Kisah anak jalanan 7 tahun 'ngelem' habis dua kaleng sehari
Alasan Faisal karena biaya 'ngelem' murah, sementara biaya untuk membeli miras dan ganja mahal.
Ini kisah Faisal, remaja 17 tahun yang sehari-hari bekerja sebagai pengamen jalanan di kawasan Bale Endah, Bandung, Jawa Barat. Remaja ini sejak umur 10 tahun sudah mulai menghirup lem atau dalam bahasa kerennya disebut 'ngelem' sebagai salah satu cara menyiasati penggunaan miras dan ganja.
"Sehari bisa habis satu sampai dua kaleng per hari," kata Faisal kepada merdeka.com, Selasa (17/10). Siang itu Faisal terlihat sedang asyik menghirup lem di tengah banjir yang mulai surut di kawasan Bale Indah.
Alasan remaja protolan kelas tiga SD itu karena biaya untuk membeli minuman keras dan ganja mahal. Pendapatannya sebagai pengamen setiap hari hanya berkisar Rp 50 ribu. Dengan uang itu, dia mampu membeli sekaleng lem seharga Rp 2.500. Kalau dua kaleng berarti Rp 5.000.
Faisal mengaku sudah 'ngelem' sejak turun ke jalanan. Setelah DO dari kelas tiga sekolah dasar, dia langsung diajak teman-temannya ngamen di jalanan. Ketika berkumpul bareng teman-temannya itulah dia melihat ada yang ngelem, lalu dia tertarik dan mencoba sampai kecanduan.
Tempat ngelem pun tidak tentu. Tapi yang pasti dia ngelem bersama 4 teman-temannya di pinggir jalan dan emperan toko. Efeknya, setelah menghirup lem (berbentuk jel) hingga berubah kering, dalam waktu satu jam kepala menjadi pusing, ngantuk, lalu tertidur.
"Karena pengaruh lingkungan. Banyak teman-teman seperti itu. Orang tua juga tidak tahu, sudah masa bodoh. Ngelem bisa ngelupain masalah, bisa tertidur," kata Faisal.
Faisal bukannya tidak tahu dengan dampak negatif ngelem itu. Namun dia berdalih tidak ada cara lain karena sudah kecanduan. "Ya karena mau beli minuman dan ganja mahal," tuturnya. Apalagi, dia melanjutkan, ngelem juga aman dan tidak pernah ditangkap polisi.