Kisah gajah mini asal Kalimantan yang punah
Gajah di Kalimantan tersebut dikenal masyarakat dengan nama gajah mini atau gajah kerdil. berikut kisahnya.
Saat melihat kawanan gajah di televisi, maka umumnya orang membayangkan habitatnya di Pulau Sumatera, Thailand, India atau negara-negara di Afrika. Padahal ada satu kawasan yang ternyata menjadi habitat kawanan gajah tersebut, yakni di utara Kalimantan.
Gajah di Kalimantan tersebut dikenal masyarakat dengan nama gajah mini atau gajah kerdil. Gajah spesies tersebut saat ini sangat jarang ditemui lantaran diduga punah oleh masyarakat maupun peneliti satwa. Gajah mini merupakan satwa langka asal Indonesia asli.
Kisah gajah kerdil yang memiliki bulu lebih lebat dari hewan satu spesies dengannya ini sangat menyedihkan, apalagi keberadaannya kini hampir tidak diketahui di mana dan berapa jumlah populasinya karena tidak pernah ada yang menemuinya langsung.
Berikut kisah satwa langka asli Indonesia, Gajah Kalimantan yang punah.
-
Kapan Dewi Sartika meninggal? Dewi Sartika meninggal pada 11 September 1947 di Cineam, Tasikmalaya, Jawa Barat.
-
Di mana Dewi Sartika meninggal? Dewi Sartika meninggal pada 11 September 1947 di Cineam, Tasikmalaya, Jawa Barat.
-
Siapa Sanggramawijaya Tunggadewi? Sosok Sanggramawijaya Tunggadewi, Putri Mahkota Kerajaan Medang Kahuripan yang Memilih Jadi Pertapa dan Tak Menikah Ia meninggalkan kemewahan duniawi demi tujuan besar. Putri Sulung Raja Sanggramawijaya Tunggadewi merupakan putri sulung Raja Airlangga. Ia punya dua adik laki-laki yang kelak terlibat perang saudara.
-
Siapa Naja Dewi? Berikut adalah gambar Naja Dewi Maulana, anak tunggal Armand Maulana dan Dewi Gita.
-
Apa itu sujud sahwi? Sujud sahwi adalah sujud tambahan yang bisa dilakukan jika terjadi kesalahan, kelalaian, atau keraguan dalam melaksanakan rukun salat.
-
Siapa Mbak Dewi? Atha Dewi Prihantini (38) jadi salah satu pelestari adrem yang belakangan mulai terangkat ke permukaan.
Terakhir dilihat awal 1960-an
Gajah mini bagi warga utara Kalimantan, khususnya generasi tua, keberadaannya bukan hanya dongeng. Menurut data yang berhasil dikumpulkan dari WWF (World Wide Fund for Nature) populasi gajah ini bisa ditemukan di kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia.
Namun sayang Gajah Borneo kerdil yang memiliki nama latin Elephas maximus borneensis itu, konon, terakhir terlihat sekitar awal 1960-an. Sehingga saat ini satwa tersebut sedang dicari keberadaannya di salah satu kawasan konservasi terbesar di dunia, yakni Taman Nasional Kayan Mentarang seluas 1.360.500 hektar.
Diyakini bahwa populasi gajah mini masih berada di sekitar kawasan perlindungan tersebut. Namun hingga kini belum ada yang pernah mengaku melihat kawanan gajah kerdil ini.
Gajah mini ditembak saat konfrontasi dengan Malaysia
Gajah mini terlihat terakhir kali oleh masyarakat sekitar awal tahun 1960-an. Pada saat itu konon, dilihat oleh salah seorang prajurit perbatasan. Saat itu Indonesia para prajurit marinir banyak berada di perbatasan lantaran sedang terjadi konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia.
Konon, Saat seorang prajurit RI (KKO Marinir) yang bertugas di perbatasan sedang berjaga, dia melihat seekor gajah mini mengamuk di sebuah pedesaan di wilayah Sebuku, Kalimantan.
Guna menghindari jatuhnya korban karena amukan gajah tersebut, prajurit tersebut terpaksa menembak mati gajah itu. Menurut cerita warga setempat, itu terakhir kalinya gajah mini terlihat oleh masyarakat.
Dianggap punah karena tak pernah diketahui populasinya
Karena keberadaan gajah mini (Elephas maximus borneensis) ini tidak diketahui, hewan asli Indonesia tersebut dinyatakan punah oleh beberapa lembaga perlindungan satwa baik di Indonesia maupun dunia.
Seiring perjalanan waktu disertai kian gencarnya aktivitas perhutanan dan perkebunan, anggapan punahnya satwa langka itu makin pasti karena tidak ada satupun warga di perbatasan yang melihat keberadaannya.
Selain itu, penjaga hutan sepanjang perjalanan sejak terakhir kali dilihatnya keberadaan gajah tersebut, tidak pernah sama sekali melihat adanya gajah tersebut maupun jejak dari adanya gajah mini Kalimantan itu.
Ditemukan jejak kaki dan kotoran gajah mini
Anggapan punahnya gajah mini dibantah, pada tahun 1990-an pihak Kanwil Kehutanan Kalimantan Timur mendapat laporan baik dari warga perbatasan maupun petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat menemukan bukti adanya populasi gajah mini di Kawasan konservasi terbesar di dunia, yakni Taman Nasional Kayan Mentarang seluas 1.360.500 hektar itu.
Menurut mereka, diperkirakan masih ada kawanan gajah di wilayah utara Kalimantan itu. BKSDA menyatakan laporan tersebut berdasarkan berdasarkan jejak kaki dan kotoran yang diduga adalah peninggalan dari gajah mini Kalimantan.
Berdasarkan laporan itu, maka sejumlah peneliti dan penggiat lingkungan hidup baik dari lembaga pendidikan serta organisasi lingkungan hidup, misalnya WWF (World Wide Fund for Nature) kian intensif melakukan pemantauan dan penelitian di perbatasan.
Gajah mini Borneo disebut keturunan gajah Sultan Sulu
Satwa Endemik asal Kalimantan Timur tersebut memunculkan perdebatan para ahli mengenai asal usul Gajah Borneo yang ditemukan mengembara di rimba wilayah Sabah, Serawak dan Kalimantan Utara itu. Selama puluhan tahun keberadaan gajah pemalu dan berukuran kecil tersebut selalu diperdebatkan, ada yang mengatakan bahwa satwa langka itu adalah keturunan gajah milik Sultan Sulu.
Konon gajah mini bisa berada di Kaltim karena British East India Trading Company (Kongsi perdagangan Inggris di Hindia Timur) menghadiahi gajah-gajah itu kepada Sultan Sulu pada 1750. Gajah itu kemudian dilepaskan ke belantara sehingga menjadi liar.
Ada pula yang menganggap bahwa gajah itu dibawa dari Thailand oleh juragan kayu, guna menarik kayu-kayu gelondongan pada awal era industri perkayuan di Kalimantan. Pendapat lain adalah menyakini bahwa gajah tersebut adalah endemik Kalimantan.
Berbagai spekulasi tersebut akhirnya berakhir, saat WWF?s (World Wide Fund for Nature) Asian Rhino and Elephant Action Plan Strategy serta peneliti dari Universitas Columbia belum lama ini melalui tes DNA Mitokondria membuktikan bahwa gajah pemalu, berukuran kecil serta berbulu lebih panjang ketimbang saudaranya di Sumatera, India, Thailand dan Afrika itu ternyata satwa asli Borneo.
Bahkan, peneliti Universitas Mulawarman yang menguji DNA Gajah Borneo di balai Riset USA mendapatkan bentuk dan sifat genetik berbeda dari gajah Asia dan Afrika sehingga satwa langka ini sudah mengembara di rimba Borneo pada 30.000 tahun lalu.
Survei populasi gajah mini 30-80 ekor pada tahun 2007
Penampakan gajah mini Kalimantan tersebut selain menjadi berita menggembirakan khususnya terkait upaya pelestariannya. Namun di sisi lain juga cukup mengkhawatirkan karena intensifnya interaksi antara manusia dengan satwa-satwa langka yang mendekati pemukiman itu atau sebuah indikasi bahwa kondisi hutan yang menjadi habitatnya kian rusak.
Survei WWF Wilayah Kaltim 2007 memperkirakan populasi Gajah Kalimantan antara 30 sampai 80 ekor di utara Kalimantan.
Masa depan kelestarian gajah mini tersebut tampaknya kini berada di pundak Pemprov (definitif) Kalimantan Utara serta Pemkab Malinau dan Pemkab Nunukan dalam menjaga kelestarian alam, dari hutan hujan tropis dataran tinggi di Taman Nasional Kayan Mentarang sampai "tropical rainforest" dataran rendah di hutan lindung Sembakung.
Keberhasilan menyelamatkan Gajah Mini Borneo yang merupakan subspesies dari gajah Asia dan hanya dapat ditemui di Kalimantan Utara itu bukan tidak mungkin menjadi 'percontohan', mengingat WWF belum lama ini menemukan jejak badak sumatera di Kutai Barat, Kaltim, padahal satwa langka itu sudah puluhan tahun dianggap punah dari Bumi Kalimantan.