Kepala BMKG Sebut Data Kelautan yang Akurat dan Andal Penting untuk Hadapi Perubahan Iklim
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menilai saat ini kondisi bumi mengkhawatirkan dan tidak mudah diprediksi.
Kepala BMKG Sebut Data Kelautan yang Akurat dan Andal Penting untuk Hadapi Perubahan Iklim
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menilai saat ini kondisi bumi kekinian mengkhawatirkan dan tidak mudah diprediksi. Dia menjelaskan, dibutuhkan pengamatan dan pelayanan wilayah pesisir dan laut secara terpadu guna mendukung ketahanan terhadap perubahan iklim dan bahaya laut lain.
- BMKG Minta Masyarakat 27 Provinsi Ini Waspada Hujan Badai
- BMKG: Waspada Hujan Lebat Disertai Petir dan Angin Kencang Berpotensi di 27 Daerah Ini
- BMKG Bicara Potensi Puting Beliung Ekstrem Muncul di Jakarta, Apa Cirinya?
- BMKG: Waspada Hujan Lebat Disertai Petir Landa Jakarta hingga Papua Selama Sepekan ke Depan
"Pengamatan dan layanan laut yang berkelanjutan sangat penting dan relevan untuk mengurangi potensi permasalahan dan ancaman yang timbul akibat perubahan iklim maupun ancaman lainnya," kata Dwikorita dalam rangkaian event COP28: Water For Life yang digelar di Uni Emirat Arab. Dikutip dari keterangan tertulis, Senin (18/12).
Dwikorita melanjutkan, data dan informasi kelautan yang akurat dan andal juga bermanfaat untuk meningkatkan perekonomian, pembangunan sektor kelautan perikanan, keamanan dan keselamatan pelayaran, serta memperkuat sistem peringatan dini bencana.
Dalam agenda tersebut, Dwikorita didapuk sebagai panelis terkait tema Earth Information Day yang meliputi topik bahasan peran pengamatan dalam mendukung pelaporan nasional, apa saja kebutuhan informasi untuk Global Stocktake ke-2 (GST2), dan Kemitraan sektor publik-swasta dalam pengamatan gas rumah kaca (GRK).
"Interaksi darat laut telah menjadi pendorong utama karakteristik cuaca iklim. ENSO dan IOD telah menjadi faktor yang menonjol karena posisi geografis Indonesia yang berada di antara dua benua dan dua samudera, yaitu Samudera Hindia dan Pasifik," ujarnya.
Selain itu, lanjut Dwikorita, aktivitas arus lintas Indonesia juga turut mempengaruhi kondisi cuaca dan iklim. Selama tiga tahun terakhir, Indonesia mengalami Triple-Dip La Nina yakni pada tahun 2020-2022. Di tahun 2023 ini, Indonesia menghadapi kekeringan cukup parah disebabkan oleh El Nino.
Indonesia memiliki wilayah pesisir dan laut yang strategis dan penting. Indonesia merupakan negara dengan kepulauan terbesar di dunia. Air mendominasi total wilayah Indonesia, bahkan panjang pantai Indonesia adalah 99.000 km, terpanjang kedua di dunia setelah Kanada.
"Saya mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk berkolaborasi melakukan pengamatan laut guna mengatasi tantangan perubahan iklim. Mengingat pemantauan laut dan pesisir membutuhkan biaya yang besar, sehingga membutuhkan kemitraan di luar sektor publik untuk pengamatan laut yang berkelanjutan," bebernya.
Baginya, ketersediaan data dan informasi akurat mengenai laut menjadi salah satu bentuk mitigasi. Dengan data tersebut, bisa jadi acuan negara-negara lain dalam merumuskan kebijakan guna mengantisipasi dan meminimalisir risiko yang ditimbulkan dari perubahan iklim.