Kisah wanita penyelam Basarnas, anggap korban keluarga sendiri
Bersama relawan Basarnas lainnya, Yus tetap berjuang keras di tengah cuaca buruk saat melakukan penyelamatan.
Ikut terjun menjadi salah satu tim penyelam oleh Basarnas dalam misi evakuasi korban AirAsia QZ8501 merupakan pengalaman paling tersulit yang dirasakan Yusniar Amara. Apalagi, medan yang dihadapi cukup berat yakni cuaca yang buruk, serta gelombang tinggi.
"Gelombang tinggi sampai empat meter, arus di bawah air sangat kuat dan zero visibility. Benar-benar tidak tampak sejengkal pun, kami cuma mengandalkan senter tapi itu pun cuma bisa dua meter saja," ungkap Yus kepada BBC Indonesia.
Beratnya cuaca tak hanya dirasakan dari atas permukaan lau, setiap kali menyelam, cuaca buruk langsung menerjang dia dan timnya. Kondisi itu membuat mereka hanya bisa melakukan pencarian di dalam laut dalam waktu yang sangat singkat.
"Maksimal kami menyelam di kedalaman 30-40 meter cuma boleh 18 menit, jadi sebelum turun kami berdoa agar dimudahkan. Sedih kalau kami menyelam tidak dapat jenazah, kami sudah anggap korban seperti keluarga sendiri," ujar Yus.
Menjadi tim penyelam dalam pencarian korban bukan tugas yang mudah baginya. Dia kerap berdoa setiap kali menemukan jenazah dengan menatap wajahnya sembari berdoa. Meski berat, namun dia tetap berjuang keras demi mengembalikan jasad tersebut kepada keluarganya masing-masing.
"Awalnya berat ya, karena kita kan lihat muka jenazah tapi kita berdoa saja, kita bilang dalam hati ke mereka kalau kita ingin menolong mereka, membawa mereka bertemu keluarga, memang kuncinya kesiapan dan kekuatan mental," kata dia.
Berkali-kali terlibat operasi penyelamatan dan pertolongan bencana, Yus mengatakan ketika bencana terjadi di kampung halamannya, dia justru tidak bisa menolong orang yang dicintainya.
"Tahun 2004, itu tugas saya menjaga Pantai Ule Leueu, tapi hari Kamis dua hari sebelum tsunami (26 Desember 2004), tunangan saya di Ule Leueu suruh saya pulang tengok orang tua dan balik lagi hari Minggunya. Tapi ternyata Sabtunya ada tsunami dan tunangan saya hilang," kenang Yus pelan.
Baca juga:
Basarnas: Alat buat cari AirAsia di bawah air sudah lengkap
Kemlu siapkan notifikasi WNA yang jadi korban AirAsia
Basarnas sebut negara asing cari AirAsia karena ingin menolong
Tedjo jamin pencarian AirAsia tak berkaitan masalah pertahanan
Ini Yusniar Amara, wanita penyelam jagoan andalan Basarnas
Identifikasi korban AirAsia, Tim DVI dibantu ahli UEA & Korsel
UPDATE TERKINI: Evakuasi korban AirAsia QZ8501 (3)
-
Kapan AirAsia QZ8501 jatuh? Pada 28 Desember 2014, pesawat AirAsia QZ8501 lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Singapura.
-
Apa yang menjadi penyebab jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501? Selain kesalahan dalam manajemen penerbangan, kurangnya pemahaman awak pesawat terhadap sistem kontrol penerbangan juga menjadi penyebab jatuhnya pesawat.
-
Bagaimana kondisi cuaca saat AirAsia QZ8501 jatuh? Kondisi cuaca yang buruk, termasuk awan tebal dan hujan deras, menjadi faktor yang sangat memengaruhi kejadian tersebut.
-
Kenapa AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata? AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
-
Dimana pesawat AirAsia QZ8501 jatuh? Pada 30 Desember 2014, badan pesawat dan puing-puing lainnya ditemukan di dasar laut Selat Karimata.
-
Apa saja yang rusak di Air Panas Citando? Saat ini, sejumlah fasilitas di sana sudah banyak yang rusak. Bahkan, tempat selfie atau swafoto yang dibangun sudah dalam kondisi rubuh.