Kesaksian mantan petugas pengambil mayat pembantaian PKI di Jembrana
Pembantaian di Jembrana waktu itu dilakukan dalam skala besar.
Hingga kini kisah pemberontakan PKI masih menjadi misteri di wilayah Gumi Mekepung, Kabupaten Jembrana Bali. Salah satu saksi sejarah di sana, Ketut Gede menerangkan bahwa gerakan pembantaian para anggota PKI di Jembrana terjadi merupakan imbas dari peristiwa penculikan tujuh jenderal.
Padahal menurut sesepuh veteran asal Jembrana itu, anggota PKI yang berada di sana sedikit yang melakukan tindakan kekerasan. Namun saat peristiwa gerakan 10 September (Gestok) 1965, mereka justru dibantai habis-habisan.
"Yang jelas peristiwa Gestok di Jembrana terjadi setelah peristiwa G30S PKI di Jakarta," ujar Ketut Gede ketua Legiun Veteran Jembrana dengan nada terbata-bata, Minggu (1/11).
Menurutnya, tidak ada pemberontakan yang dilakukan PKI di Jembrana. Namun saat itu setelah diketahui ada tujuh jenderal yang diculik dan dibunuh, tanpa diperintah barisan PNI bersama TNI membunuh anggota PKI yang dijumpainya.
Tapi sebelum pembunuhan anggota PKI terjadi, terlebih dahulu didahului oleh kasus penembakan salah seorang anggota TNI dan dua orang Pemuda Ansor oleh diduga anggota polisi.
"Saat itu oknum polisi itu memimpin rapat gelap para anggota PKI di Desa Tegal Badeng, Kecamatan Negara, Jembrana. Kemudian datang anggota TNI bersama dua pemuda Ansor untuk membubarkannya. Namun mereka ditembak oleh anggota polisi itu hingga ketiganya tewas," tutur pria yang mengaku kelahiran tahun 1944 ini.
Sejak peristiwa itulah terjadi pembantaian besar-besaran anggota PKI. Ada yang dibunuh langsung dan ada pula yang ditangkap dan diletakkan di tahanan, namun akhirnya dibantai juga.
"Pembantaian yang terbesar di Jembrana terjadi di Desa Tegal Badeng, tempat berlangsungnya rapat gelap PKI yang dipimpin anggota polisi itu. Di Desa Tegal Badeng warganya disapu bersih karena sebagian besar warganya PKI," kenanganya sambil menatap langit-langit atap rumahnya.
Bahkan tahanan-tahanan anggota PKI di kantor tentara yang tersebar di Jembrana diambil satu persatu dan dikumpulkan di Toko Wong yang berlokasi di Lelateng, Negara.
Setelah terkumpul di toko tersebut jumlahnya mencapai ratusan orang, kemudian dibunuh. Namun Ketut Gede mengaku tidak tahu siapa yang melakukan pembantaian PKI di toko Wong tersebut.
"Yang jelas saat itu saya hanya bertugas mengambil mayat PKI di toko Wong untuk dikuburkan. Seingat saya mayat yang saya angkut dengan truk jumlahnya sekitar 30 orang," tutur mantan anggota TNI ini.
Ketiga puluh orang anggota PKI yang dia bawa dikuburkan di pinggir Pantai Candi Kusuma, Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya, Jembrana. Pemberangkatan dari toko Wong hingga dikubur mendapat pengawalan ketat dari aparat TNI. Satu liang kubur berisi sekitar 3 sampai lima orang.
"Yang jelas saat itu terjadi pembantaian anggota PKI di mana-mana. Termasuk di desa-desa yang ada di Jembrana. Tapi peristiwa yang terjadi di desa-desa saya tidak tahu karena saya bertugas di kota," terangnya.
Demikian juga yang terjadi di Banjar Mesean, Desa Batuagung, Jembrana, dirinya mengaku tidak mengetahui peristiwanya. Namun dia meyakini di semua desa yang ada di Jembrana terjadi pembantaian anggota PKI.
"Kalau saat Gestok itu saya memang hanya bertugas di kota jadi yang terjadi di kota saya tahu, tapi yang di desa-desa saya tidak tahu," pungkasnya.
Secara terpisah, saat ini paska penggalian kuburan eks anggota PKI di Batu Agung. Beredar kabar di masyarakat Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, bahwa di desa ini juga akan ada rencana penggalian kuburan masal anggota PKI yang lokasinya terletak di Banjar Kaleran untuk diaben. Namun pihak Desa Pekraman Yehembang belum bisa dikonfirmasi terkait kebenaran rencana ini.