Kepala BNPT Antisipasi Dampak Kemenangan Taliban Terhadap Munculnya Radikalisme
Boy Rafli juga mengimbau pentingnya sinergi antar pemangku kepentingan baik dari Polri/TNI terutama Densus 88 dan Intelijen untuk memantau situasi.
Gejolak yang terjadi di Afghanistan tidak dipungkiri selalu menjadi hal yang menarik bagi masyarakat Indonesia, karena terdapat isu keagamaan di dalamnya. Tak hanya itu, fakta lainnya bahwa kurang lebih masih ada 7.000 pengungsi Afghanistan di Indonesia, sehingga tak sedikit pula yang melakukan euforia di media sosial terkait kembali berkuasanya Taliban.
Guna memaksimalkan langkah preventif dalam mengantisipasi dampak pasca berkuasanya Taliban di Afghanistan bagi Indonesia, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Boy Rafli Amar hadir dalam kegiatan Lokakarya yang mengangkat tema 'Meningkatkan Peran Intelijen dalam Mengantisipasi Dampak Konflik di Afghanistan', Rabu (29/9) di Jakarta.
-
Bagaimana Bintara TNI mendidik anaknya hingga lulus Akpol? Dia diajarkan kedisiplinan hingga kini sukses menjadi calon abdi negara. "Bagaimana didikan anaknya?" tanya sang perekam video. "Disiplin dengan aturan yang sudah ditentukan, berlatih," ujarnya.
-
Kenapa Bintara TNI tersebut bangga dengan anaknya? "Kebanggaan dan kebahagiaan orangtua adalah anak-anaknya bisa menjadi lebih hebat dari dirinya," demikian dikutip dari keterangan video.
-
Kapan Amar Rayhan Brkic lahir? Amar Rayhan Brkic lahir di Jerman pada 11 Juni 2007.
-
Siapa sosok penemu ransum TNI? Pencipta ransum TNI ternyata bukanlah seorang tentara, melainkan seorang dokter.
-
Kapan Depati Amir wafat? Setelah beberapa tahun diasingkan, Depati Amir wafat pada 28 September 1869.
-
Siapa anak A Rafiq yang menjadi politisi? Fadia A Rafiq adalah putri A Rafiq yang pernah menelusuri karier ayahnya di dunia musik dangdut. Ia dikenal luas dengan nama Laila Fadia di masa lalu. Saat ini, Fadia beralih profesi menjadi seorang politisi dan menjabat sebagai Bupati Pekalongan.
Seperti diketahui, kelompok Taliban kembali mengambil alih Afghanistan untuk kedua kalinya. Pertama terjadi di tahun 1995, kedua terjadi pada Agustus 2021 lalu. Kepala BNPT tidak ingin aksi kekerasan yang dilakukan kelompok Taliban di Afghanistan dijadikan contoh oleh masyarakat Indonesia.
"Kekerasan yang dilakukan Taliban bukanlah gambaran jati diri bangsa kita, karena kami menyoroti aksi kekerasan Taliban merupakan salah satu karakter kejahatan terorisme, jadi pasca kemenangan Taliban perlu kita waspadai dan antisipasi," ujar Boy Rafli.
Boy Rafli juga mengimbau pentingnya sinergi antar pemangku kepentingan baik dari Polri/TNI terutama Densus 88 dan Intelijen untuk memantau situasi. Selain dengan aparat penegak hukum, BNPT juga akan memaksimalkan keterlibatan tokoh agama, melalui gugus tugas Pemuka agama yang dimiliki BNPT.
"Konteks pencegahan akan kami (BNPT) tentu kami tingkatkan, BNPT tetap berhati-hati dan waspada dengan terus menjalin komunikasi dengan stakeholder yang berkaitan, kita upayakan semaksimal mungkin demi Indonesia yang damai dan aman," katanya.
Selain meningkatkan koordinasi antar Lembaga, Boy Rafli juga menegaskan agar meningkatkan kewaspadaan di media sosial. Mengingat saat ini banyak euforia yang beredar pasca Taliban berkuasa. Untuk itu, BNPT mengambil langkah antisipasi dengan terus melakukan sosialisasi, menyampaikan kepada masyarakat bahwa tetap harus secara hati-hati dalam menyikapi hal-hal yang berkaitan dengan masalah Taliban.
"Kita cegah dengan kontra narasi karena kemenangan Taliban bisa menjadi sebuah inspirasi yang bisa saja membangkitkan semangat radikalisme, kita menerima kenyataan hari ini Taliban telah menjadi menjadi entitas pemerintah di Afghanistan," ujarnya.
"Yang terpenting adalah jangan sampai contoh-contoh kekerasan yang telah berjalan selama ini itu menjadi sebuah inspirasi bagi masyarakat kita sehingga ini bisa mengganggu suasana kehidupan berbangsa dan bernegara yang tentunya sudah kira rawat dengan menjunjung nilai-nilai kebangsaan kita," papar Boy Rafli.
Dalam paparannya Kepala BNPT juga menjelaskan aksi terorisme global yang berdampak pada aksi terorisme di Indonesia pasca kemenangan Taliban di Afghanistan. Terutama berkaitan erat dengan aksi terorisme global yang dilakukan oleh kelompok militan ISIS dan Al-Qaeda. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki riwayat adanya sel-sel kelompok militan Al-Qaeda.
Kekhawatiran ini yang membuat pemerintah Indonesia perlu mengambil langkah konkret untuk mengantisipasi dampak kemenangan Taliban bagi kelompok garis keras yang ada di Tanah Air.
Baca juga:
Jenderal AS Akui Amerika Gagal di Afghanistan
Saat Pejuang Taliban Asyik Naik Perahu Bebek di Danau Qargha
Jenderal AS Sarankan Joe Biden Sisakan 2.500 Pasukan Militer di Afghanistan
Rektor Taliban Larang Dosen dan Mahasiswa Perempuan Masuk Universitas Kabul
Taliban: Bandara Kabul Siap untuk Penerbangan Internasional
Italia Tolak Akui Pemerintahan Taliban di Afghanistan