Kekeringan di Puncak Papua Dipengaruhi Musim Dingin Australia, Kok Bisa?
Kekeringan di Puncak Papua Dipengaruhi Musim Dingin Australia, Begini Analisisnya
Masyarakat di tiga distrik yakni Agandugume, Lembawi dan Oneri terdampak kekeringan.
Kekeringan di Puncak Papua Dipengaruhi Musim Dingin Australia, Kok Bisa?
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengatakan kekeringan yang terjadi di Kabupaten Puncak, Papua Tengah, dipengaruhi oleh musim dingin di Australia.
Sehingga menurut dia, kekeringan yang terjadi terkait dengan cuaca ekstrem, bukan karena musim kemarau yang sedang berlangsung di Indonesia.
- Potret Tempat Tinggal Nagita Slavina saat Kuliah di Australia, Rumahnya Luas & Selalu Banyak Makanan
- Gembong PKI Kebal Peluru Tak Mempan Ditembak, Ternyata Jimatnya Ditaruh di Sini
- Jadi Pemimpin Daerah Terkaya di Jatim, Kekayaan Bupati Ini Capai Rp87 M hingga Punya Aset di Australia
- Papua Tengah Alami Kekeringan, Begini Langkah yang Diambil Pemerintah
"Yang jadi masalah pada periode Juli sampai Agustus ini di Australia sekarang winter (musim dingin). Nah ini ada pengaruh udara dingin ini sampai ke sana membawa,"
kata Abdul dalam Disaster Briefing diikuti daring di Jakarta, Senin (7/8) malam.
merdeka.com
Abdul mengatakan kondisi tersebut seperti halnya musim dingin di negara lain yang membuat tumbuhan tidak bertumbuh, melainkan gugur untuk menghemat air, karena udaranya membawa kekeringan.
Sedangkan di Papua Tengah di mana banyak dataran tinggi, udaranya sangat dingin dan membuat adanya kabut upas maupun butiran es. Masyarakat di tiga distrik yakni Agandugume, Lembawi dan Oneri yang biasanya bercocok tanam secara swadaya untuk memenuhi kebutuhan kelompok mereka, terdampak kekeringan. Lokasi penduduk juga tidak terpusat di satu wilayah, melainkan berpencar karena adanya sejumlah ladang yang dimiliki satu kampung berisi 15 kepala keluarga.
Nahasnya, pada saat terjadi di periode Juli sampai Agustus, ketika butiran es itu setiap malam atau setiap pagi muncul, dia akan menggembosi umbi-umbian yang ada di dalam tanah itu yang menjadi sumber makanan utama bagi masyarakat Papua.
Menurut peta risiko bencana, tiga distrik tersebut berisiko kekeringan. Dari hub BNPB, Timika merupakan wilayah paling dekat untuk menurunkan bantuan ke Agandugume dan sekitarnya.
Sayangnya, hambatan cuaca membuat bantuan hanya dapat diturunkan ke Distrik Sinak para Kamis (3/8). Warga Agandugume dan sekitarnya harus berjalan kaki dan bermalam untuk mendapatkan bantuan di Sinak. Abdul mengatakan jika sebelumnya bantuan hanya dapat diturunkan di distrik Sinak, pada saat ini bantuan dapat langsung diantarkan ke distrik Agandugume, dan melalui jalan darat ke dua distrik lainnya.