Kasihan pelajar Indonesia, setiap ganti menteri ganti kurikulum
Bisa saja kurikulum sebelumnya dianggap belum sempurna, sehingga semakin disempurnakan dengan kurikulum penggantinya.
Tidak hanya mewacanakan program Full Day School, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, juga akan menata ulang kurikulum pendidikan nasional. Hal ini seolah mengingatkan kita bahwa setiap pergantian Menteri, kurikulum pun juga ikut didaur ulang.
Lalu bagaimana nasib pelajar dan para pengajar yang harus mengganti sistem kegiatan belajar-mengajar setiap perubahan kurikulum?
-
Kapan Ridwan Kamil mencoblos? Hal itu ia sampaikan usai mencoblos surar suara di TPS 45, Jalan Gunung Kencana, Ciumbuleuit, Kota Bandung, Rabu (14/2).
-
Kapan Choirul Huda meninggal? Ia bertabrakan dengan rekan satu timnya pada Liga 1 2017 silam saat melawan Semen Padang.
-
Kapan Pondok Pesantren Musthafawiyah didirikan? Didirikan Abad 20 Melansir dari beberapa sumber, ponpes ini didirikan pada 12 November 1912 oleh Syeikh Musthafa bin Husein bin Umar Nasution Al-Mandaily.
-
Bagaimana Mahfud Md merespon pengumumannya sebagai cawapres? Usai diumumkan jadi cawapres mendampingi Ganjar Pranowo, Mahfud Md yang juga menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) itu menyampaikan terima kasih."Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Presiden Joko Widodo yang telah memberi kesempatan kepada saya selama ini," kata Mahfud di DPP PDIP.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Kapan Wibowo Wirjodiprodjo meninggal? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
Menanggapi hal tersebut, Pengamat Pendidikan Arief Rahman mengungkapkan tak perlu khawatir. Sebab menurutnya, pergantian kurikulum bukanlah sesuatu yang diambil dengan langkah gegabah.
"Saya juga pernah kok mengalami gonta-ganti kurikulum, dan itu enggak apa-apa kok pengaruhnya. Perubahan kurikulum kan ada sosialisasi, ada pelatihan, ada pendalaman dan ada evaluasi, semua itu dilakukan. Jadi langkah ini tidak akan diambil secara gegabah," kata Arief saat dihubungi merdeka.com, Selasa (9/8).
Menurut Arief, selayaknya kalau memang setiap acuan atau kurikulum itu dinilai perlu diperbaiki, maka sudah sepantasnya diubah dan diperbaiki. Bisa saja kurikulum sebelumnya dianggap belum sempurna, sehingga semakin disempurnakan dengan kurikulum penggantinya.
"Jadi memang harus diperbaiki, sebab kurikulum sebelumnya belum sempurna, bukan jadi kok ganti menteri ganti kurikulum. Itu kurikulum memang harus dievaluasi terus dong," ucapnya.
Evaluasi kurikulum, papar Arief, memang harus selalu dilakukan. Sebab apa yang diperlukan selanjutnya seiring perkembangan zaman akan tertera dalam hasil evaluasi nantinya.
"Evaluasi itu memang harus dilakukan, itu sangat benar. Masa program enggak dievaluasi? Memang mulai dari Pak Nuh kan memang begitu. Kalau sekarang kan ditekankan revolusi mental, kalau memang kurikulum begitu ya enggak apa-apa, bagus," tuturnya.
Disinggung soal tenaga pengajar yang seolah bakal dipersulit dengan sistem kurikulum yang berubah-ubah, Arief ungkap itu tak akan terjadi. Karena pasti akan diberikan pemahaman dan pelatihan terlebih dahulu.
"Tenaga pengajar kan tinggal diberi pelatihan, mereka bagian dari kemajuan zaman, kalau mau maju harus bisa sesuai dengan perkembangan yang ada. Intinya selama untuk perbaikan pendidikan, semua harus dilakukan," tutupnya.
Baca juga:
Full day school menguatkan stigma ganti Mendikbud ganti sistem
Cerita Mendikbud sebut full day school ide presiden dari nawacita
Apa kata Ki Hajar Dewantara lihat pendidikan Indonesia sekarang?
Mendikbud sebut full day school perintah presiden & baru sebatas ide
Djarot sebut full day school tak cocok di Jakarta
Wacana program full day school perlu dikaji mendalam