seperti permohonan pendampingan dan modal usaha ke berbagai instansi mulai dari pemerintah kelurahan sampai anggota DPRD.
-
Kapan Tragedi Bintaro terjadi? Tragedi Bintaro 1987 terjadi karena kecelakaan kereta api yang mengakibatkan banyak korban jiwa. Kronologi kejadian dimulai saat dua kereta api bertabrakan di Stasiun Pondok Ranji, Bintaro pada 19 Oktober 1987.
-
Di mana tragedi ini terjadi? Hari ini, 13 November pada tahun 1998 silam, terjadi demonstrasi besar-besaran di kawasan Semanggi, Jakarta.
-
Kenapa Minus Mata terjadi? Salah satu penyebab utama mata minus adalah faktor genetik. Jika salah satu atau kedua orang tua memiliki miopia, kemungkinan besar anak mereka juga akan mengembangkan kondisi ini.
-
Siapa saja yang terlibat dalam Mina Bendungan? Bagi Erwin Widodo (42), hidup akan lebih berarti apabila bisa memberi banyak manfaat bagi orang lain. Pria yang tinggal di Pedukuhan Rewulu Wetan, Kalurahan Sidokarto, Kapanewon Godean, Sleman itu sebelumnya telah bergelut di berbagai dunia kerja mulai dari buruh pabrik hingga pelayan rumah makan padang saat merantau ke Jakarta.
Baca juga:
Ini pesan terakhir Eti, korban tragedi Mina pada anaknya
Korban insiden Mina: Misteri ponsel Otong yang tak kunjung dijawab
Cerita Sugeng wafat terinjak demi selamatkan anaknya yang lumpuh
Dua jemaah haji asal Kediri juga jadi korban tragedi Mina
Jokowi belum berpikir ajukan nota protes ke Saudi soal insiden Mina
Perang opini terus digalang, Iran-Saudi politisasi Tragedi Mina