Kemacetan di Tangerang Selatan semakin parah
Dishub malah mencibir mereka yang terjebak macet lantaran tidak tahu jalan 'tikus'.
Kondisi lalu lintas Kota Tangerang Selatan saat ini semakin parah. Kemacetan terpantau terjadi di daerah perbatasan antara Tangsel dengan Jakarta.
Hal itu karena adanya proyek pembangunan dan perbaikan jalan. Seperti yang terjadi di Jalan Siliwangi, Pamulang, tepatnya setelah SPBU di dekat Jalan Parakan. Kendaraan yang menuju ke Pamulang maupun sebaliknya antre hingga dua kilometer. Kondisi itu diperparah dengan ketiadaan petugas Dinas Perhubungan dan Polisi Lalu Lintas.
Alhasil, peran pengatur lalu lintas 'dipegang' oleh warga sekitar. Karena ada pembangunan jalan, warga setempat pun akhirnya memberlakukan sistem buka tutup satu arah. Namun, hal itu dikeluhkan pengguna jalan.
"Semakin parah macetnya, saya ke UIN dari arah Muncul hampir dua jam. Tadi berangkat sekitar 14.10 WIB, sampai di UIN 15.45 WIB," kata Sutikno, seorang pengemudi Honda Jazz bernomor polisi B 5012 TCY saat ditemui, Selasa (29/12).
Kondisi Jalan Siliwangi semakin kusut karena ada jalan menyempit sebelum sampai ke Vila Dago. Namun, setelah tiba di Pamulang Square, pengguna jalan bisa bernapas lega sedikit, sebelum akhirnya kembali mengernyitkan dahi karena kembali bertemu jalan menyempit di sekitar bekas kantor Wali Kota Tangsel.
Persoalan itu juga dikeluhkan Iwan, warga Puri Madani RT 02/12 Pondok Cabe Ilir, Pamulang. Menurut dia, saat ini dia bingung harus lewat mana buat ke Jakarta. Sedangkan jalan biasa dia lalui, yakni Jalan Cireundeu, antrean kendaraan cukup panjang.
"Padahal jalan yang diperbaiki tak panjang. Menurut saya ini karena perencanaan yang tak matang. Saya pernah lewat Ciputat, tetapi sama juga, macet banget. Sekarang saya pilih lewat Depok, meski jauh," kata Iwan.
Iwan berharap petugas Dinas Perhubungan tidak hanya menghentikan kendaraan yang melanggar karena izin KIR. Dia meminta sebaiknya mereka turun juga dalam persoalan kemacetan.
"Saya tak melihat ada petugas Dishub. Yang saya lihat mereka ada di sekitaran tempat KIR saja, mereka menunggu untuk menilang yang KIR-nya habis," ucap Iwan.
Meski begitu, hal itu dibantah Kepala Dinas Perhubungan Kota Tangsel, Sukanta. Menurutnya, dia selalu menerjunkan petugas di 51 titik kemacetan tersebar di tujuh kecamatan, di Kota Tangsel.
"24 jam petugas kami ada di lokasi, kami jamin itu. Sebab, kami membagi menjadi tiga shift. Kalau ada warga yang tak melihat, mungkin petugas kami sedang istirahat atau makan," kata Sukanta berdalih.
Meski begitu, diakui Sukanta, jumlah titik kemacetan di Kota Tangsel saat ini memang bertambah. Dari tadinya 25 titik menjadi 51 titik. Namun menurut dia, itu semua terjadi karena ada proyek pembangunan fisik.
Sukanta malah meminta masyarakat bersabar melalui jalan yang terkena proyek, yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi Banten itu.
"Kami meminta maaf. Kami harap warga bisa bersabar, kalau bisa sabar," ucap Sukanta.
Sedangkan soal permintaan warga supaya sebelum proyek dikerjakan dipersiapkan dulu jalur alternatif, Sukanta mengatakan, mereka yang umumnya terjebak macet bukan warga asli Tangsel.
"Kalau warga asli Tangsel pasti tahu jalan tikus, tidak akan kejebak macet. Kecuali mereka yang malas mutar," lanjut Sukanta.
Sementara itu, Kapolres Tangsel, AKBP Ayi Supardan mengatakan, pihaknya dalam hal ini memang harus mencari solusi. Dia juga mengakui kerap terjebak dalam macet di Kota Tangsel. Keberadaan personel terbatas menurut dia memang tak seharusnya menjadi alasan.
"Saya akan berkoordinasi kembali dengan Dinas Perhubungan, ini memang harus dicari solusinya," kata Ayi.