Korban tewas miras oplosan di Cicalengka bertambah, total 31 orang
Sebelumnya, polisi telah menetapkan JS dan HM sebagai tersangka yang berperan sebagai penjual miras oplosan di Kampung Bojong Asih, Desa Cicalengka Wetan, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung.
Korban keracunan yang diduga akibat miras oplosan di Cicalengka Kabupaten Bandung mencapai 93 orang. Dari jumlah itu, 31 diantaranya meninggal dunia.
Hal itu disampaikan Dirut RSUD Cicalengka, Yani Sumpena saat dihubungi, Selasa (10/4).
-
Kenapa cukai minuman berpemanis penting? "Cukai MBDK adalah bagian integral dari upaya tersebut yang diharapkan dapat membantu masyarakat Indonesia mengurangi konsumsi gula berlebih dan mencegah peningkatan prevalensi PTM di masa depan," tambah Indah.
-
Kenapa Herjunot Ali menolak minuman keras? Junot mengungkapkan alasannya bukan karena merasa lebih baik dibanding orang lain, melainkan karena faktor usia dan kesehatan.Semakin tua, tubuhnya semakin sulit pulih setelah mengonsumsi alkohol.
-
Bagaimana Herjunot Ali menolak minuman keras? Alih-alih menerima, Junot dengan sopan menolaknya, menunjukkan ketegasan dan prinsipnya. Herjunot tersenyum sambil mengatupkan tangan berterima kasih atas tawaran yang diberikan.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Siapa yang berjualan di warung kerek Mantarena? Seluruh warung yang ada di sana, kebanyakan merupakan kedai rumahan dengan menu jualan utamanya adalah kuliner. Bagi yang ingin memesan, seseorang tinggal memanggil pemilik warung dan menarik-menarik tali tambang yang terpasang membentang di atas sungai.
-
Apa keunikan dari warung kerek Mantarena? Keharusan berteriak sendiri karena adanya jarak yang jauh, antara konsumen dan pemilik kedai yang terpisah aliran sungai. Para pemilik usaha kemudian menyediakan ember yang ditarik (kerek) dengan tali untuk kegiatan jual belinya. Aktivitas unik ini selanjutnya mulai dikenal luas masyarakat dengan sebutan warung kerek Mantarena.
Ia mengatakan saat ini ada 19 pasien yang menjalani rawat inap. Selain itu, ada 19 pasien yang mendapat penanganan di Instalasi Gawat Darurat (IGD).
"Sampai siang ini jumlah total pasien dengan keluhan pusing, mual, muntah yang diduga akibat minuman itu ada 93 orang, itu total dari Jumat (6/4). Ada yang masih dirawat, ada yang sudah pulang," kata Yani.
Yani melanjutkan daya tampung RSUD Cicalengka sudah maksimal. Untuk mengantisipasi kepadatan, pihaknya memberi rujukan kepada sebagian pasien untuk mendapat perawatan di runahbsakit yang lain.
"IGD dan ruang rawat inap sudah full," katanya.
"Tadi malem kita turunin delapan dokter di IGD. Sekarang, kita turunin tiga dokter. Ya situasional saja, sekaligus efisinsi tenaga," ucapnya.
Sementara itu, polisi menduga para korban oplosan di Cicalengka tidak minum di tempat yang sama secara bersamaan.
"Mereka tidak saling kenal dan minum di tempat terpisah," ujar Direktur Reserse Narkoba Polda Jawa Barat Kombes Enggar Pareanom saat dihubungi, Selasa (10/4).
Sementara untuk waktu pembelian, ia menduga para korban membeli di waktu yang berbeda. Sebagian membeli dan meminum pada hari Kamis (5/4) sebagian lagi diduga saat akhir pekan antara Jumat (6/4) dan Sabtu (7/4).
"Biasanya membeli di hari libur. Keterangannya juga begitu, membeli saat menjelang libur akhir pekan," tuturnya.
Sebelumnya, polisi telah menetapkan JS dan HM sebagai tersangka yang berperan sebagai penjual miras oplosan di Kampung Bojong Asih, Desa Cicalengka Wetan, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung.
"JS berperan sebagai pemilik sementara HM penjaga toko. Kami akan kembangkan termasuk mencari C sebagai pemasok," ucapnya.
Kedua tersangka yang sudah diamankan terancam dijerat Pasal 204 KUHPidana tentang miras oplosan. Keduanya terancam hukuman hingga 20 tahun bui.
Baca juga:
Kasus miras oplosan di Kabupaten Bandung, 41 tewas & 99 orang dirawat
Metanol ganggu fungsi paru-paru & sebabkan penenggak miras oplosan tewas
Wali Kota Jaktim gandeng Polres lakukan razia minuman oplosan
Aher soal kasus miras oplosan: Keluarga & lingkungan harus menjadi pencegah
Miras oplosan tewaskan puluhan orang di Bandung dijual Rp 20 ribu per botol