Kelakuan 'Geng Jepang' di markas, pesta miras, kumpul kebo, angkuh ke warga
Kelompok berandalan bermotor ini menamakan 'geng' mereka dengan 'Geng Motor Jepang'. Bukan tanpa sebab. Istilah 'Jepang' didapat dari nama Jembatan Mampang yang ada di kawasan Depok. Kebiasaan mereka berkumpul di lokasi itulah yang mencetuskan sebutan 'Jepang'.
Jelang penutupan Tahun 2017 publik dikagetkan dengan polah sejumlah pemuda tanggung di Depok. Mereka yang berjumlah puluhan itu dengan brutal menjarah sebuah toko pakaian yang belakangan diketahui bernama Toko Fernando.
Kelompok berandalan bermotor ini menamakan 'geng' mereka dengan 'Geng Motor Jepang'. Bukan tanpa sebab. Istilah 'Jepang' didapat dari nama Jembatan Mampang yang ada di kawasan Depok. Kebiasaan mereka berkumpul di lokasi itulah yang mencetuskan sebutan 'Jepang'.
-
Apa itu Honda Astrea? Honda Astrea, yang telah menjadi merek legendaris dan sangat populer di Indonesia.
-
Kapan Honda Astrea Star diperkenalkan? Honda Astrea Star diperkenalkan pada tahun 1985, memulai era baru untuk sepeda motor bebek dengan desain yang lebih modern.
-
Apa yang dilakukan Polres Garut untuk mengatasi masalah geng motor? Masyarakat dan pelajar diimbau memperhatikan aturan jam malam ini. Kejahatan jalanan dan geng motor belakangan marak di sejumlah daerah. Para pelakunya rata-rata pelajar yang nekat melakukan kekerasan. Untuk memutus mata rantai ini, Polres Garut, menerapkan jam malam.
-
Bagaimana awal mula terbentuknya geng motor di Indonesia? Awalnya, geng motor terbentuk karena beberapa orang atau kelompok memiliki minat hobi yang sama.
-
Apa itu motor Honda GL? Nama Honda GL tidak begitu asing bagi penggemar merek “sayap megepak”, khususnya pecinta sepeda motor klasik Indonesia. Kendaraan ini telah menjadi teman setia bagi perjalanan bangsa Indonesia selama lebih dari 30 tahun dan memiliki sejarah yang kaya dalam dunia otomotif Indonesia.
-
Kenapa PT Garuda Mataram Motor didirikan? Akibat PT Piola bangkrut, pemerintah Presiden Soeharto memutuskan kebijakan penyelamatan dan membentuk perusahaan baru untuk mengelola VW di Indonesia.
Balik ke peristiwa penjarahan 'Geng Motor Jepang' di Toko Fernando. Kejadian itu terjadi Minggu (24/12) dini hari. Secara membabi buta, geng motor tersebut menguras dagangan di toko itu. Untungnya, aksi brutal pemuda tanggung itu terekam kamera pengintai milik toko hingga akhirnya viral.
Tak berapa lama, para pelaku diciduk polisi. Perlahan, fakta seputar geng ini pun terbongkar.
Seperti pengakuan warga sekitar kontrakan yang sudah resah akan polah mereka. Seperti diketahui, geng tersebut mengontrak sebuah rumah di kawasan Pitara, Kelurahan Pancoran Mas, Depok. Dengan cara patungan, mereka membayar duit sewa sebesar Rp 600.000 per bulan.
Rumah kontrakan itu sekaligus dijadikan 'markas' alias basecamp untuk berkumpul.
Di sanalah terjadi aktivitas yang jauh dari kata positif. Menyekap seseorang di luar kelompok mereka, pesta minuman keras (miras) hingga kumpul kebo dilakoni para bocah tanggung itu.
"Sebelum penggerebekan ini ada dulu, cewek dicekokin sama cowoknya minuman dan obat-obatan gitu. Terus ada pembunuhan juga, ada kumpul kebo, narkoba, nah kemarin itu ternyata jadi markas Geng motor," jelas Didi, Ketua RT setempat.
"Jadi penghuninya nggak ada yang jelas," sambungnya.
Pernah ada salah satu warga yang sudah 'gerah' menantang satu dari mereka untuk berduel. Namun, hanya dibalas dingin. Tidak ada perlawanan.
"Ngocol, tengil gaya-gayannya. Pernah diajak ribut sama orang sini, satu lawan satu tapi mereka diem aja kaya nggak sopan gitu," ujar Agus, salah satu warga saat ditemui merdeka.com di lokasi
Bukan tanpa sebab. Lokasi kontrakan yang berada di pojok gang menambah tingkah gila mereka.
"Itu kan tempatnya di dalam gang, terus mojok gitu jadi nggak terpantau masyarakat," bebernya.
Didi mengakui sering mendapat laporan warga yang mengeluh akan perilaku tidak terpuji Geng Motor Jepang itu. Keluhan itu diakui Didi sudah disampaikan kepada si pemilik kontrakan. Namun, hasilnya jalan di tempat.
"Sering mas (melapor), cuma dia-nya cuek kayanya peduli gitu. Bahkan saya udah kasih formulir untuk data siapa nama yang ngotrak di situ. NIK-nya berapa, nama, alamat, pekerjaan. Cuma itu formulir sampai sekarang nggak sampe sama saya. Bahkan saya nggak anggep dia warga saya, warga saya tuh sekitar 130 KK, di luar dia ya," ujarnya.
"Di sini tuh dia (Nurjaya,pemilik kontrakan) kalau dibilang orang yang dipandang, tokoh-lah kalau disebut," sambungnya.
Kasus ini masih dikembangkan penyidikannya oleh penyidik Polresta Depok.
Baca juga:
Ungkap geng motor 'Jepang', polisi tangkap lagi 2 pelaku penjarahan
Kasus penjarahan toko pakaian di Depok, polisi tetapkan 15 tersangka
Polisi masih buru lima anggota geng motor 'Jepang' diduga terlibat penjarahan
Jadi korban penjarahan geng Jepang, pemilik toko pakaian tetap buka 24 jam
Bos toko pakaian korban penjarahan geng Jepang minta pelaku ditindak tegas