Kisah Wawan selamat setelah terbenam lumpur selama 9 jam
"Saya sangat senang bisa selamat, tetapi empat saudara saya yakni kakek, nenek, paman dan keponakan tidak," kata Wawan.
Bencana longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah, menyisakan kisah yang menggetarkan hati. Adalah Wawan Wahyuni, warga Desa Sampang yang mencoba bertahan selama 9 jam dalam lautan lumpur yang perlahan menutupi dirinya, tak lama ketika longsor terjadi di dusun tersebut.
Wawan bercerita, saat itu ia sedang berada di rumah kakeknya yang berada di Dusun Jemblung, sebelum longsor menghantam pemukiman yang berada di bawah kaki bukit. Ketika sore menjelang maghrib, ia sempat mendengar seperti ada suara letusan gunung sebanyak tiga kali.
"Saya sempat melihat ke arah bukit, ada semacam asap yang keluar, kemudian api," katanya.
Saat itu, ia melihat banyak warga berhamburan dan melarikan diri. Di saat panik itulah, ia kemudian berlari bersama warga lainnya. Namun saat itu, ia melihat kakek dan neneknya yang sudah kesulitan menghindari lumpur yang sudah turun. Tak tega melihat sang kakek dan neneknya terjebak, pria penyandang disabilitas yang menggunakan kaki kiri palsu ini, memilih untuk menolong kedua orang yang disayanginya.
Namun tak disangka, longsoran kembali datang dan membuat kakek serta neneknya hilang ditelan lumpur. Wawan berusaha menolong pun ikut terperangkap dalam lumpur. Saat itu, ia mengaku lumpur nyaris membekap seluruh tubuhnya, kecuali di bagian leher. Karena tanah yang menimbun masih lembek, Wawan berusaha mengeluarkan kedua tangannya yang sempat ikut tertimbun.
Saat itu, ia melihat sebatang pohon ketela yang tidak jauh dari dirinya. Harapan untuk selamat dirasakannya, sedikit demi sedikit Wawan berusaha mengorek lumpur yang telah menutupi tubuhnya. Saat itu, ia berusaha untuk terus bernapas dan berteriak minta tolong sambil menunggu bantuan datang.
"Saya berteriak minta tolong sejak pukul 18.00 WIB sampai bantuan datang untuk menolong sekitar pukul 24.00 WIB," ucapnya.
Asa untuk tetap hidup pun terus semakin menyala. Saat itu, ia melihat sebuah cahaya lampu senter dari arah warga dan relawan. Ketika itu, harus menunggu tim relawan yang melintasi beratnya medan lantaran lumpur yang menutupi seluruh areal permukiman.
"Saat itu relawan hanya bermodal papan yang diestafetkan untuk menjangkau saya. Saya juga diminta untuk tidak banyak bergerak agar tidak lemas, kalau ada apa-apa saya hanya disuruh teriak," jelasnya.
Sekitar pukul 02.00 WIB, Wawan berhasil dievakuasi oleh enam relawan yang membawanya ke tempat yang aman. Dingin dan gelap yang dirasanya saat itu pun tak bisa dihindari. Segera setelah itu, Wawan dibawa ke Puskesmas Karangkobar untuk mendapat perawatan insentif.
"Saya sangat senang bisa selamat, tetapi empat saudara saya yakni kakek, nenek, paman dan keponakan tidak bisa diselamatkan," tuturnya.