Korban Dimas Kanjeng asal Sragen tuntut uang mereka dikembalikan
Korban Dimas Kanjeng asal Sragen tuntut uang mereka dikembalikan. Menurut Joko, kerugian yang dialami para korban bervariasi, yakni antara Rp 8 juta hingga Rp 20 juta.
Kepala Desa Pagak, Kecamatan Sumberlawan, Kabupaten Sragen, Joko Purnomo mengaku ada beberapa warganya yang menjadi korban penipuan Padepokan Dimas Kanjeng, Taat Pribadi setelah menyetor sejumlah uang. Mereka diduga telah menyetor sejumlah uang kepada Taat Pribadi melalui perantara di Sragen.
"Informasi yang saya terima ada 7 orang, namun datanya masih simpang siur. Mungkin masih ada banyak warga lainnya yang menyetor, tapi mereka nggak mau bicara, orangnya rata-rata tertutup," ujar Joko, Senin (11/10).
Menurut Joko, kerugian yang dialami para korban bervariasi, yakni antara Rp 8 juta hingga Rp 20 juta. "Saya sempat ditawari, tapi saya tidak tertarik karena tidak masuk akal. Korban dari sini kebanyakan dari lapisan ekonomi menengah ke bawah," jelasnya.
Joko mengatakan, saat ini sejumlah warga yang merupakan kerabat korban berusaha meminta uangnya kembali. Hal ini karena saat hendak berangkat mereka menyetorkan uang miliknya pada salah seorang warga yang merupakan kepanjangan tangan Taat Pribadi.
"Kami akan mengakomodasi dan mediasi antara korban dengan tangan panjang Taat Pribadi di Sragen. Sejauh ini perwakilan Dimas Kanjeng di Sragen mau bertanggungjawab dan berupaya mengembalikan uang tersebut," terang Joko.
Joko mengemukakan saat ini pihaknya telah mendapat Surat Edaran SE dari Kesbangpolinmas Sragen terkait pengikut Taat Pribadi. Pihaknya tengah berupaya mendata warganya yang ikut aliran sesat tersebut. Namun dia mengaku terkendala oleh sikap warga yang enggan melapor.
Joko menambahkan, kebanyakan warganya lebih tertarik pada penggandaan uang yang dijanjikan, bukan pada aliran yang dianut padepokan.
Ketua DPRD Sragen Bambang Samekto menduga masih banyak korban yang akan bermunculan. Namun mereka malu mengakui kalau sudah tertipu Dimas Kanjeng. "Kemungkinan di Sragen masih banyak yang jadi korban, tapi mereka malu mengakuinya. Penggandaan uang itu tidak masuk akal. Kalau mau kaya ya harus kerja keras, bukan lewat jalan pintas," pungkasnya