Kemendikbud Telusuri Sejarah dan Meneliti Jalur Rempah
Penelusuran jejak Jalur Rempah berupa Cagar Budaya sudah dilakukan sejak tahun 2020 hingga 2023.
Riset dilakukan di luar negeri selama 30 hari.
Kemendikbud Telusuri Sejarah dan Meneliti Jalur Rempah
- Menyusuri Makam Lareh Canduang, Saksi Eksistensi Jabatan Adat Buatan Belanda di Minangkabau
- Sejarah Ketupat di Momen Lebaran, Menyimpan Makna Mendalam
- Dalang Harus Perempuan, Begini Sejarah Kentrung Bate Dulu untuk Dakwah Islam Kini Jadi Hiburan Warga Tuban
- Kemendikbudristek Beri Penghargaan Lima Desa Budaya 2023
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi melalui Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan menyelenggarakan Talkshow Apresiasi Pelaku Budaya dengan tema Kembara Rempah Nusantara i Makarda UI Art Center.
Acara ini dihadiri oleh akademisi, ahli, profesional, dan masyarakat yang memiliki fokus pada jalur rempah.
Program Residensi Jalur Rempah memberikan kesempatan bagi para pelaku budaya dari berbagai macam latar belakang pendidikan atau keahlian yang memiliki fokus penelitian pada jalur rempah untuk melaksanakan riset di luar negeri selama 30 hari.
Tahun ini kegiatan Apresiasi Pelaku Budaya di Jalur Rempah diikuti oleh 6 peserta, 3 peserta melaksanakan residensi di Qatar Yaitu Adimas Bayumurti sebagai Kurator Museum, Fathurochman Karyadi dengan latar Filolog, dan Idris Masudi yang berlatar sebagai Sejarawan.
3 peserta lainnya melakukan pengumpulan data di India, yaitu Nia Deliana, Seorang Akademisi dan peneliti, Nurul Azizah, seorang Dosen Sejarah dan Ayu Wayan Arya Satyani dari Institut Seni Indonesia Denpasar.
Seminar Apresiasi Pelaku Budaya di Jalur Rempah menjadi forum untuk memaparkan hasil penelitian ke publik serta berdiskusi dan bertukar pandangan untuk memperkaya hasil temuan di lapangan.
"Kami mengharapkan melalui acara ini publik lebih sadar terhadap potensi jalur rempah sebagai warisan budaya dunia serta minat masyarakat untuk melakukan penelitian jalur rempah meningkat. Selama masa residensi, peserta melakukan pencarian, penelitian, dan pengkajian terhadap naskah, manuskrip, objek, dan/atau tinggalan sejarah lainnya yang dinilai memiliki potensi sebagai sumber jalur rempah," katanya.
"Setelah masa residensi selesai, para peserta melaksanakan publikasi preliminary research findings di masing-masing negara dan publikasi ketika kembali ke Indonesia," ungkap Restu Gunawan, Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan.
Penelusuran jejak Jalur Rempah berupa Cagar Budaya sudah dilakukan sejak tahun 2020 hingga 2023 di 67 kabupaten/kota di 32 provinsi. Hasilnya, sebanyak 150 Cagar Budaya yang diduga berkaitan dengan Jalur Rempah berhasil diidentifikasi.
"Tantangan terbesar dalam kesiapan Indonesia untuk menominasikan Jalur Rempah sebagai warisan dunia adalah perlunya kajian akademis mulai dari penguatan narasi hingga penyusunan rencana pengelolaan Jalur Rempah yang logis dan konkret," tuturnya.
"Penetapan Jalur Rempah sebagai Warisan Dunia diharapkan mendorong masyarakat menjadikan kebudayaan sebagai pondasi utama pembangunan. Harapan kami, hal ini akan dimulai dari berbagai lokasi terkait Jalur Rempah kemudian meluas ke berbagai wilayah di Indonesia bahkan luar negeri," kata Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid.
Program Apresiasi Pelaku Budaya di Jalur Rempah mendapatkan sambutan yang hangat serta dukungan penuh dari Lembaga-Lembaga mitra di negara tujuan seperti Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Doha & New Delhi, National Museum of Qatar (NMoQ), Qatar National Library (QNL), Year of Culture (YoC), Heritage Society dan lainnya. Kegiatan residensi ini diakhiri dengan preliminary research findings di masing-masing negara yang dihadiri oleh mentor, tenaga ahli, akademisi, profesional yang memiliki fokus pada jalur rempah.