Kepada Ribuan Siswa, Anas Cerita Perjuangan Sekolah saat SMP
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas memberikan kisah inspiratif saat dirinya masih menjalani masa-masa sebagai pelajar SMP dan SMA. Terutama saat Anas menjalani masa-masa sulit secara ekonomi dari keluarga pas-pasan.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas memberikan kisah inspiratif saat dirinya masih menjalani masa-masa sebagai pelajar SMP dan SMA. Terutama saat Anas menjalani masa-masa sulit secara ekonomi dari keluarga pas-pasan.
Hal ini disampaikan Anas kepada lebih dari 1000 siswa-siswi SMK yang sedang pertama masuk mengikuti kegiatan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS), setelah libur panjang.
-
Apa yang dibangun di Banyuwangi? Pabrik kereta api terbesar se-Asia Tenggara, PT Steadler INKA Indonesia (SII) di Banyuwangi mulai beroperasi.
-
Bagaimana cara Banyuwangi memanfaatkan insentif tersebut? “Sesuai arahan Bapak Wakil Presiden, kami pergunakan insentif ini secara optimal untuk memperkuat program dan strategi penghapusan kemiskinan di daerah. Kami juga akan intensifkan sinergi dan kolaborasi antara pemkab dan dunia usaha. Dana ini juga akan kami optimalkan untuk kegiatan yang manfaatnya langsung diterima oleh masyarakat,” kata Ipuk.
-
Kenapa Banyuwangi mendapatkan insentif lagi? Ini merupakan kali kedua mereka mendapatkan insentif karena dinilai sukses menekan laju inflasi serta mendongkrak kesejahteraan masyarakat.
-
Apa yang diserahkan oleh Presiden Jokowi di Banyuwangi? Total sertifikat tanah yang diserahkan mencapai 10.323 sertipikat dengan jumlah penerima sebanyak 8.633 kepala keluarga (KK).
-
Di mana Bandara Banyuwangi berlokasi? Bandara Banyuwangi menjadi bandara pertama di Indonesia yang berkonsep ramah lingkungan.
-
Apa penghargaan yang diraih Banyuwangi? Diserahkan Presiden RI Joko Widodo kepada Bupati Ipuk Fiestiandani di Istana Negara, Kamis (31/8/2023), Banyuwangi berhasil mempertahankan predikat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Terbaik 2022 se-Jawa dan Bali.
"Saya waktu SMP, nge-kost di pesantren, masak sendiri dengan teman teman. Kemudian waktu di Jember saya sekolah jalan kaki, di tengah teman teman diantar naik motor," kata Anas mengawali kisahnya kepada para siswa di SMK 1 Glagah, Banyuwangi, Senin (15/7).
Dari kisahnya, Anas ingin menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara siswa dari keluarga kaya dan miskin, semua mendapatkan kesempatan yang sama untuk meraih kesuksesan. Hal ini dia gambarkan dengan mengilustrasikan dirinya saat masih menjadi pelajar.
"Orang sukses bukan hanya dari orang yang kaya, tapi juga banak dari keluarga kurang mampu, karena banyak yang tidak manja," ujarnya.
Anas kemudian menceritakan sosok teman satu kamar saat tinggal di pondok pesantren. Dia bernama Muhroji, berasal dari keluarga tidak mampu. Muhroji hanya memiliki satu pasang seragam, dan sepasang sepatu. Muhroji digambarkan sebagai orang yang tekun, percaya diri dan dari keluarga tidak mampu.
"Teman satu kamar, Muhroji, dia anak orang tidak mampu dari Ambulu, Jember. Rumah bilik bambu, lantai tanah, celana hanya satu, sepatu dipakai meski bolong-bolong. Saat jam istirahat, dia tidak di kantin karena tidak ada uang saku, dan selalu puasa Senin Kamis, rajin solat Dhuha. Berangkat sekolah jalan kaki, saat musim hujan, sepatu dimasukkan ke dalam baju," kata Anas menceritakan temannya.
Setelah lulus SMP, Anas tidak lagi bertemu dengan Muhroji selama puluhan tahun. Kemudian Anas mendapat kabar bahwa sekarang Muhroji sudah jadi pemimpin Telkom di Sumatera.
"Dan setelah selesai, melanjutkan sekolah dengan beasiswa, dan setelah saya lama tidak bertemu, ternyata dia sudah jadi kepala telkom di Sumatra," kata Anas.
Cerita Anas sewaktu pelajar, juga menghasilkan ide bagaimana membuat program dan mengajarkan siswa untuk saling membantu kepada teman yang dinilai kurang mampu. Program tersebut bernama Siswa Asuh Sebaya, yang khusus diperuntukkan bagi siswa yang ingin membantu temannya.
"Dan kalau saya ada uang, saya berbagi dengan dia (Muhroji). Maka di Banyuwangi muncul ide program siswa asuh sebaya. Anak anak harus suka berbagi dengan yang kurang mampu. Apa yang saya ceritakan, cita cita boleh setinggi langit, tapi harus pintar dan bejo," katanya.
Kisah Anas, berupaya mengajak para siswa agar percaya diri dan semangat menjalani sekolah. Hal ini juga untuk menyiapkan mental generasi terhadap tantangan dunia kerja ke depan yang dinilai semakin kompetitif.
"Persoalan lapangan pekerjaan sangat berat, kalau hanya mengandalkan sektor formal, berat," ujarnya.
Selanjutnya, Anas berpesan kepada siswa, wali murid dan para kepala sekolah agar mengarahkan siswa di lingkungan dan pertemanan yang tepat.
"Dan Anak anak harus percaya diri. Fasilitas hanya pendukung, tapi percaya diri paling penting. Banyak anak pintar kalau tidak percaya diri, maka tidak berani mengutarakan gagasannya. Di usia Anak-anak sekarang seperti ini akan menentukan kesuksesan masa depan. Sekarang masa yang penting di usia mereka," katanya.
"Bung karno waktu SMA di Surabaya telah membawa mimpi bagaimana masa depan Bangsa Indonesia," tambahnya.
Apel MPLS yang digelar di SMKN I Glagah ini diikuti sekitar 1.000 siswa yang berasal dari empat sekolah, yakni SMKN I Glagah, SMAN I Glagah, SMAN I Giri dan SMKN I Banyuwangi.
(mdk/hhw)