Korban Persekusi Kampus Universitas Gunadarma Alami Trauma Berat
T mengaku menjadi korban fitnah atas unggahan di salah satu sosial media kampusnya. Dia menerangkan, menjadi korban main hakim sendiri dari teman di kampusnya.
Korban persekusi di dalam kampus Universitas Gunadarma menjalani pemeriksaan di Polres Metro Depok. T (18) datang didampingi kuasa hukumnya pada hari ini, Rabu (21/12).
Untuk diketahui, peristiwa persekusi tersebut terjadi pada Senin (12/12). Hingga kini korban mengaku mengalami trauma berat.
-
Bagaimana bullying tersebut terjadi? Dalam video tampak korban, AY (14), tak bisa berbuat apa-apa saat menjadi sasaran teman-teman sekelasnya. Dia dimaki dengan kata-kata kasar menggunakan bahasa setempat oleh para pelaku. Korban juga dipaksa sujud dan mencium kaki pelaku. Kepalanya didorong ke bawah oleh salah satu pelaku, sementara pelaku lain tertawa. Kemudian pelaku lain sengaja mendorong temannya dengan tujuan menimpa badan korban. Saat rambut korban berantakan, pelaku memaksanya berkaca ke layar ponsel.
-
Apa yang dimaksud dengan bullying? Bullying atau perundungan salah satu masalah sosial yang kerap terjadi di lingkungan sekolah, tempat kerja hingga dunia maya.
-
Apa itu bullying? Bullying adalah segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terus menerus.
-
Apa yang dilakukan Binus School Serpong kepada siswa yang terbukti melakukan bullying? Binus School Serpong mengaku telah mengeluarkan siswa yang terlibat kasus bullying terhadap pelajar lainnya. Selain itu, sejumlah murid yang tidak terlibat langsung tetapi menyaksikan dan tidak memberikan pertolongan juga disanksi disiplin tegas.
-
Siapa yang menjadi korban bully di SMP tersebut? Kasus perundungan kembali terjadi di Sumatera Selatan. Kali ini menimpa seorang siswi SMP di Musi Banyuasin (Muba) menjadi korban bullying oleh lima teman kelasnya.
“Yang saya rasakan trauma, kayak saya nenggak mau ketemu orang-orang,” kata korban di Polres Metro Depok, Rabu (21/12).
Dia mengaku menjadi korban fitnah atas unggahan di salah satu sosial media kampusnya. T menerangkan, menjadi korban main hakim sendiri dari teman di kampusnya.
“Itu cuman hoaks yang disebarkan, tapi saya sampai segitunya ada orang kesel sama saya. Tapi orang-orang nganggap itu sampai segitu berutal parah. Padahal mereka belum tahu penjelasannya, tapi udah mereka main hakim sendiri,” ujarnya.
T membantah adanya peristiwa pelecehan seksual yang dilakukannya terhadap teman wanita satu angkatannya. Namun dia mengaku mengenal dengan salah satu teman wanita yaitu L.
“Itu fitnah, bohong. Enggak ada (pelecehan) sama sekali, tu hanya fitnah saya, fitnah banget itu. Dan polisi pun juga bilang itu bukan pelecehan. Itu baru pertama kali kenal (dengan L) baru pertama kali ketemu,” terangnya.
Dalam persekusi tersebut, T mengaku ditelanjangi. Kemudian tubuhnya disundut rokok berkali-kali, ditendang dan kepalanya diinjak. Alat kelaminnya juga diberi koyo oleh pelaku.
“Saya disiram air kencing, mulut saya diminumin air kopi mendidih terus juga jerawat saya juga disundut. Ditelanjangi juga,” ceritanya.
Pada Minggu (11/12) pihak kampus sudah mendatangi T untuk meminta keterangan soal unggahan yang ada di sosial media. Namun karena khawatir, T tetap datang juga pada hari Senin atas undangan admin sosial media.
“Dia bilang saya sebenarnya hari minggu sudah dipanggil wadek Kabem dan harusnya hari Senin saya nggak usah datang soalnya saya udah dipanggil sama wadek. Tapi dia (admin sosmed) bilang kalau hari Senin datang sebelum jam 09.00 maka semua postingannya bakal di take down. Dan kalau misalnya ini nama saya bakal balik lagi. Dan akhirnya karena saya mau itu di takedown untuk menjaga nama baik saya akhirnya saya datang, harusnya saya enggak usah datang,” katanya.
T mengaku datang ke kampus pada saat itu karena undangan admin media sosial yang mengunggah fitnah terhadapnya. Dalam undangan tersebut, T diminta datang ke kampus dan pihak admin mengaku akan menghapus unggahan tersebut.
“Akun anakgundar (yang manggil), bukan sama sekali (pihak kampus) harusnya hari Minggu saya udah, pihak kampus tuh manggilnya hari Minggu. Jadi hari Senin tuh harusnya saya nggak usah datang,” ujarnya.
Dalam peristiwa tersebut, T juga diborgol oleh para pelaku. Namun dia tidak tahu borgol itu milik siapa. “Kurang tahu. Sebelum dibawa ke pohon itu saya di borgol dan posisi saya telanjang,” pungkasnya.
(mdk/fik)