Kasus Kekerasan terhadap Anak di NTT Meningkat selama Pandemi Covid-19
Kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dialami anak-anak maupun perempuan yang resmi dilaporkan melalui aplikasi Simponi mencapai 564 kasus pada 2020.
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur menyebutkan kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dialami anak-anak dan perempuan mengalami peningkatan selama masa pandemi COVID-19 hingga menembus 564 kasus pada 2020.
"Berdasarkan data yang kami terima menunjukkan kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dialami perempuan dan anak meningkat selama masa pandemi COVID-19 hingga mencapai 564 kasus," kata Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Nusa Tenggara Timur, Ilen Adriany dilansir Antara, Senin (11/10).
-
Apa dampak KDRT pada anak? Anak-anak yang terpapar kekerasan juga berisiko mengalami gangguan mental yang serius di kemudian hari.
-
Mengapa KDRT terhadap istri dapat berdampak pada anak? Sebagai contoh, ketika seorang suami menganiaya istri, anak-anak mereka juga berisiko menjadi korban.
-
Apa yang dimaksud dengan KDRT? Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah salah satu bentuk pelanggaran hak asasi manusia yang sering terjadi di Indonesia. KDRT dapat berupa kekerasan fisik, psikis, seksual, atau ekonomi yang dilakukan oleh anggota keluarga terhadap anggota keluarga lainnya.
-
Apa yang dilakukan ayah korban KDRT kepada putrinya? Dia langsung mencium kening putrinya. "Dia langsung mendekati anaknya kemudian mencium keningnya," demikian dikutip dari keterangan video. Beberapa saat kemudian, sang ayah mengusap kepala hingga wajah lebam sang putri.
-
Dimana kekerasan pada anak dilarang? Banyak negara telah mengesahkan undang-undang yang melarang kekerasan terhadap anak.
-
Bagaimana Intan Nabila mendapatkan bantuan untuk anak-anaknya dalam menghadapi situasi KDRT? "Anak-anak saat ini tentunya mendapatkan dukungan dari keluarga serta pendampingan dari KPAI," ungkapnya. Intan juga menyatakan bahwa mereka sedang berusaha untuk berkonsultasi dengan psikolog anak, mengingat dampak kekerasan yang mungkin berpengaruh pada kesehatan mental anak-anak, meskipun tidak tampak secara fisik. "Kami juga berusaha menghadirkan psikolog anak, karena sering kali anak-anak menyaksikan perilaku orang tua yang mungkin melibatkan kekerasan. Meskipun tidak selalu tampak secara fisik, dampak mental pasti ada dan perlu untuk dikonsultasikan," tambahnya.
Menurut dia kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dialami anak-anak maupun perempuan yang resmi dilaporkan melalui aplikasi Simponi mencapai 564 kasus pada 2020.
Ia memastikan masih banyak kasus-kasus kekerasan baik terhadap anak maupun perempuan yang tidak dilaporkan oleh korban kepada aparat keamanan.
"Kasus kekerasan pada anak dan perempuan yang terjadi pada 2019 jumlahnya di bawah 564 kasus. Kami masih merangkum kasus-kasus yang terjadi pada 2021 ini," kata Ilen Adriany.
Dia menambahkan, banyak kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak diselesaikan melalui jalur damai yang difasilitasi tokoh-tokoh agama maupun LSM yang peduli terhadap perlindungan anak dan perempuan di NTT.
Menurut dia, kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dialami anak dan perempuan di Provinsi Nusa Tenggara Timur pada 2020 itu termasuk tinggi.
"Kami yakin masih banyak kasus yang belum dilaporkan karena banyak faktor seperti keluarga merasa malu apabila korban melaporkan ayah atau ibunya yang melakukan kekerasan terhadap anak. Begitupun juga istri merasa malu apabila melaporkan suaminya kepada pihak Kepolisian karena melakukan tindakan kekerasan," tegas Ilen Adriany.
Baca juga:
Penjelasan Kejari Jakut Soal Kombes RW Pelaku KDRT Tak Ditahan
Kasus KDRT Kombes RW, Polisi Sebut Pernah Lakukan Mediasi Tapi Tak Ada Titik Temu
Bareskrim Turun Tangan Usut Kasus Dugaan Pencabulan 3 Anak di Luwu Timur
Lakukan KDRT, Kombes RW Disanksi Komisi Kode Etik Polri
Berkas Perkara KDRT Kombes RW Sudah Dinyatakan Lengkap oleh Kejari Jakut