Kapolri sebut dari 45 penyerangan ulama, 42 hoax yang dibumbui di medsos
Ia mencontohkan peristiwa yang direkayasa seperti di empat wilayah Jawa Barat. Saat itu, seakan-akan seorang ulama dianiaya oleh salah seorang yang diduga alami gangguan jiwa. Tapi pada kenyataannya hal tersebut tak benar.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyambangi SMK Tarbiyah Islamiyah di Jalan Tawakal Raya, Jakarta Barat. Kedatangan Tito saat itu karena sebagai bentuk silaturahmi dengan para pengurus Pimpinan Pusat Tarbiyah Persatuan Islamiyah.
Saat itu, Tito sempat memberikan sambutan di depan para pengurus PP Tarbiyah Perti mengatakan bahwa ada 45 isu tentang penyerangan ulama. Namun, dari 45 isu tersebut 42 isu itu bohong atau tidak benar.
-
Kapan Ari Dono Sukmanto menjabat sebagai Kapolri? Dia menjabat antara 23 Oktober 2019 hingga 1 November 2019 alias 1 pekan 2 hari.
-
Kapan Tolchah Hasan menjabat sebagai Menteri Agama? Ia menjabat pada 29 Oktober 1999 sampai 13 Agustus 2001.
-
Kapan Arca Totok Kerot ditemukan? Pada tahun 1981, penduduk melaporkan adanya benda besar dalam gundukan di tengah sawah. Gundukan tersebut digali hingga terlihat sebuah arca. Penggalian hanya dilakukan setengah badan saja yaitu pada bagian atas arca.
-
Kapan Pondok Pesantren Langitan didirikan? Jauh sebelum Indonesia merdeka, yakni pada tahun 1852, Kiai Muhammad Nur mendirikan pondok pesantren di Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban.
-
Kapan M. Hasan menjabat sebagai Kapolri? Jenderal Polisi (Purn.) Drs. Mohamad Hasan adalah seorang Kepala Kepolisian Republik Indonesia di era Orde Baru (1971-1974) dan pernah menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Malaysia dari tahun 1974 hingga 1978.
-
Siapa pacar Khirani Trihatmojo? Gadis yang akrab disapa Khiran mengungkapkan bahwa dia telah satu tahun bersama Adira Santoso.
"Pertama ada 45 isu tentang penyerangan ulama. Dari itu hanya 3 yang betul ada peristiwa dengan korbannya ulama atau pengurus mesjid dan pelakunya gangguan jiwa. Jawa Timur, Jawa Barat 2," ujar Tito, Jakarta Barat, Sabtu (3/3).
Tito menambahkan, tiga peristiwa dengan korban ulama berdasarkan fakta, pelaku mencari target secara acak. Ia tidak mengetahui apakah orang yang diserang merupakan pemuka agama atau bukan. Akan tetapi, dengan adanya hal tersebut justru dimanfaatkan oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab dengan memanfaatkan momentum tersebut.
"Pelakunya ditangkap, didalami, ada gangguan kejiwaan. Sampai datangi tiga ahli kejiwaan, ini peristiwa spontan. Tapi di media sosial kemudian dibumbui," ujarnya.
Ia mencontohkan peristiwa yang direkayasa seperti di empat wilayah Jawa Barat. Saat itu, seakan-akan seorang ulama dianiaya oleh salah seorang yang diduga alami gangguan jiwa. Tapi pada kenyataannya hal tersebut tak benar.
"Kedua, peristiwa yang direkayasa. Peristiwa dilaporkan ke polisi bahwa dia dianiaya. Ada empat kasus, Cicalengka, Ciamis, Kediri, dan Balikpapan. Empat-empatnya direkonstruksi, ternyata semuanya ngaku peristiwa enggak ada. Bajunya dirobek seolah diserang dengan parang, enggak ada. Alasannya ingin dapat perhatian karena kekurangan ekonomi," jelasnya.
Selain itu, menurutnya ada suatu peristiwa penganiayaan tapi korbannya bukan ulama, yang korbannya memang bukan ulama. Dan dirinya juga mengutarakan kalau peristiwanya enggak ada sama sekali tapi dibuat seolah ada.
"Disimpulkan, belum ada koneksi antara satu dan kasus lain yang didesain pihak tertentu. Belum kita temukan, peristiwanya spontan. Yang kita temukan di udara ada yang merangkai secara masif sehingga ramai di media sosial isu ulama dengan kambing hitamkan kelompok tertentu," tandasnya.
Baca juga:
Modus penyerangan tokoh agama seragam, diduga kuat hasil skenario
Marbut Masjid gunting baju dan peci sendiri biar disangka dianiaya
Sebar kabar hoax mengaku dianiaya, marbut di Garut jadi tersangka
Motif marbut di Garut berbohong dianiaya karena butuh uang
'Negara tak boleh diam terhadap upaya memecah belah keutuhan NKRI'
Marbot Masjid di Garut berbohong dianiaya, motif ingin diperhatikan