Kebanggaan menjadi pengabdi Kraton Yogyakarta
Joyo menolak jika pengabdiannya kepada Kraton ini disamakan dengan pesuruh atau pelayan.
Sebagian orang mungkin akan bertanya kenapa ada orang yang ingin menjadi abdi dalem di Kraton. Padahal jika dihitung dari sisi penghasilan tidak ada apa-apanya. Namun hal itu tidak terlintas sekali pun di pikiran para abdi dalem Kraton. Bagi mereka, menjadi abdi dalem bukan pekerjaan, melainkan pengabdian dan keikhlasan menjaga kebudayaan.
Menjadi abdi dalem bagi Joyo Darsono, salah seorang abdi dalem yang berjaga di Kraton Kilen, merupakan suatu kebanggaan. Dia mengibaratkan abdi dalem adalah para penjaga kebudayaan khususnya Kraton Yogyakarta.
"Menjadi penjaga dipintu Kraton Kilen itu kebanggaan, karena tidak banyak orang yang dipercaya Sri Sultan untuk melakukannya," kata Joyo pada merdeka.com beberapa waktu lalu.
Joyo menolak jika pengabdiannya kepada Kraton ini disamakan dengan pesuruh atau pelayan. Dia mengatakan abdi dalem tak ubahnya seperti PNS di Negara Indonesia.
"Kami di sini seperti pegawainya, PNS begitu, mengabdi untuk Negara, kami juga melakukan hal yang sama," ujarnya.
Senada dengan Joyo, Yudo Sumadyo juga memiliki kebanggaan menjadi seorang abdi dalem. Baginya menjadi abdi dalem bukan sekedar pelayanan terhadap Kraton tapi upaya nguri-uri kebudayaan. Dia merasa perlu meneruskan perjuangan neneknya yang menjadi abdi dalem karena ingin menjaga kebudayaan jawa khususnya kesenian tradisional.
"Saya bergabung pertama di pasukan musik, karena saya suka dengan kesenian tradisional, dan ketika diberikan kesempatan untuk menjaga kesenian tradisional, tentu saja saya bangga," pungkas Yudo.
Yudo menilai sudah seharusnya anak-anak muda sadar dengan kebudayaan lokal. Menjadi abdi dalem adalah salah satu cara untuk menjaga warisan kebudayaan tersebut.
"Banyak caranya, tapi kalau mau menjadi abdi dalem tidak semudah itu, ada konsekuensi yang harus dijalankan," tambahnya.