Kisah Brigjen Arief perangi korupsi sampai didongkel cukong Rp 10 M
Para penjahat rela patungan sampai Rp 10 miliar agar Arief lengser dari kursinya.
Semenjak menjadi Kapolda Kalimantan Barat Brigjen Arief Sulistyanto membuat sejumlah gebrakan. Yang paling mencolok adalah saat mantan Dirtipideksus Bareskrim ini menangkap Budiono Tan, pengusaha sawit yang menjadi buronan sejak tahun 2010.
Budiono Tan dikenal sebagai buronan licin. Budiono yang dulu adalah anggota MPR pernah menggelapkan sekitar 1.535 sertifikat petani sawit di Kabupaten Ketapang.
Selepas Budiono tertangkap, sejumlah praktik ilegal lainnya terungkap. Penjahat yang bersarang di Kalbar pun dibuat gerah. Para penjahat rela patungan sampai Rp 10 miliar agar Arief lengser dari kursinya.
Namun aral merintang seperti ini bagi Arief adalah hal biasa. Dia pun tetap kokoh berdiri dalam menegakkan hukum di wilayahnya.
Berikut adalah kisah Brigjen Arief perangi korupsi di wilayah Kalbar:
-
Kapan Adi Suryanto meninggal? Kabar duka datang dari salah satu instansi pemerintah, Lembaga Administrasi Negara (LAN). Kepala LAN, Prof Dr. Adi Suryanto, meninggal dunia di Yogyakarta pada Jumat (15/12).
-
Kapan Tiko Aryawardhana memenuhi panggilan polisi? Tiko Aryawardhana, suami penyanyi Bunga Citra Lestari memenuhi panggilan penyidik Polres Metro Jakarta Selatan. Ia diperiksa terkait laporan Arina Winarto (AW) yang merupakan mantan istrinya soal dugaan penggelapan dana Rp6,9 miliar.
-
Kapan Brigjen TNI (P) Bom Soerjanto meninggal dunia? Ayah Irjen Krishna Murti meninggal dunia. Ia adalah Brigjen TNI (P) Bom Soerjanto Bin Soejitno yang mengembuskan nafas terakhirnya pada Rabu (10/7) kemarin.
-
Kenapa pangkat polisi penting? Selain itu pangkat juga merupakan syarat mutlak yang perlu dimiliki oleh anggota Polri jika hendak mendapatkan amanat untuk mengemban jabatan tertentu.
-
Siapa yang ditangkap polisi di Bandung? Pegi Setiawan adalah satu dari tiga orang yang yang masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) kasus pembunuhan Vina. Pegi Setiawan ditangkap tim Ditreskrimum Polda Jabar dan Bareskrim Mabes Polri di Kota Bandung. Momen itu terjadi saat dirinya pulang bekerja sebagai buruh bangunan.
-
Apa yang dilakukan penerus para jenderal polisi? Penerus Sang Jenderal Putra para Jenderal Polisi ini mengikuti jejak sang ayah.
Perangi Ilegal logging Budiono Tan
Brigjen Arief berhasil menangkap Budiono Tan, pengusaha sawit yang menjadi buronan sejak tahun 2010. Mantan anggota MPR ini menggelapkan sekitar 1.535 sertifikat petani sawit di Kabupaten Ketapang. Arief menegaskan dia siap dicopot atas tindakannya ini. Yang penting hukum ditegakkan.
Kapolda Kalbar Brigjen (Pol) Arief Sulistyanto menyatakan pihaknya akan menjerat tersangka Budiono Tan, pengusaha sawit yang DPO sejak 2010, dengan pasal tindak pencucian uang.
"Dasarnya dari kejahatan asalnya adalah perkara yang sudah P 21, ada harta kekayaan hasil kejahatan yang ditransaksikan dari rekening Budiono Tan ke rekening pihak lain," kata Arief di Pontianak, Senin (12/1), seperti dilansir Antara.
Ia menjelaskan tersangka terindikasi melanggar pasal 3 UU No. 8/2010 tentang Pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang, sementara penerimanya bisa dijerat pasal 4 atau 5 UU yang sama.
"Untuk kasus ini tersangka Budiono Tan tergolong pelaku aktif," katanya.
Pertaruhkan jabatan untuk sikat penjahat
Arif mengakui, selama ini perang melawan korupsi memang tidak mudah. Berkali-kali dia mau dilengserkan gara-gara para penjahat merasa dirinya adalah ancaman.
"Saya lebih senang dimusuhi oleh penjahat, daripada disenangi penjahat. Sehingga tiga bulan saya bertugas di Kalbar banyak yang akan melengserkan saya, karena aktivitas ilegal mereka terganggu," kata Brigjen Arief saat menjadi pemateri pada seminar anti korupsi Fakultas Hukum Untan Pontianak dengan tema 'Generasi Muda Lawan KKN' di Pontianak, Senin (23/2).
Menurut Kapolda Kalbar kolaborasi antarpenegak hukum, yakni KPK, Polri, dan kejaksaan akan semakin kuat dalam memberantas korupsi, karena memang tidak bisa dijalankan sendiri-sendiri, katanya.
Arief mencontoh jalan di Kalbar cepat rusak karena dikorupsi oleh para pelaksana proyek sehingga perlu bersama-sama untuk pengawasannya.
Dalam kesempatan itu, Arief menyatakan dukungannya agar para koruptor dihukum mati saja, seperti di Tiongkok, sehingga memberikan efek jera.
"Saya juga setuju, para koruptor itu dimiskinkan, sehingga harta-hartanya dari hasil korupsi dirampas untuk negara. Karena kalau tidak dimiskinkan, ketika dia bebas nanti, maka akan melakukan korupsi lagi," tegasnya.
Dukung KPK sepenuhnya
Kapolda Kalbar Brigjen (Pol) Arief Sulistyanto menyatakan Indonesia saat ini masih perlu KPK dalam memberantas praktik korupsi di Indonesia.
"Masih diperlukannya KPK karena dia adalah lembaga yang super bodi dan tidak bisa diintervensi dalam penanganan kasus-kasus korupsi," kata Arief Sulistyanto saat menjadi pemateri pada seminar anti korupsi yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Untan Pontianak dengan tema 'Generasi Muda Lawan KKN' di Pontianak, Senin (23/2).
Dia menjelaskan praktik KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) adalah musuh bersama sehingga harus diberantas di bumi Indonesia.
"Memberantas korupsi harus dengan kekuatan yang luar biasa. Karena korupsi di Indonesia sudah mengakar, disitulah masih dibutuhkannya peran KPK yang juga harus bersinergi dengan kejaksaan dan kepolisian," ungkapnya, seperti dikutip dari Antara.
Selain itu, bentuk dukungan lain dalam memberantas KKN di Indonesia, yakni mulai dari generasi sekarang yang harus menanamkan diri dan berkomitmen dalam memberantas korupsi, karena korupsi musuh bersama.
Penjahat patungan Rp 10 M untuk congkel Arief
Keberanian Brigjen Arief membuat banyak pihak gerah. Banyak pula yang menginginkannya pindah dari provinsi Kalbar. Bahkan mereka berani mengumpulkan uang agar Kapolda Arief hengkang dari Kalbar.
"Tiga bulan saya bertugas di Kalbar banyak yang akan melengserkan saya, karena aktivitas ilegal mereka terganggu," kata Brigjen Arief saat menjadi pemateri pada seminar anti korupsi Fakultas Hukum Untan Pontianak dengan tema 'Generasi Muda Lawan KKN' di Pontianak, Senin (23/2).
Arief pernah menceritakan secara detail bagaimana cukong mengumpulkan uang untuk mendongkel dirinya dari posisi ini.
"Ada beberapa yang gerah, dan mengumpulkan uang agar saya dipindah," kata Arief saat menjadi pembicara seminar tentang anti pencucian uang yang digelar di Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat (Bank Kalbar) di Pontianak, seperti dilansir Antara beberapa waktu lalu.
Menurut dia, kalau menghimpun Rp 10 miliar untuk 'mendongkel' dirinya sebagai Kapolda di Kalbar, adalah nilai yang kecil.
Dia membandingkan saat dirinya masih menjabat sebagai Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Mabes Polri.
Dengan berbagai kasus tindak pidana yang ditangani, banyak tawaran agar tidak ditindaklanjuti. Namun tentu saja ia dengan tegas menolaknya.
"Kenapa harus seperti itu, toh nantinya saya juga tidak selamanya di sini," ujar dia.
Dia telah melaporkan hal itu ke Kepala Polri. Tanggapan Kapolri, kata Arief, kalau ada penjahat yang membenci Kapolda, berarti tindakannya betul.
Arief yakin, meski ada yang tidak menyukainya di Kalbar, namun ia tetap dikelilingi oleh orang-orang yang ingin kebenaran ditegakkan.
Dia mengaku selalu melapor setiap pendapatan yang diperoleh kepada istrinya. "Supaya jelas, dari mana sumbernya," ujar Arief.
Sejak menjadi Kapolda di Kalbar, Arief melakukan sejumlah gebrakan dalam menekan penyelundupan, hingga pejabat Bea Cukai pun menjadi terpidana.